Delapan

6.6K 1K 42
                                    

Bantu koreksi typo ya sayangggggku semua.... Abis ketik langsung UP soalnya....

Areva menatap layar ponselnya. Panggilan telepon berkali-kali dari Wisnu sejak semalam tak ia gubris. Areva tak ingin terus membuat Wisnu berharap padanya.

Wisnu itu baik, baik banget malah. Dia bahkan menerima Areva meskipun tahu Areva bukan seorang gadis perawan. Bagi Areva, Wisnu bahkan terlalu baik, sampai-sampai dia tidak bisa punya rasa lebih selain hotmat dan menghargainya.

Kalau kamu nggak mau angkat teleponku, setidaknya kamu balas SMS ku ini. Mas cemas sama kamu. Wa ku juga nggak kamu baca. Kamu pasti takut Mas marah sama sama kamu. Nggak Va. Mas sayang kamu. Dan selalu peduli kamu.

Areva menundukkan tatapannya setelah membaca pesan sms Wisnu. Dia memang nggak bisa menghindari Wisnu terus. Dia udah nolak Wisnu dan memilih Darrel, tetapi lelaki itu bilang jika ia akan menerima keputusan Areva dengan syarat Areva tetap menjalin hubungan baik dengannya. Jangan berubah. Tapi mana bisa kita tetap berhubungan seperti nggak ada apa-apa dengan seseorang padahal kita tahu betul sudah menyakiti hati orang tersebut bukan?

Memang Areva nggak punya nurani apa?

"Gadis cantik dengan lamunannya. Ayo temani aku ke cafe." Ajak Darrel menarik tangan Areva. Mereka memang sudah janjian semalam untuk mengunjungi Cafe Darrel hari ini.

"Mih, kita ke Cafe dulu ya. Habis itu kita mau cari-cari gedung buat acara pernikahan." Kata Darrel santai sementara gadis disebelahnya, yang tangannya saat ini ia genggam melotot kaget.

"Wah.. jadi serius nih kan Rel?"

"Ya iyalah Mi masa udah dibawa nggak serius. Serius kan Va?" Tanya Darrel menoleh pada Areva.

Areva hanya mengangguk sambil tertawa nggak jelas. Bingung solanya nggak nyangka bakal secepat ini.

"Bagus deh. Nanti kalau ketemu tempatnya langsung booking biar kita tahu buat acara nikahnya kapan. Sekarang ini bukan calon pengantin yang nentuin tanggal tapi tempat pernikahannya."

"Oke Mih."

"Darrel."

"Ya Mih."

"Sekalian ke butik langganan Mamih, di sana design gaun pengantinnya bagus loh." Saran Sabrina.

Darrel menoleh pada Areva lagi sambil tersenyum. "Siap bos!" Ucapnya pada Mamih.

Areva menatap Darrel juga tangannya yang digenggam pria ini. Darrel seperti benar-benar ingin menikahinya. Tampak sangat serius sekali. Padahal kan Darrel bilang mereka hanya nikah sementara aja untuk nyenangin Mamih. Ya kan?

Saat mereka tinggal berdua saja Areva melepaskan tangannya dari genggaman Darrel membuat Darrel menatap Areva penuh tanda tanya.

"Cuma berdua, nggak perlu pura-pura mesra." Kata Areva membuat Darrel garuk-garuk kepala yang nggak gatel sama sekali ditambah senyum cengengesan yang gemesin. Tapi Areva nggak mungkin bilang kalo dia gemas kan sama cowok itu.

---

"Halo semua, ini Areva calon istri saya." Ucap Darrel santai memperkenalkan Areva pada karyawan nya.

Enda menatap Darrel lalu Areva. Dalam hati ia kagum, si boss baru putus cinta malah dapat yang nggak kalah bening. Cantikan Salsabilha sih, tapi mantan kekasih bosnya itu udah banyak polesan kimianya. Kalau yang ini, manis, bening, alami meskipun pake make up tipis tapi kelihatannya menawan.

"Pak yang ini lebih bening." Bisik Enda menggoda Bos nya.

Darrel mengulum senyum. "Selamat ya pak Bos... Mbak, baru kali ini Pak Bos bawa cewek terus dikenalin sebagai calon Bu Boss. Artinya mbak ini emang spesial." Kata Regina salah satu karyawan Darrel. Mereka semua memang kenal dengan Salsa, tahu hubungannya juga sedalam apa dengan si bos, tetapi Darrel tidak pernah memperkenalkan Salsa seperti ia mengenalkan Areva pada mereka.

Mantunya Mamih (Ready Ebook)Where stories live. Discover now