07# Lagu untuk Sahara

440K 60.9K 51.8K
                                    

Oh mengapa tak bisa dirimu
Yang mencintaiku tulus dan apa adanya
Aku memang bukan manusia sempurna
Tapi ku layak di cinta karna ketulusan
Kini biarlah, waktu yang jawab semua

Tanya hati ku...

- PASTO -

○○○●●●    》♤♤♤《    ●●●○○○

Saat itu langit membiru, cerah disinari matahari menjelang sore saat anak-anak jurusan musik terlihat bergotong-royong menata alat-alat musik yang mereka bawa dari ruang kesenian ke taman fakultas. Hari ini hari kamis, dimana kegiatan penampilan bakat akan dilaksanakan di ruang terbuka.

Itu adalah kegiatan rutin mahasiswa seni musik setiap kamis, menjelang jam 3 sore. Siapa saja boleh melihat penampilan itu. Bahkan bagi Sastra acara ini bisa membantunya bicara melalui musik kepada banyak orang.

Semakin sore, taman fakuktas seni dan bahasa semakin dipenuhi orang-orang yang ingin melihat penampilan Sastra dan teman-temannya. Di tengah lingkaran manusia yang nyaris padat itu, Sastra kelihatan serius saat menyesuaikan nada-nada pada gitarnya.

Di saat itulah dia menemukan Sahara melambaikan tangannya dari bawah pohon flamboyan. Duduk bersebelahan dengan Nana yang teramat tidak peduli dengan kehadiran perempuan. Bocah itu hanya duduk dengan telinga bersumpal earphone, sementara tangannya sibuk memainkan ponsel dengan posisi miring.

Ya, sudah semestinya Sastra tidak terkejut dengan pemandangan itu. Sampai mampus juga Nana tidak akan pernah peduli pada sekelilingnya, apalagi mengenai Sahara. Sastra bahkan berani bertaruh, paling juga Nana tidak tahu kalau seseorang yang duduk di sebelahnya itu calon kakak iparnya nanti.

Jiaaah, calon kakak ipar apanya. Ngimpi kamu, Sastra!

"Selamat sore semuanyaaa!"

Chilla menyambut dengan nada ceria. Duduk begitu serasi di sebelah Sastra yang sudah ganteng bersama gitar kesayangannya.

"Gimana hari ini?" Perempuan itu sok basa-basi, sembari mencari lirik lagu yang akan ia mainkan bersama Sasrta: teman duetnya hari ini.

"Capek lur."

"Mau nikah aja gue rasanya!!"

"Stress cuk!"

"Sastra! I love youuu!!"

"Woy! Nyanyi Dalan Liyane dong!"

"Cil.. Pasto, Cil!!"

Chilla tergelak dengan sahutan-sahutan yang dilemparkan penonton pada pertanyaannya. Random sekali manusia-manusia ini. Sembari memetik senar gitar dengan nada ringan, Sastra ikutan terkekeh. Apalagi saat teman-teman Jovan --minus Jovan tentunya-- yang ada di sana memberikan finger heart untuknya.

"Nyanyi lagu apa nih enaknya?" Tanya Sastra pada Chilla.

"Tadi siapa yang request lagunya Pasto?"

Orang-orang langsung berteriak heboh. Yang lagi-lagi membuat Chilla dan Sastra tergelak.

"Enjoy it, guys! Pasto, Tanya Hati."

Suara petikan gitar Sastra terdengar lembut. Di petikan senar pertama, Sastra sepenuhnya memikirkan Sahara. Hari ini terlalu cerah untuk menyanyikan lagu galau. Tapi kehadiran Sahara dan lagu yang Chilla pilih seakan-akan mengajaknya menari dalam lumbung kesedihan.

"Tuhan tolonglah
Hapus dia dari hatiku
Kini semua percuma
Takkan mungkin terjadi
Kisah cinta yang selalu ku banggakan"

Sudah tidak ragukan lagi, harusnya Chilla bisa menjadi artis tenar dengan suaranya yang luar biasa itu. Tapi Chilla lebih memilih mengejar mimpinya sebagai seorang pemain biola. Serupa dengan Sastra sebenarnya, dia lebih memilih mengejar mimpi menjadi pianis alih-alih penyanyi padahal suaranya sangat bagus.

Tulisan Sastra✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang