"Dekmas, dirimu is my world. Mana mungkin Kangmasmu ini bisa main tanpa melihat dunia?"

Kirana berdecih pelan, "Terserah apa kata ngana deh. Mending kita ke kantin dulu bentar."

"Ngapain? Bukannya tadi lu udah sarapan?"

"Ck! Beli minumlah, Imah! Katanya minta gua temenin di lapangan. Gua cuma nggak mau pas lagi di lapangan, lu belok ke cewek lain cuma gara-gara mereka kasih lu minum!" Kirana meninggikan nada suaranya.

Keandra menghentikan langkahnya lantas berbisik ke Kirana, "Kalo aja ini bukan sekolahan, mungkin gua bakal jingkrak-jingkrak sambil peluk lu, trus bilang, if you're my world, so you're the one for me."

Kirana membatu sejenak sampai Keandra menarik lengannya lagi menuju kantin. Perasaannya kian merekah hingga Kirana tak mengerti untuk mendefinisikannya.

Imahnya, miliknya, untuknya.

"Mbok Jah, quarter satu dus sama aqua botolan sedangnya dua." Keandra berteriak nyaring.

Kirana menabok bahu cowok itu, "Gua cuma mau beli teh pucuk satu. Kenapa jadi berkali-kali lipat dan ganti merek?"

"Buat anak sekelas, Darling. Sekalian buat yang tarik tambang besok."

"Bayarnya pake apa? Uang kas kita kan udah dipake buat jenguk lu waktu itu."

"Ya pake duit lu dong, Darling. Jangan pura-pura amnesia ya, tahun ini yang sakit nggak cuma gua. Lu juga."

Kirana mengerucutkan bibirnya, "Harusnya lu tagih anak-anak yang belum bayar kas."

Keandra tergelak pelan, "Yailah percaya amat, Darling. Dikiranya uang kas kita semiskin itu, buat bayar quarter kayak ginian mah sisanya masih banyak."

"Berapa?"

"Dua ribu." Keandra mengakhirinya dengan gelak tawa keras.

Usai membayar minuman dari kantin, keduanya lekas melangkah bersamaan menuju lapangan. Melewati koridor utama yang sesak, keduanya berusaha mencapai lapangan basket outdoor. Bersinggungan dengan gedung dua jurusan, barulah keduanya sampai di lapangan futsal indoor yang sudah ramai.

"Ndra! Dari mana aja sih? Undian mainnya sampe lu lewatin." Aldo menghampiri keduanya.

Sembari melangkah ke sekumpulan anak kelasnya, Keandra menyahut, "Habis beli air. Trus gimana? Kita lawan mana?"

"Lawan anak sebelah. Parahnya, kita tanding pertama." Justru Reno yang menjawab.

Tanpa sempat mediskusikan strategi, penanggung jawab kegiatan sudah memanggil kedua kubu untuk memasuki lapangan. Dari pintu masuk, Almira tergopoh-gopoh berlarian menuju tempat berdirinya Kirana.

"Ran! Lomba cerdas cermat dimulai!" Almira memberitahu.

"Loh? Bukannya habis lomba futsal?" Kirana mengerutkan dahinya.

Almira menggeleng, "Nggak tau. Barusan Danendra yang ngasih pengumuman."

Kirana beralih menatap Keandra yang masih berdiri di sampingnya, "Gua nggak bisa di sini, Ke."

"Ya udah, lagian kan lu yang bilang sendiri kalo fans gua bejibun, pastinya gua nggak akan hilang semangatlah." Keandra berujar tanpa mempertimbangkan raut wajah Kirana.

Kirana menatap kecewa sebelum membalikkan badan menuju pintu keluar ruangan. Keandra terbahak pelan sembari mencekal lengan Kirana dan membuat gadis itu menghadap ke arahnya.

"Ya ampun, Darling. Jelas semangat gua ada di lu. Berhubung kita sama-sama lomba, jangan lupa saling semangati meskipun beda ruang." Keandra menepuk puncak kepala Kirana dengan pelan.

AKUNTAN(geng)SI [COMPLETED]Where stories live. Discover now