OTY 40. Sebuah Janji

Start from the beginning
                                    

"Kamu mau tahu apalagi?"

"Semuanya."

"Kalau semuanya akan panjang."

"Akan kudengerin."

"Sampai dini hari?"

"Iya," jawab Yerisha mantap. Kali ini ia ingin tahu lebih banyak tentang Ode, tentang dirinya, keluarganya, masa lalunya, dan lukanya.

Yang Yerisha tahu mungkin satu malam nggak cukup untuk menceritakan semua tentang Ode.


Aku selalu merasa berterima kasih sama papa, mama Yer. Mereka menerimaku, menyayangiku bagai anak sendiri. Aku jadi bisa merasakan rasanya menjadi keluarga yang sebenarnya. Karena itu-

Aku ingin menjagamu, melindungmu-

Menjadi kakak terbaik untukmu. Boleh kan?

***

"Bagaimana, Ma?" tanya Papa dari sofa di ruang tengah saat melihat mama kembali dari lantai dua, rencananya mama ingin menemui Ode, menjelaskan tentang ia yang sudah sedikit bicara dengan Yerisha. Namun,Ode dan Yerisha rupanya sedang mengobrol berdua, tentang Ode lebih tepatnya. Mama mengurungkan niatnya, dan kembali ke bawah.

Saat melihat istrinya hendak bercerita, papa mengambil remote di atas meja dan mengecilkan volume televisi.

"Mereka sedang mengobrol berdua. Ode pasti akan menceritakan semuanya."

"Syukurlah," papa menghela napas lega. Akan lebih baik memang Yerisha tahu semuanya. Butuh waktu memang membuat Yerisha menerima Ode dan dengan sendirinya memahami keadaan anak itu. Membicarakannya lebih awal dengan Yerisha, dikhawatirkan akan membuka luka Ode yang baru ditinggal mamanya, dan Yerisha pun harus diberi pengertian secara perlahan.

"Tapi, Pa. Masa Yerisha mengira Ode anak papa dengan Rasti."

Tawa papa menyembur mendengar perkataan istrinya.

"Papa malah tertawa kan."

"Mungkin karena Ode datang tiba-tiba jadi ya-kemungkinan terbesar ya-kamu tahu sendirilah, Ma," ucap papa mengelus punggung istrinya.

"Iya sih, Pa. Itu mungkin terjadi terlebih kamu dan Rasti dulu pernah pacaran. Siapapun pasti akan berpikiran negatif."

Papa memicingkan mata, menangkap wajah kesal istrinya. "Kan itu masa lalu."

"Aku dan Rasti nggak berjodoh. Aku berjodohnya sama kamu."

Wajah mama masih kesal membuat papa semakin ingin menjahilinya. "Atau kamu sebenarnya pengen sama mas Arkan?"

Ledekan papa membuat mama menolak mentah-mentah pemikiran barusan. Mama dengan kesal mencubit lengan papa membuat paa mengaduh karena sakit.

***

Saat gerimis, di cafe four Seasom, Yogyakarta tahun 2023

"Yerisha."

Panggilan itu membuat Yerisha yang tengah menatap gerimis yang membasahi tanah kota pelajar dari balik jendela kaca cafe, menoleh, menatap editor cantiknya, yang sudah bekerja sama dengannya selama 4 tahun lebih.

"Iya, kak Senja. Ada apa?"

"Kamu yakin mau mengganti nama penamu menjadi Risha Sagara?"

Yerisha mengangguk. "Terdengar lebih enak didengar, kak. Hehehehe."

Senja mengangguk paham. Dia tidak merasa bermasalah dengan pergantian nama pena itu toh banyak penulis lain yang juga melakukannya.

"Kamu ada request lagi nggak sebelum novelku mulai diproduksi."

Yerisha mengangguk lalu mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah buku catatan.

Yerisha meletakkan buku catatan itu di atas meja, membuka halaman terakhir buku catatannya. "Bisa nggak kak kalau surat yang tertulis di catatan ini ikut dimasukkan ke dalam novel."

"Bisa. Nanti aku tambahkan ke naskah-"

"Aku maunya dari catatan ini, Kak."

"Hah? Maksudnya?"

"Aku mau surat dengan tulisan tangan ini dicetak dibuku. Tanpa diubah, terlihat apa adanya seperti sekarang," ucap Yerisha terlihat bersungguh-sungguh.

Senja mengerjapkan mata beberapa kali sebelum akhirnya mengangguk, mengiyakan permintaan Yerisha.

"Boleh kubaca?"

"Boleh, kak."

Senja menerima buku catatan dari Yerisha hendak membaca yang tertulis di sana namun dia teringat sesuatu, ia buru-buru menanyakannya pada Yerisha sebelum lupa. "Aku selalu bertanya-tanya, Yer."

"Soal apa, kak?"

"Di novel Syair Untukmu ini, aku merasa seperti ada kelanjutannya. Kamu berencana membuat sekuel ya, Yer?"

"Sekuel. Nggak kak," gelak Tawa Yerisha pecah. Lucu saja mendengar ucapan senja barusan. "Bagaimana bisa kak senja berpikir novel itu ada sekuelnya."

Senja menghela napas. "Mungkin aku pecinta happy ending, Yer. Aku berharap Arjuna balik, menemui Elsha, mengungkapkan perasaannya kek."

Sekali lagi tawa Yerisha pecah. "Padahal itu sudah happy ending bagiku, kak."

Senja terkadang tak tahu apa yang dipinjam Yerisha. Surat tulisan tangan di buku catatan itu misalnya.

"Kupikir Ristya dan Arjuna sudah bahagia, dengan keputusan yang telah dibuat."

Bukan plot hole. Senja hanya merasa, novel itu memang ada kelanjutannya. Cerita dari sisi Arjuna misalnya, seperti novel Dilan misalnya.

Atau sebenarnya cerita itu memang ada lanjutannya tapi Yerisha sedang menunggu-

Tatapan Senja tertuju sepenuhnya pada buku catatan Yerisha, sebuah surat yang tertulis rapi di sana. Tulisan tangan Yerisha.

Elsha sedang menunggu Arjuna membaca suratnya untuk memutuskan apakah ia akan menulis lanjutan kisahnya atau tidak, begitu pikir senja saat membaca surat di buku catatan Yerisha.

-tbc-

Sudah ya. Teka-tekinya sudah terjawab. Semoga tidak bingung lagi. Ada pertanyaan?

Ayo semangatin aku biar segera kelar nyelesaiin cerita ini hehehe

Yang mau cek spoiler cerita ini silahkan cek story IG ku ya @arqha_ _

ODE TO YOUWhere stories live. Discover now