BAB 1

377 70 30
                                    

Banjir air mata terjadi di acara perpisahan sekolah, tapi itu tidak Praka rasakan. Praka pemuda tampan yang terkenal karena kenakalannya dan salah satu pemimpin dari salah satu geng di Bandung, justru berencana untuk menyerang geng motor lain yang menantangnya. Yaitu geng takos musuh bebuyutan geng Praka yang selalu mencari masalah dan tak pernah kapok meskipun sudah kalah beberapa kali. Sebagai seorang pemimpin dia selalu mengarahkan gengnya sebagai satu-satunya geng paling ditakuti di Bandung.

Penutupan salam dari pembawa acara mengakhiri acara perpisahan, Praka bergegas mengambil helm dan membawa motor kesayangannya menuju markas gengnya. Tertulis 'The Nightmare Of Java' di sebuah spanduk besar berlambang tengkorak yang tertusuk pisau dan berlumuran darah, yang berarti semua yang mencoba menentang atau menantang geng ini akan berakhir dengan rasa sakit dan banyak mengeluarkan darah.

Setibanya di markas, Praka dihampiri oleh lelaki bermuka dewasa dan bertubuh kekar bernama Fahrudin yaitu tangan kanannya Praka.

"Bos, kita sudah siap bertempur melawan geng takos," kata Fahrudin.

"Oke siapkan semuanya, kita harus habisi para takos itu!" kata Praka memerintah.

"Siap bos, kita akan segera bergerak."

Suara bising dari knalpot motor telah menjadi tanda penyerangan akan segera dimulai. Semua orang menepi dan mengosongkan jalanan ketika tahu pasukan Praka sedang melintas. Markas geng takos telah dikepung di seluruh penjuru, semuanya telah dipersiapkan matang-matang dan teriakan Praka menjadi awal dari pertumpahan darah.

"Nightmare serang!" kata Praka memerintah dengan teriakan.

Pertumpahan darah terjadi dan banyak memakan korban, tapi lagi-lagi Praka membuktikan jika dia benar-benar adalah raja jalanan dengan menghabisi geng takos yang menjadi salah satu geng bebuyutan geng nightmare.

Darah-darah berceceran di mana-mana, banyak nyawa hilang dan banyak yang tidak bisa berdiri lagi. Polisi datang dengan sirine yang membuat panik semua orang. Para anggota geng berlari pergi kecuali Fahrudin yang sudah tidak sanggup lagi beranjak bahkan duduk pun dia tak kuat, Praka mencoba membantu tapi apa daya Fahrudin tidak punya tenaga lagi. Tapi Fahrudin meminta Praka tuk pergi menyelamatkan diri dan membiarkannya di sini. Ketika Praka baru melangkah untuk pergi, polisi telah menghadang langkahnya dengan menyodorkan pistol dan memerintahkannya untuk mengangkat tangan.

"Angkat tangan!" perintah polisi sembari menyodorkan pistol.

Praka mengangkat tangan dan menyerah.

"Ayo ikut saya ke kantor polisi dan jelaskan semuanya di sana!" kata polisi dengan memborgol tangan Praka.

"Sebelum itu pak tolong selamatkan nyawa Fahrudin, saya mohon," kata Praka memohon.

"Tenang saja, temanmu akan baik-baik saja."

"Baiklah."

Mobil besar dengan suasana gelap dan kesendirian membuat Praka berfikir apa yang dia lakukan itu merugikan banyak orang dan dirinya sendiri. Tapi dia tidak bisa melepaskan diri dari geng yang sudah membesarkan namanya.

Praka diinterogasi dengan nada keras, polisi terus menerus bertanya tanpa memikirkan dirinya yang terluka parah. Praka mengaku jika dia adalah yang mengawali pertengkaran ini dan mengaku menjadi pemimpin salah satu geng yang berselisih. Praka di penjara selama satu minggu sebab dia masih berusia lima belas tahun, karena umurnya hukuman pun diperingan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 25, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

EPHEMERAL OF PRAKA [TELAH TERBIT] Where stories live. Discover now