Sebelas

6.3K 941 69
                                    

Suara tawa memenuhi ruang rawat super VIP tempat Kimi menjalani pemulihan. Candaan yang dijatuhkan pada pasangan muda yang akan segera menikah jadi topik utama di ruangan tersebut. Siapa lagi jika bukan Darrel dan Areva.

Setelah  satu minggu dirawat di ruang ICU akhirnya Kimindra sadar dari koma. Dia sudah beberapa hari di ruang perawatan dan hari ini Darrel dan Areva membawa Zacky ke rumah sakit menemui Kimi, bergantian dengan orang tua Aldi.

"Nanti kalian kisahnya jangan serumit kami ya. Terus kalau udah mulai jatuh cinta jangan dipendam. Ya kan sayang?" Kata Aldi pada Kimi yang sedang menggendong Zacky dalam dekapan hangatnya.

"Siapa yang mendam cinta. Dia kali tuh ke gue. Loe kan tahu gue ogah, tapi karena dia Mantunya Mamih ya terpaksa di iyain." Kata Darrel dengan gaya acuh.

Sementara Areva malas menanggapi pria itu, dia lebih fokus pada Zacky yang imut dan tampan.

"Ih, ganteng dan lucu banget sih Kimi..." Areva tak berhenti memuji dan mengagumi ciptaan Tuhan tersebut. Kimi dan Areva berbaur dengan baik.

Tanpa sadar tatapan Darrel melembut menatap Areva, hatinya merasakan perasaan hangat yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Bahkan lebih indah dibandingkan saat bersama Salsa. Wajah Areva yang tulus menatap Zacky membuatnya ingin sekali mengajak Areva cepat-cepat ke pelaminan lalu setelahnya buat satu kayak si baby milioner Zacky.

"Otak mesum loe kebaca man..." Bisik Aldi pada Darrel yang dibalas sewot pria itu.

"Gue nggak mikir apa-apa." Kilahnya membuang muka dari sosok Areva.

Aldi tersenyum. "Gue udah ngalamin masa itu duluan. Masa dimana gue pikir kenapa ya ngelihat dia aja hati ini kok bisa tenang dan nyaman. Belum lagi gue kepoin dia dari kejauhan layaknya penguntit. Masa dimana hati loe dan logika loe berdebat lalu akhirnya loe kalah dengan logika yang loe punya karena satu kesimpulan, elo mau dia, cuma dia, dan hanya dia." Kata Aldi berbagi pengalaman pada sahabatnya itu sambil berbisik-bisik.

"Kalian ngobrol apaan sih Pa?" Tanya Kimi pada Aldi.

"Lagi ngobrol soal cinta Ma. Kata Darrel dia pengen punya satu kayak Zacky sama Areva." Kata Aldi membuat Darrel kesal dan mendengus sebal.

"Apaan sih loe. Rese! Nggak-nggak. Bohong." Kata Darrel.

Melihat reaksi Darrel, Aldi jadi makin yakin jika sahabatnya itu memang sudah jatuh cinta pada si Mantunya Mamih. Pasalnya setahu Aldi, Darrel itu pembawaannya dewasa dan tenang kalau dihadapan orang, tapi belakangan dia melihat sisi lain Darrel. Dia tampak konyol dan kekanakan saat disinggung masalah Areva. Kejujuran alami yang tak disadari oleh sahabatnya tersebut. Atau sebenarnya disadari tapi tak mau mengakui.

Areva menanggapi dengan santai. "Kalau aku pengennya anak pertama cewek sih." Ucapnya polos masih memandangi Zacky penuh cinta.

And see, Darrel seketika terpaku pada satu titik koordinat, tepat pada seorang gadis disebelah istri Aldi, yaitu Areva dengan tatapan yang Aldi tahu benar maknanya tapi tak di IYA kan sahabatnya itu.

---

Areva berangkat kuliah diantar oleh Darrel. Setiap weekend dia memang mengambil kuliah pasca sarjana bersama temannya Helen. Selesai kuliah ia dan Helen mengobrol di taman sambil menunggu Darrel menjemputnya. Rencananya mereka akan ke rumah baru Aldi dan Kimindra sekalian menyambut Kimi yang keluar rumah sakit.

"Gimana TK?"

"Baik. Lancar. Tapi anak-anak kangen kamu. Miss Helen, Miss Areva kemana?"

"Iya aku agak repot memang persiapan pernikahan. Besok senin aku usahakan datang deh mau ngantar undangan pernikahan buat kamu juga teman-teman guru lainnya."

Helen menggenggam tangan Areva. "Kamu yakin Va? Kamu udah cerita semua ke Darrel belum?"

Areva menunduk sebelum mengangkat wajahnya kembali menatap Helen. "Dia nikahin aku cuma sandiwara kok Len. Demi Mamih Sabrina. Kamu juga kan tahu kalau aku sayang banget sama Mamih. Dia sosok orangtuaku, Len. Kita paling hanya nyenangin Mamih setahun dengan pernikahan kita lalu memulai pertengkaran dan bercerai. Kita nggak akan menikah benar-benar. Jadi yang kamu khawatirkan nggak akan terjadi."

"Ya ampun Areva. Tetap aja Darrel harus tahu. Siapa tahu dia cuma jadikan Mamihnya alasan buat bisa nikah sama kamu karena dia gengsi bilang kalau dia sebenarnya naksir bahkan mungkin udah jatuh cinta sama kamu, tapi karena selama ini dia nolak kamu tanpa proses pendekatan lebih dahulu dianya gengsi, malu. Va... Aku lihat dia peduli sama kamu, sikapnya juga bahasa tubuhnya mengatakan kalau dia sayang kamu, peduli akan kamu, mencintai kamu."

Areva menggigit bibir bawahnya.

"Kalau memang hanya untuk sandiwara nyenengin Mamih mending kamu nggak usah deh nikah sama Darrel. Mas Wisnu itu udah dijamin bakal nerima kamu dan bantu kamu melewati masa sulit itu."

"Len jangan bawa-bawa mas Wisnu ah..."

"Loh kenapa? Toh selama ini dia tahu kondisi kamu bahkan ngenalin kamu sama sepupunya yang psikiater itu kan?"

Areva ingat saat Wisnu pertama kali melamarnya dua tahun lalu. Areva jujur kondisinya dan Wisnu bilang ia tidak mempermasalahkan kondisi Areva bahkan dia mengajak Areva melakukan konseling ke sepupunya yang seorang psikiater.

"Jangan bawa-bawa mas Wisnu terus Len. Aku nggak mau nyakitin dia lebih sakit lagi. Aku ini nggak pantas sama dia. Aku juga nggak akan bisa menjalani pernikahan normal dengan siapapun. Makanya aku nerima lamaran Darrel, setidaknya aku akan ngerasain pernikahan meskipun bukan sungguhan. Dan itu yang aku butuhkan juga. Selain bahagiakan Mamih, aku juga bisa ngerasain jadi seorang istri tanpa melakukan kewajiban itu."

"Kalau Darrel ternyata serius bagaimana? Pernikahan itu bukan permainan."

Areva menggelengkan kepalanya. "Aku nggak bisa bohong ke kamu Len. Aku sangat berharap Darrel jatuh cinta sama aku, sama seperti hatiku yang sudah mencintai dia. Sejak lama aku menutup hati pada pria. Dan karena Mamih selalu bilang aku menantunya tanpa ku sadari ku kunci hati pada semua pria kecuali Darrel. Dia nyebelin sih Len, tapi hatiku sudah terkunci dan cuma dia pemilik kuncinya. Tapi kalau Darrel serius..." Areva menimbang apa yang akan ia lakukan jika Darrel serius menikahi dirinya.

"Aku akan meninggalkan Darrel jika ia serius."

"Kamu jangan gila Areva." Tegur Helen.  Areva menunduk.

"Dia datang..." Bisik Helen ke Areva. Areva mengangkat kepala menatap pria yang jalan mendekati tempat mereka berada.

"Udah selesai kuliahnya? Yuk ke rumah Aldi. Kimi pulang ke rumah hari ini." Ucap Darrel. Areva menoleh pada Helen lalu pamit.

"Helen, kami duluan ya." Pamit Darrel lalu ia meraih pinggang Areva untuk dirangkul. Areva menoleh ke Darrel tetapi pria itu bersikap sebodo amat.

"Tangan... Ambil kesempatan terus."

"Kan tinggal nunggu hari buat aku milikin kamu seutuhnya, masa gini aja nggak boleh sih..." Ucap Darrel membuat jantung Areva berdebar. Antara rasa cinta juga cemas. Takut kalau Helen bisa saja benar.

---

Seluruh keluarga besar Aldi dan Kimi juga Darrel dan Areva menyambut kepulangan Kimi ke rumah mewah nan megah bak istana yang dibangun oleh Aldi dalam waktu dua minggu dengan memperkerjakan puluhan orang dalam dua puluh empat jam.

Bahagia rasanya melihat Aldi juga Kimi saling mencintai. Mereka tertawa bahagia ditengah keluarga yang mereka cintai.

Tapi fokus Darrel adalah pada sosok Areva, yang menggendong Zacky dengan penuh cinta. Saat adegan romantis Aldi dan Kimi, Areva memilih memalingkan wajah menatap baby Zacky dalam gendongannya dengan wajah merona dan itu membuat ia berdebar-debar sendirian. Darrel semakin yakin jika ia menginginkan Areva jadi miliknya. Untuknya. Tapi gimana cara menjelaskan hal itu ke Areva ya?

---

TBC

Mantunya Mamih (Ready Ebook)Where stories live. Discover now