29

10.2K 1.2K 14
                                    

Remind me if there is/are typo(s) ✎✎
















Seminggu sudah berlalu, sepertinya Riena sudah nyaris melupakan apa yang tengah dipikirkannya selama seminggu itu.

Riena masih tetap menjalani ujian-ujian sekolah seperti biasa, dengan Taeyong yang selalu berada di dekatnya.

Riena tidak tau kenapa, tapi makin lama dia semakin mengerti. Bukan temannya, bukan keluarganya, namun ada yang tidak beres.

Dirinya yang sepertinya dilindungi sebegitunya sama Taeyong, membuat Riena sempat berpikir bahwa dirinya lah yang menjadi target Si penjahat. Namun Riena mengusir pikiran itu jauh-jauh karena sangat tidak masuk akal, dia tidak memiliki masalah dengan siapapun.

Kecuali jika seseorang yang diam-diam menyimpan dendam terhadapnya.

Riena menghela, melirik hapenya. Dia tidak habis pikir. Bahkan Taeyong memasang aplikasi pelacak pada hape milik Riena.

Tanpa sadar bahwa Taeyong telah memudahkan langkah Si penjahat.

Hari ini, alih-alih belajar, Riena memiliki rencana di jam kosongnya.

Ia keluar dari kelasnya lalu berkeliling di sekitar gedung sekolahnya, mencari seseorang.

"Mark," panggil Riena kepada ketua OSIS yang baru itu, saat melihatnya keluar dari ruang OSIS.

Mark menoleh lalu tersenyum. "Kak Riena."

"Liat Cherry nggak?"

Mark terlihat berpikir, lalu mengangguk. "Tadi sih izin ke toilet, terus─"

"Oke, thanks," sela Riena yang langsung meninggalkan Mark yang kebingungan.

Riena berjalan cepat menuju toilet cewek terdekat lalu menunggu diluar pintu. Tidak lama setelah itu ia mendengar suara bukaan pintu, lalu muncullah Cherry yang terkesiap kaget.

"Eh, emak, kaget," latahnya cepat, membuat Riena tidak tahan untuk tidak tertawa.

Cherry yang menyadari itu, hanya tersenyum. Dia malu setengah mati. "Halo.. kak Riena."

"Hai juga. Ada waktu? Masih pelajaran ya?"

Cherry mengangguk kecil. "Cuma seni budaya kak, nggak terlalu penting juga."

"Gapapa nih gue minta waktunya sebentar?"

Cherry menggigit bibir bawahnya, lalu mengangguk. "Kenapa ya kak?"

"Lo sama Taeyong itu... kenapa?" tanya Riena to the point.

"H-hah?" Cherry tergagap, kaget jika akan ditanya itu.

Riena terdiam, tidak ada niatan untuk mengulang pertanyaan karena dia yakin Cherry mendengar pertanyaannya dengan jelas.

Cherry menautkan jari kedua tangannya, lalu memainkannya. "E-ehm.. aku, aku gabisa nyeritain kak.. kak Taeyong mungkin bisa coba buat ceritain.."

"Gue gabakal ke lo kalau Taeyong cerita ke gue."

Cherry kembali dibuat ciut karena Riena yang menjawabnya dengan nada datar. Cherry paham akan perasaan Riena, dia paham betul. "Kak.. jangan pikir yang aneh-aneh kak. Aku benar-benar gaada hubungan sama kak Taeyong."

Riena mengangkat satu alisnya. "Gue bukan ngomongin itu."

"Kalau... kak Taeyong sendiri ga cerita, apalagi aku kak.."cicitnya pelan, namun tetap jelas di dengar Riena.

Riena mengernyit kecil, berusaha untuk sabar. Dia mendengus kecil, tidak percaya akan perkataan adik kelasnya ini. "Lo... Taeyong... kalian nyembunyiin apa dari gue?"

Cherry membelalak, mulai panik. "Kak─"

"Nyembunyiin apa?!"

Gila. Riena sudah gila meneriaki adik kelasnya itu. Sungguh, dia tidak berniat membentak adik kelasnya itu. Cherry merupakan salah satu adik kelasnya yang dia sayang. Cherry tidak salah. Riena saja yang sudah terlalu lelah untuk menunggu.

Anggap saja dia tidak sabaran, namun hatinya yang melihat Taeyong dan Cherry seperti memiliki rahasia tersendiri, itu yang mengganggu pikirannya selama ini.

Taeyong itu mantannya, namun Riena masih mencintainya. Itulah satu-satunya alasan kenapa dia merasakan hal ini. Frustasi.

Cherry membeku setelah dibentak, matanya hanya berkeliaran kemana-mana. "A-aku.."

"Cherry!"

Cherry yang dipanggil menoleh, lalu membelalak. Begitu pun juga kagetnya Riena.

Mark mendekati mereka berdua, mengernyit bingung. "Kenapa ini?"

Mereka berdua terdiam.

Mark menatap kakak kelasnya itu, sedikit menajamkan tatapannya. "Kak, gue ada denger kakak teriakin Cherry."

Riena menahan nafasnya. Tidak, dia melakukan kesalahan besar. Kefrustasiannya membuatnya kehilangan akal sehat untuk mengendalikan emosinya. "Gue--"

"Apa ini?"

Riena kembali menoleh, melihat siapa yang datang. Taeyong. Riena langsung membuang pandangannya, lalu menatap Mark dan Cherry bergantian. "Gue minta maaf. Gue... ga bermaksud. Maafin gue, Cher."

Cherry menatap Riena bersalah. "Nggak kak─"

Tanpa mendengar perkataan Cherry, Riena berbalik berjalan pergi, melewati Taeyong begitu saja. Tanpa menatapnya, ataupun menyapanya.

Namun tangan Taeyong dengan cepat menangkap tangan Riena, membuat Riena tersentak dan memrotes saat Taeyong membawanya pergi dari sana.
















selama aku update disini, aku jarang liat kondisi story ini gimana, tau tau aja udah 60k 😭😭😭

makasih sebanyak-banyaknya buat kalian yang terus membaca story ini, bahkan mau sabar menunggu ketidak-konsistenku utk update cerita ini😭😭😭

sayang banget sm kalian 💚💚💚💚

jaga kesehatan yakkk, yg di sby yg kena zona hitam berjuang bareng ya melawan covid19 :)))))

dadah, c u in next ch 💚💚

1. Ketos | lee taeyong ✔Where stories live. Discover now