8

18K 2.1K 63
                                    

Remind me if there is/are typo(s) ✎✎



































Riena mengambil beberapa brosur dan isolasi, lalu menghampiri Taeyong.

"Udah, ayo."

Taeyong mengangguk lalu mereka berjalan menuju koridor kelas 10.

"Permisi," ucap Riena pelan, dan Taeyong yang mengintip dalam kelas di belakang Riena.

Guru yang sedang mengajar menoleh. "Ada apa?"

"Bu, izin promosi. 2 menit," ucap Riena.

"Oh, silakan."

Riena tersenyum lalu menarik Taeyong memasuki kelas 10-1.

"Pagi!! Masih ngantuk ya? Ini pelajaran apa?"

"Sejarah kak!" jawab mereka.

"Waktu sejarahnya kakak ambil sebentar ya. Maaf ganggu."

"Gapapa kak! Sampai selesai aja!"

"Boleh boleh!! Sekalian sampai jam pulang sekolah aja kak!"

Dan masih banyak sahutan yang lain membuat Riena merasa bersalah pada gurunya yang sedang mengajar.

Taeyong mendengus melihat sebagian besar yang menyeletuk adalah para adik kelas yang laki-laki.

"Oke, oke. Bentar, jangan ribut dulu. Kakak gabisa promosi."

Alih-alih diam, mereka tambah heboh. Entah merasa aura yang terpancar dari Riena yang sabar dan penyayang yang membuat mereka jadi lebih melunjak, atau memang mereka ingin osis promosi di kelasnya lebih lama.

"Diem," ucap Taeyong akhirnya.

Satu per satu murid mulai diam, lalu Riena menghela nafas.

"Daritadi kek.." gumamnya pelan, lalu tersenyum lagi. "Oke! Disini osis sudah membuka pendaftaran siapa yang ingin ikut boleh langsung daftar di ruang osis langsung. Banyak kakak osis yang udah disana. Pendaftaran dibuka hanya pada jam istirahat ya. Kalau selain itu, pendaftaraan tidak akan dilayani. Sekian, makasih!"

"Kak, kalau aku mau daftar jadi pacar kak Riena boleh ga?" celetuk salah satu siswa disana, membuat Taeyong mendelik agak kaget. Anak zaman sekarang makin berani aja.

Riena langsung tertawa begitu saja. "Fokus dulu sama pelajaran. Soal pacar itu nanti aja."

"CIAAAA DITOLAAAKK!!"

Riena hanya tertawa mendengarnya. Ia melirik kearah guru yang sedang menunggu sambil tertawa juga, lalu membungkuk sedikit dan pamit keluar.

Begitu juga mereka melakukan promosi pendaftaran osis sampai kelas terakhir.

"Yong, sekali-kali kek lo yang ngomong. Diem mulu. Kesel banget sih?" ucap Riena yang sudah keluar dari kelas terakhir.

Taeyong hanya diam, lalu mengangkat kedua bahunya. "Males."

Ingin rasanya ia menendang Taeyong sekeras-kerasnya. Masalahnya, Riena juga capek digombali terus. Ia berharap sasarannya akan sekali-kali ke Taeyong, tapi tidak sama sekali. Ya jelas juga, wajah Taeyong yang datar dan dingin disandingkan dengan wajah Riena yang ceria dan manis membuat target mereka selalu tertuju pada Riena.

"Lo juga. Digombali sama mereka malah ketawa," ucap Taeyong.

Riena mengangkat alis. "Masa harus gue bales dengan gombalan?"

Taeyong mendengus. "Nggak gitu juga. Sekali-kali pasang muka kesal atau terganggu, biar nggak terus digombali."

Riena menoleh menatap Taeyong. "Gue digombali mulu gegara jalan di sebelah lo sendirian. Kayak gini nih sekarang."

"Emang gue kenapa?"

"Ya muka lo terlalu datar. Jelas gue yang kena terus," jelas Riena sambil berjalan mendahului Taeyong.

"Ck, masalah ini aja ribut," ucap Taeyong menyusul Riena.

"Ya kan lo yang mulai," jawab Riena tak kalah kesal.

Taeyong ingin membalas lagi, tapi disela Riena.

"Udah, habis ini bel istirahat. Kita harus jagain ruang osis. Siapatau ada yang mau daftar."

Taeyong mengangguk lalu berjalan bersama Riena menuju ruang osis.

Di dalam sana, udah ada Doyoung, Mark, dan Jaehyun.

Jaehyun langsung menarik tangan Riena tanpa basa-basi lagi dan menyuruhnya duduk di sebelahnya, membuat Taeyong melotot tak terima.

Jaehyun tak menghiraukan itu, ia langsung menghadap ke Riena yang menatapnya kebingungan.

"Kenapa Jae? Panik banget lo."

"Na, lo harus denger. Gue ada berita buruk," ucapnya agak pelan.

"Ha? Apanya?" tanya Riena agak mencondongkan diri kedepan agar bisa mendengar lebih jelas.

Jaehyun menarik nafas. "Eunha pingsan tadi. Anemianya kambuh."

Riena refleks teriak. "Ha?! Kok bisa?!"

Jaehyun menarik tangan Riena agar duduk lagi. "Santai, santai. Sekarang lo harus jaga ruang buat pendaftaran. Biar gue yang kesana."

Riena menggeleng, matanya sudah berair. "Nggak, gue harus kesana Jae. Lo tau kan, dia bisa kejang-kejang?!"

Jaehyun mengangguk. "Iya, gue tau. Makanya, gue yang jaga. Lo disini aja."

"Tapiㅡ"

Jaehyun melotot. "Udah, gue cuma mau bilang ke lo aja. Bukan niat ngajak lo. Gue kesana sekarang."

Riena diam, perlahan menyetujui. Saat Jaehyun ingin beranjak pergi dari ruang, Riena menahan baju seragamnya. "Jae."

Jaehyun menatap Riena, menaikkan alisnya. "Ya?"

"Jaga Eunha baik-baik ya," ucap Riena dengan suaranya yang sudah bergetar.

Jaehyun mengangguk, lalu keluar dari ruang osis.

Inilah alasan mengapa Jaehyun bisa menerima Riena sebagai sahabatnya. Riena bukan anak yang neko-neko, melainkan anak yang tulus dan ceria. Tidak seperti perempuan lain yang hanya mementingkan dirinya sendiri.

Ia melakukan apapun dengan serius dan tidak main-main.

Dan Jaehyun juga tau diri, ia tidak pernah merebut Riena. Ia hanya menyodorkan diri sebagai teman cerita, teman yang selalu bisa diandalkan saat susah. Setidaknya membuat perasaan Riena jauh lebih baik.

Tapi Taeyong menyalahartikan niatnya itu.





























nah sesuai janji nih gw apdet hehe :v

terus ramein komen juga ya :)) komen 1 aja udh buat aku senyam senyum lho apalagi kalo kalian ribut di kolom komen :)))) berikan aku sedikit kebahagiaan :D

udah segitu aja bai :)

1. Ketos | lee taeyong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang