ENAM BELAS

160 7 0
                                    

Hi guys kalo enggak di part ini next part endingnya. Hayoo udah ada yang tau belum vanya endingnya bakal sama siapa? Kepo kepo kepo haha mangkannya pantengin terus aja. Dan jangan lupa vomentnya dong. Nah ada beberapa orang yang ngevote ceritaku, aku terima kasih banyak ya untuk kalian semua pembaca setiaku.

Back to the story~

Vanya memoleskan sedikit lipstick pink nya. Ia tampak cantik malam ini. Malam ini vanya akan pergi ke prom night, sekalian say goodbye sama teman - temannya terutama syifa yang ngotot banget agar ia bisa datang di prom night. Penampilannya kali ini cukup elegant dengan dress merah selutut dan sepatu yang senada. Cukup memberikan kesan menarik di penampilannya kali ini. Ia terlihat seperti seorang putri. Dan setelah vanya selesai dengan segala sesuatunya, ia langsung menuju ke bawah dan berpamitan dengan orang tuanya. Ia di antar oleh supir pribadinya.

Setengah jam kemudian vanya sudah sampai. Ia pun menerobos kerumunan orang yang terlihat asik sedang berbincang - bincang, ia mencari syifa.

"Woy van! Nyariin gue ya? Udah lo tenang aja, kan gue udah ada disini" Kata syifa sambil tertawa.

"Syif, gue pengen ngobrol sama lo." Balasku serius.

"Ok, kita duduk disana aja ya" kata syifa sambil menunjuk bangku yang agak jauh dari keramaian. Akhirnya vanya pun menyetujui dan mengikuti syifa.

"Lo mau ngomong apa?" Tanya syifa.

"Ini, tolong lo kasih ke sammy. Tapi lo ngasih surat ini di saat yang tepat ya syif. Untuk saat ini gue gamau ngerusak kebahagiaan sammy sama ana." air mataku tak bisa dibendung lagi, yang kini sudah membanjiri wajahku. Syifa yang kebingungan dengan sikapku ia langsung memelukku dengan erat. Aku menangis sejadinya di bahunya. Kini bajunya setengah basah karena air mataku.

"Gue sayang sama sam syif, gue cinta sama dia. Tapi kenapa dia pergi dengan yang lain? Kenapa dia lebih memilih sama wanita lain dibanding gue? Apa karena gue ngegantungin perasaanya? Itu salah syif, salah. Gue sama sekali ga pernah ngegantungin perasaannya. Justru dia yang pergi gitu aja tanpa alasan yang jelas. Gue benci sama sam syif!" Aku masih menangis di bahu syifa. Syifa hanya terdiam mendengarkan ku.

"Cinta itu akan indah pada akhirnya, mungkin sam bukan yang terbaik buat lo. Dan mungkin ini bukan akhir kisah cinta lo, justru ini adalah awal dari semuanya. Lo ngerasain manisnya, pahitnya. Itu awal van, awal kisah cinta lo. Mungkin suatu saat kalo lo menghadapi masalah kaya gini lagi, lo akan lebih tegar menghadapinya. Jadi sekarang, lo gausah nangis van. Ini kan prom night, udahlah kita happy aja disini. Menikmati masa terakhir SMA" kata syifa yang langsung mengusap air mataku. Aku pun tersenyum. Lalu vanya dan syifa akhirnya kembali ke keramaian. Di tengah keramaian tiba - tiba adam menghampiri kami. Dan berlutut di depan syifa.

"Will you be my fairy?" adam mengatakan itu di depan semua orang. Syifa terkejut, namun ia tidak akan melewatkan kesempatan ini.

"Yes i will." Balas syifa dengan senyum manisnya.

Vanya pun yang melihat kejadian ini ikut senang melihatnya. Sebenarnya memang dari awal kelihatan sekali adam seperti sangat menyukai syifa. Dari sorot matanya, dari gerak - geriknya, dari cara menatapnya. Adam memang lelaki yang baik hati, ia juga tampan dan pintar. Vanya pun pergi meninggalkan mereka. Tiba - tiba langkah vanya terhenti setelah ada seseorang yang seperti memanggil namanya.

"Vanya!"

Aku menoleh ke belakang dan aku sedikit terkejut karena yang memanggilku adalah vian. Ya vian, orang yang dulu sempat menyukai dirinya. Kali ini vian sedikit lebih santai, tidak seperti dulu. Dulu, vian seperti sangat membenci vanya, ia menjauh dari vanya, selalu menghindar setiap bertemu dengannya, dan selalu buang muka setiap kali pandangan mereka bertemu satu sama lain.

"Hi van. Masih inget gue dong pastinya, ya kan?" Kata vian

"Kenapa ian? Ada yang perlu gue bantu?" Balasku.

"Sorry van." Vian menghela nafasnya.

Aku terdiam, aku ingin memberinya kesempatan untuk bicara padaku.

"Maafin gue van, gue dulu gajelas banget. Cuma gara - gara cinta gue jadi benci suasana di sekitar gue. Gue benci sahabat gue sendiri, bahkan orang yg gue cintai pun jadi korban kebencian gue." Jelas vian terkekeh.

"Gue tau van, saat itu lo lagi jatuh cinta kan sama sobat gue si sammy? Mangkannya lo nolak gue. Pasti lo ngira gue bisa baca pikiran orang deh? Haha enggak van, saat itu gue liat lo pelukan sama sammy. Tatapan lo beda ke sam begitupun dengan sam. Gue rasa sam tulus cinta sama lo." jelas vian lagi.

"Udah ian, jangan bahas yang dulu. Gue enggak mau liat kebelakang. Gue mau liat ke depan. Life must go on." Balasku sambil menepuk bahunya.

"Thank you van." Kata vian sambil berbisik ke telingaku.

"Oh iya van, setelah ini lo mau kemana?" Vian bertanya padaku.

"Yang jelas, ini malam terakhir gue disini." Vanya melirik ke arah vian dan tersenyum.

"Lo mau kemana van?" Kata vian.

Vanya tidak menjawab pertanyaan vian, ia hanya melemparkan seulas senyum kepada vian. Dan vian pun tidak akan memaksa vanya untuk mengatakannya, karena ia tahu suasana hati vanya saat ini.
Lo akan terus jadi seseorang yang gue cintai van. You're the only one. Batin vian.

VANYA IS MY LOVEWhere stories live. Discover now