Sepuluh

6.7K 1K 70
                                    

Areva menatap pemandangan di luar jendela mobil Darrel yang menuju ke Bekasi. Pagi ini Darrel menepati janjinya untuk mengantarkan Areva kerja.

Setelah tiba, sebelum turun dari mobil Darrel memberi wejangan pada Areva.

"Ingat Va. Jangan dekat-dekat sama mantan kamu si Wisnu itu. Kamu itu calon istriku, kita sudah pesan gaun pengantin juga booking tempat untuk acara pernikahan."

"Iya aku ingat. Aku juga ingat gimana kamu bikin kita malu tadi malam di butik. Satu lagi, mas Wisnu itu bukan mantanku. Aku nggak pernah pacaran. Catat!" Kata Areva lalu membuka pintu mobil berniat turun dari mobil tapi Darrel menahan tangannya.

"Apalagi Rel?" Keluh Areva.

"Pamit dulu sama calon suami." Uacp Darrel mengulurkan tangannya.

Areva mendesah dan menepuk tangan yang diulurkan Darrel. "Kayak yang beneran aja. Udah ah." Kata Areva.

Darrel cuma tertawa kecil melihat Areva yang sewot. "Jangan sebut aku Darrel kalo nggak bisa naklukin hati kamu. Tapi ada yang aneh. Kalau Si Wisnu itu bukan mantan kamu, dan kalau kamu nggak pernah pacaran, gimana sejarah hilangnya 'kegadisanmu' Areva? Apa mungkin kamu mendapatkan kekerasan seksual? Tapi aku tidak akan memaksa kamu. Aku akan tunggu sampai kamu yang cerita." Ucap Darrel bermonolog.

---

"Pengadilan Agama memutuskan gugatan Muhammad Yusuf Aldiansyah diterima."

Tok.Tok.Tok.

"Alhamdulillah..." Ucap Darrel dan keluar Aldi yang mengikuti sidang perceraian sahabatnya tersebut.

Tampak Salma yang protes pada Aldi. Tapi Darrel tahu benar jika yang terluka bukan hanya Salma. Aldi juga terluka. Harga dirinya sebagai lelaki dan suami terluka. Ditipu sekian tahun oleh perempuan yang jadi istrinya. Mencintai satu perempuan dan menjaga hati untuk perempuan yang ternyata tak setia padanya.

Setelah berbicara dengan Salma, Aldi pun keluar ruang persidangan bersama Darrel juga keluarganya.

"Selamat bro. Udah sah Duda. Eh, tapi dibilang duda nggak juga udah ada istri yang nunggu di rumah." Goda Darrel.

"Sialan loe." Kata Aldi.

"Eh, Gue mau makan siang bareng Mama dan Papa juga Kimi. Elo dan Areva ikutlah." Kata Aldi lagi.

"Ah, gue coba telepon Areva dulu karena dia lagi di sekolahnya, di Bekasi."

"Oke." Kata Aldi lalu berbicara dengan pengacaranya tentang uang yang akan diserahkan pada Salma, mantan istrinya.

"Halo Va..."

"Ya kenapa Rel..."

"Kamu udah selesai ngajar? Aldi mau ajak makan siang bareng Kimi sekalian perayaan selesainya sidang cerai dengan baik."

"Oh gitu. Ya sudah kamu wa aku alamat Restoran nya ntar aku nyusul."

"Biar aku jemput aja ya Va."

"Jangan Rel. Buang waktu. Bolak-balik Jakarta-Bekasi-Jakarta itu lama. Belum lagi kalo kejebak macet. Aku naik taxi aja."

"Kamu naik taxi online aja Va kalau gitu. Biar aku yang pesan dari aplikasi ku nanti aku wa kamu nama supir juga plat nomer kendaraannya."

"Ya udah."

Darrel kemudian memesan taxi online untuk Areva. Ia tahu Areva perempuan mandiri tetapi sebagai lelaki ia tidak suka memberatkan pasangannya. Termasuk biaya ongkos Areva.

---

Kimindra tampak sangat bahagia di sisi Aldi. Terbersit sebuah harapan kecil di hati Darrel jika suatu hari nanti ia juga akan bahagia dengan seorang perempuan yang dia cinta juga mencintai dirinya tulus.

Mantunya Mamih (Ready Ebook)Where stories live. Discover now