EMPAT

331 9 0
                                    

Akhirnya motor sammy berhenti di depan rumah vanya. Sammy melepaskan helm nya dan mematikan mesin motornya.

"Van, udah nyampe." Kata sammy.

"Eh iya. Sorry tadi gue ngelamun. Thanks ya sam, lo baik banget sama gue. Padahal kita baru kenal barusan." Vanya terkekeh. Lalu disusul oleh sammy. Dia juga tertawa mendengar ucapan vanya barusan. Lalu mereka tertawa bersama.

"Udah ah gue masuk dulu ya bye!" Vanya membukapagar rumahnya dan memasuki rumahnya tidak lupa ia melambaikan tangannya pada sammy.

Sammy memakai helmnya dan menyalakan mesin motornya. Lalu motornya melaju dengan cepat meninggalkan pekarangan rumah vanya yang luas dan besar.

Vanya memasuki rumahnya. Vanya seperti terlihat kaya orang sedang marah. Dia mencari sosok yang membuatnya marah namun hasilnya nihil. Tidak ada tanda - tanda keberadaan kakaknya. Vanya membuka kamar kakaknya dan dia juga tidak ada di sana. Vanya berlari kesana kemari. Tetap nihil.

"Mbak!! Mbak minah! Mbak!!" Vanya teriak memanggil pembantunya.

"Iya neng? Ada apa? Kok teriak - teriak?" Mbak minah menjawab dengan polos.

"Mbak enggak liat ya?! Kak dimas mana? Kok enggak ada? Kamarnya rapih banget? Dia kemana mbak?" Vanya bertanya tanya kepada pembantunya itu.

"Umm..ini neng anu eh anu itu.." Mbak minah kelihatan gugup untuk menjawab pertanyaan dari vanya.

"Anu anu apaan sih! Jawab dong mbak aku kan tanya." Kata vanya seraya menutup pintu kamar dimas dengan kencang. Vanya emosi karena mbak minah tidak menjawab pertanyaannya.

"Mbak, sekali lagi aku tanya ya. Kemana kak dimas? Mama juga enggak ada dirumah? Biasanya kan mama selalu dirumah." Tanya vanya lagi. Kali ini mbak minah menjawabnya.

"Anu neng ibu nganterin mas dimas ke bandara. Mas dimas harus pulang ke london neng. Kuliahnya kan belum selesai." Jelas mbak minah kepada vanya.

"Kenapa mama enggak bilang? Kenapa kak dimas juga enggak nelfon aku? Padahal dia janji bakal jemput aku. Tapi apa kenyataannya? Dia pergi gitu aja tanpa ninggalin pesan sedikitpun." Katanya lagi. Mbak minah tidak menjawab apa - apa. Dia pun bingung harus bagaimana. Mbak minah pun pergi ke dapur meninggalkan vanya yang masih berdiri di depan kamar dimas. Vanya pergi ke kamarnya dan langsung menutup pintu kamarnya. Vanya ingin sendiri. Akhirnya vanya tertidur dengan sangat pulas.

Kring kring kring! Jam alarm gue ganggu nih. Kalau belinya bukan pake duit aja udah gue bacok dari dulu. Ya sayang aja belinya pake duit. Gue bukan tipe cewek yang suka buang buang duit. Gue liat jam 5:59 am.

"Hah!!! Jam 6? Mati gue telat!!" Teriak vanya dari dalam kamar. Vanya segera otw ke kamar mandi. Dan finally, dia kelar juga. Vanya langsung turun ke lantai bawah buat ngembat jatah sarapannya.

"Pagi mom." Vanya mencium mama nya.

"Pagi sayang, kamu udah bangun?" Jawab mama.

Vanya tidak menggubris omongan mamanya. Dia langsung mengambil rotinya dan mengoleskannya dengan selai.

"Ma, kenapa sih mama enggak ngasih tau kalau kak dimas balik?" Tanya vanya penasaran.

"Dimas yang suruh mama buat nggak usah ngasih tau ke kamu. Dimas enggak mau kamu kepikiran katanya." Jelas mama.

"Tapi kan dia kakak aku ma, masa aku enggak boleh dikasih tau? Lagian siapa juga yang bakal kepikiran kalo dia mau pergi? GR banget! Vanya itu nyariin dia juga karena pengen marahin dia karena kemarin dia enggak jemput aku." Kata vanya panjang lebar. Mamanya hanya tersenyum mendengar ocehan vanya.

"Yaudah, jangan ngomel mulu. Sana gih berangkat, udah siang. Kamu berangkat nya sendiri aja ya? Papa udah berangkat tadi pagi." Kata mama.

Yah mau gamau gue berangkat sendiri deh. Terpaksa gue mesti jalan kaki dulu sampe depan komplek. Terus naik ojeg. Setelah gue nunggu ojeg nggak dateng dateng akhirnya gue mutusin buat lanjut jalan kaki aja sambil nyari kendaraan. Tapi dari arah samping ada motor nyamperin gue. Seragamnya sama kayak gue tapi gue enggak kenal siapa dia. Terus dia ngelepas helmnya.

"Eh, lo temennya sam ya? Kenalin gue vian. Gue temennya sam." Vian mengulurkan tangannya ke gue.

"Iya gue vanya." Gue menerima uluran tangannya.

"Nunggu siapa?" Tanyanya.

"Nunggu kendaraan lewat." Jawabku cuek. Sorry ya gue emang cuek kalo sama orang yang baru dikenal.

"Oh mendingan bareng gue aja deh. Udah telat gini?" Jawabnya.

"Enggak ah gue nggak mau ngerepotin." Jawab ku masih ketus.

"Siapa bilang? Gue enggak ngerasa direpotin kok. Udah ayo ikut aja. Noh banyak preman disini, lo mau diculik?" Kata vian.

Akhirnya tanpa basa basi aku langsung menerima tawarannya dan duduk dibelakangnya. Motornya melaju dengan sangat cepat.

Sesampainya disekolah vian naruh motornya di parkiran. Lalu aku dan vian jalan berdua menyusuri koridor sekolah. Semua orang memandang gue dengan tatapan sinis. Bahkan ada yang bisik - bisik tetangga di depan tong sampah yang justru malah bikin mereka makin kayak sampah. Mereka pikir gue enggak tau apa yang diomongin, gue tau mereka ngomongin gue.

VANYA IS MY LOVEWhere stories live. Discover now