Lima Belas

9.3K 1.1K 79
                                    

Darrel mencium bibir Areva lembut dan intens, dibalas lumayan tak kalah lembut oleh Areva yang seketika membuat keduanya tersulut gairah. Ciuman lembut mereka seketika berubah jadi ciuman panas bahkan kecapannya menimbulkan suara.

Darrel duduk memangku Areva yang menghadapnya, membuat Areva menggeliat membusungkan dada sehingga menekan dada Darrel.

"Oh... Areva..." Desahnya tersiksa dibawah sana. Areva dengan jelas merasakan tonjolan keras dibagian sensitifnya.

Areva melepaskan ciuman mereka dan mengangkat wajahnya membuat Darrel leluasa mencium leher dan kulit dadanya yang terbuka. Darrel menghisap kulit leher Areva, membuatnya sedikit kesakitan tapi remasan tangan Darrel di payudaranya serta cubitan nakal di puncaknya membuat gigitan Darrel terabaikan.

Areva bergerak gelisah tepat menekan pusaka Darrel lalu ia berinisiatif turun dari pangkuan Darrel, menurunkan celana boxer pria itu lalu mengulum milik pusaka Darrel.

Darrel merasakan lincahnya bibir mungil Areva menikmati lolipopnya saat ini yang ia keluar masukkan dari mulut hingga ke tenggorokannya lalu sesekali diselingi gigitan gemas membuat Darrel tak mampu bertahan lama.

"Oh... Areva... Sayang... Areva..." Darrel seketika meledakkan gairahnya. Merasakan lengket di bagian pusakanya namun saat ia cari tak ada sosok Areva.

Kemana Areva? Areva?!

Lalu seketika mata Darrel terbuka lebar. Ia menatap ke sekelilingnya. Agak asing. Lalu ia mulai menyadari dimana posisinya berada. Dia sedang berbaring di atas kasur empuk di kamarnya, di rumah barunya dan Areva.

Menyadari ia tadi bermimpi Darrel pun kesal. Lalu Darrel duduk, hendak mengambil segelas air mineral tetapi ia menyadari jika boxernya basah. Gila?! Sial!? Astaga... Ternyata ia mimpi basah???

Di usia kepala tiga yang tak lagi muda Darrel malah mimpi basah membayangkan istrinya yang tak bisa ia sentuh. Entah ini luar biasa atau memalukan. Yang pasti jika Aldi tahu ia pasti akan tertawa meledekinya.

"Sial!" Umpat Darrel. Ia kemudian bangkit dari kasurnya menuju ke kamar mandi. Sebelumnya Darrel menyempatkan diri melirik jam dinding, jam empat dini hari. Astaga... Areva membuatnya mandi subuh.

---

Darrel keluar kamarnya mendapati Areva sedang berada di dapur. Istrinya ini bukan cuma cantik, baik hati, tapi juga jago memuaskan mulut dan perut. Aroma masakan Areva membuat Darrel jadi sangat lapar ditambah ia sudah mandi subuh pagi ini.

"Maaf ya cuma bisa buatin kamu sarapan seadanya" ucap Areva menghidangi Darrel makanan di meja makan.

Darrel yang sudah duduk di kursi menatap Areva lekat. Areva sangat dekat dengannya tapi ia tak boleh asal nyosor pada istrinya ini. Tapi inilah ujiannya dan ia takkan memaksa Areva.

"Morning kiss baby..." Pintanya lalu Areva menunduk sedikit demi mencium pipi Darrel. Ya, Areva harus belajar membuka hati untuk sentuhan fisik. Darrel sudah sangat mengalah untuk menahan diri, dan dia tak ingin terus mengurung dirinya dari trauma.

Darrel tersenyum senang tak menduga Areva memberikan ciuman padanya. Ah, kalau bisa ia ingin mendekap Areva lalu membawanya ke meja makan dan... Aish... Darrel menyesal membayangkan nya karena juniornya suka kembali tegak gerak.

"Kamu hari ini ke Bekasi?" Tanya Darrel mengalihkan perhatian dan otak mesumnya. Ah, pria memang memikirkan hal itu lebih banyak dibanding wanita, apalagi jika sudah berada di dekat lawan jenis, jadi jangan salahkan Darrel terlebih yang didekatnya adalah istrinya sendiri.

"Iya. Aku berangkat setelah kamu sarapan."

"Kalau gitu aku mau mandi dulu biar aku antar kamu sekalian. Nggak lama kok."

"Loh kamu bukannya udah mandi?" Darrel hanya mengedikkan bahunya. Mana mungkin dia bilang sama Areva kalau subuh tadi ia sudah mandi akibat ngompol....

---

Darrel langsung kembali ke Jakarta melaksanakan pekerjaannya memeriksa laporan penjualan juga keluhan pembeli pada cafenya. Ia memang membuat pojok komen di cafenya yang memang bertujuan untuk menampung keluhan pelanggan.

Perhatian Darrel terhenti pada selembar kertas. Disana tertulis kalimat yang sama sekali tak ada hubungannya dengan cafe. Darrel segera memanggil Enda.

"Ya boss..."

"Salsa kemari?" Tanya Darrel to the point. Enda mengangguk.

"Kalau bisa Areva jangan tahu. Bilang sama semua karyawan. Gue nggak mau Salsa jadi masalah dalam rumah tangga gue." Ucap Darrel dan Enda mengangguk paham.

Aku telepon nggak kamu angkat, Sms nggak kamu balas, WA ku juga nggak kamu baca. Aku sadar, cuma kamu yang terbaik Rel. Kamu nggak cinta sama perempuan itu dan menikahinya cuma demi Mamih kamu kan? Bisa kah kita bercerai lalu kembali bersama?

Darrel meremas kertas berwarna merah muda tersebut lalu membuangnya ke tong sampah. Ia mengusap wajahnya.

"Kamu kenapa?"

"Astaga?!"

Darrel terperanjat kaget seketika berdiri dari duduknya. Dia tidak menyadari sama sekali jika Areva sudah ada di belakangnya.

"Kamu?"

"Kenapa sih? Tadi aku ketok pintu ruang kerja kamu tapi kamu melamun. Ya udah aku masuk."

"Kamu bebas masuk tanpa ngetok pintu kok. Nih pintu hatiku aja udah terbuka lebar buat kamu, buat apa pake ketok segala?"

"Ck. Kamu ya... Bikin baper terus." Ucap Areva memutar bola matanya. Darrel menarik Areva ke pangkuannya lalu menatapnya. Areva berdebar-debar.

"May I?"

Areva terdiam. Sejujurnya hatinya dan tubuhnya selalu menginginkan sentuhan Darrel. Itu membuatnya nyaman, membuatnya tampak istimewa, membuatnya merasa dibutuhkan. Perempuan mana sih yang tidak bahagia jika tahu pasangannya sangat menginginkannya?

Keraguan menghampiri hati Areva tetapi tatapan Darrel seolah membuatnya yakin. Areva pun mengangguk membuat Darrel bahagia sekali.

Sentuhan bibirnya di bibir Areva membuat getar tersendiri di hati Darrel. Bibir Areva manis, mungkin efek lipstik yang ia pakai atau mungkin Areva baru memakan sesuatu yang manis?

Jantung Areva berdebar, diselingi rasa takut tapi juga ingin melanjutkan keintiman ini. Ciuman Darrel mulai mendalam, ia mulai memasuki mulut Areva dengan lidahnya, membelit lidah Areva sesekali menghisapnya menghadirkan sensasi luar biasa di tubuh Areva. Kemudian tangannya lambat namun pasti merayap ke dalam kemeja yang dipakai Areva membuat Areva panik seketika menahan tangan Darrel.

"Ssttt... Jangan panik sayang, pikirkan saja kamu mencintai aku dan menginginkan aku.. " ucap Darrel berbisik di bibir Areva.

"Kamu boleh stop kalau kamu nggak suka. Aku tidak akan memaksa. Tapi kalau kamu suka namun ragu karena trauma mu, kamu boleh lepaskan tanganku..." Lanjutnya masih berbisik.

Areva pun akhirnya membiarkan Darrel meneruskan aksinya, meremas payudara Areva yang masih dibungkus bra sambil berciuman.

Kepala Areva mulai terasa berat, matanya sulit dibuka dan ia lebih suka menutup matanya saat jemari Darrel sesekali menyentuh kulit dadanya.

"Mbak nggak boleh masuk. Ini ruang pribadi Boss."

"Aku tahu. Kamu kira aku siapa sampai nggak tahu?" Ucap seorang wanita.

"Iya mbak tapi masalahnya--"

Tiba-tiba terdengar suara gaduh dan pintu ruangan Darrel dibuka mendadak membuat Areva dan Darrel terkejut. Areva bahkan melompat berdiri dari pangkuan Darrel dengan wajah merah padam. Mereka seperti terciduk melakukan salah.

"Maaf Bos." Kata Enda. Dia tahu kalau mereka pasti sudah mengganggu aksi bos dan istrinya. Ya mereka adalah dirinya dan Salsa.

***

TBC

Maaf lama nggak muncul... Lagi rempong. Rempong apa? Banyak deh pokoknya... Urusan rapot sekolah, daftar anak, de-el-el. Rempong!!!

Yuk mari dibanyakin komennya buk-ibuk/pak-bapak/mbak/mas...

Ohya, yg selama ini udah baca tapi LUPA ngevote kali ini aku ingatkan ya JANGAN LUPA di VOTE ya sayang....

Mantunya Mamih (Ready Ebook)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن