Part 8

15 2 0
                                    

"Bukan rasanya yang salah, melainkan keadaannya saja yang masih belum tepat."
~ Maya Keyrandia~

Keramaian adalah satu-satunya hal yang dihindari oleh gadis berparas manis ini. Dia kurang begitu suka dengan suara orang ramai, apalagi jika sampai suara teriakan  banyak orang. Karena baginya berada di keramaian seperti itu hanya akan menguras tenaga. Itu juga yang menjadi alasan dia untuk menolak ajakan menonton konser sahabatnya.

Seperti sekarang ini, jika di halaman depan para siswa sedang berkumpul untuk persiapan lomba dan acara perayaan ulang tahun sekolah. Dia malah menyembunyikan dirinya di atap gedung sekolah. Meski gadis ini memiliki begitu banyak bakat yang tak diketahui banyak orang. Tapi dia tak pernah berkeinginan menunjukkan bakatnya itu pada khalayak umum. Karena menurutnya, bakat itu hanya perlu diketahui oleh dirinya sendiri saja.

"Ira..."

"Lo tuh ya kenapa suka  banget ngilangngya. Gue capek tau muter-muter nyariin lo. Enggak taunya malah disini. Mana sendirian lagi. Untung aja lo enggak kesambet gara-gara suka bengong sendirian disini, Ra." cerocos Maya yang tiba-tiba datang masih dengan nafas yang ngos-ngosan.

"Apaan sih lo, May? Muncul tiba-tiba udah nyerocos kayak petasan tahun baru aja. Napas dulu, tarik... buang..." sahut Ira sembari memperagakan mengatur napas bagai instruktur senam.

"Ya, habisnya lo sih. Disaat semua siswa menyambut antusias acara lo malah ngumpet sendiri disini," kesal Maya.

"Habis mau ngapain juga gue bingung. Lagian acara masih kurang satu bulan lagi udah heboh aja. Kayak besok perayaannya aja."

"Yah Ra, kan pada persiapan buat ikut lomba-lombanya. Lagian guru-guru juga pada rapat. Mau ngapain lagi anak-anak. Lo pengen mereka kayak lo. Yang duduk anteng di rooftop gedung sambil ngehalu enggak jelas," sahut Maya.

"Ngehalu enggak jelas apanya. Gue tuh lagi menghemat," sahut Ira sedikit sewot.

"Hemat apaan?"

"Hemat tenaga dong. Hehehe."

"Iya deh, percaya."

"Eh, Ra. Gue penasaran nih, mau tanya dong! Boleh, enggak?" sahut Maya lagi.

"Tanya apaan? Tumben lo nanyak gue dulu biasa juga langsung nyerocos aja," ucap Ira curiga.

"Ya, enggak gue takut kalo lo enggak mau jawab aja. Janji ya jawab pertanyaan gue!" sahut Maya lagi meyakinkan.

"Nanyak apa lo? Yang penting jangan yang aneh-aneh aja ya! Kalo aneh-aneh gue enggak mau jawab." ucap Ira, serius.

"Iya, iya."

Bukannya langsung menanyakan apa yang sedang Maya pikirkan saat ini. Dia malah terdiam. Memberikan keheningan diantara keduanya. Irapun tak berniat bicara juga, dia lebih memilih membuka-buka halaman novel yang sempat dia bawa tadi.

"Ra, lo suka ya sama Ari? Jawab jujur!" ucap Maya tiba-tiba. Ira yang mendengarnyapun terkejut dengan pertanyaan sahabatnya yang keluar begitu saja. Bukannya menjawab Ira malah terdiam cukup lama. Dia bingung harus memberikan jawaban apa pada sahabatnya itu. Dan dari matanya bisa dipastikan saat ini dia sedang gelisah.

"Ra, udah jawab aja! Gue cuma nanyak, gue janji gue enggak bakal ngomong sana Ari kok. Gue cuma mau pastiin dugaan gue aja kok."  sahut Maya, memastikan sahabatnya itu.

Rasa Yang Harus TerjedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang