[AU]Soldier!Bokuto x Doctor! Akaashi

456 108 62
                                    


Pukul enam pagi.

Bokuto Kotarou sudah berdiri di sebuah gedung yang rasanya sudah lama sekali tidak ia kunjungi. Menghembuskan nafasnya seali secara dalam, Bokuto mulai melangkah dengan mantap. Sepatu bersol tebalnya menghentak berbenturan dengan aspal.

Memasuki ruangan yang masih sepi Bokuto melihat beberapaa perempuan muda yang terlihat tengah sibuk menyiapkan sarapan.

"Akhirnya anda datang juga,Bokuto san. Dia selalu menanyakanmu sampai aku bosan rasanya."

Bokuto mengangguk pada salah satu gadis yang menyambutnya "Ada di mana anak itu?"

"Masih tidur. Mari saya antar."

Mereka berdua memasuki gedung lebih dalam dan saat itu Bokuto baru sadar jika ini pertama kalinya ia memasuki tempat pengungsian itu. Beberapa kamar yang pintunya terbuka bisa terlihat berisi beberapa tempat tidur. Sekitar enm atau tujuh yang masing-masing dipisahkan oleh sebuah tirai tinggi. Mengingatkan Bokuto pada desain kamar Rumah sakit.

Mereka berbelok ke sebuah kamar dengan nomor empat. Gadis itu membuka pintu dan kamar nomor empat tidak jauh berbeda. Tirai masih tertutup menandakan jika penghuninya masih terlelap. Dengan tenang keduanya menuju ke tempat tidur paling ujung dekat jendela.

"Masuklah, dia sudah menunggu anda," ucapnya pelan "Tolong jangan berisik karena kamar ini berisi anak-anak dan lansia rentan."

Bokuto mengangguk "Terimakasih."

Setelah membungkuk dalam, gadis itu pergi. Menyibakkan tirai Bokuto melihat sosok anak laki-laki mungil tertidur mendekap bantal dan terbungkus selimut. Mengingatkan Bokuto pada anak Kucing.

Dengan perlahan duduk di tepi tempat tidur, Bokuto mengusap pelan kening menyibakkan poni yang hampir menyentuh mata. Rupanya anak itu sangat peka karena ia langsung membuka kedua mata coklatnya.

Membulat dan membelalak. Namun sebelum sempat berseru Bokuto langsung menempalkan jari telunjuknya di bibir anak itu menyuruhnya diam.

"Apa kabar?"

********

Bokuto berjalan ke balik sebuah banteng lapis kedua dengan tenang. Mantap meski tidak berada di baris depan. Tiba-tiba semua kenangan muncul di benaknya. Kata orang, sebelum kau mati maka otakmu secara tidak sadar akan menampilkan kembali kilasan hidupmu. Dan itulah yang terjadi dalam benak Bokuto. Menggunakan pakaian pelindung, wajah rapat dengan masker, dan helm, tubuh dengan bantalan anti peluru serta atribut lain.

Semua kenangan saat pertama kali bertemu Akaashi Saat itu Akaashi masih kelas satu SMA dan baru masuk tim voli Fukurodani memperkenalkan diri sebagai seorang setter.

Hal pertama yang langsung menarik minat Bokuto.

Bagaimana mereka bermain bersama, di sekolah juga dekat meski jarak mereka terpisah satu tahun dengan Bokuto Kotarou sebagai seniornya. Kemudian bagaimana tanpa sadar Bokuto mulai jatuh cinta pada sosok dewasa itu dan menyatakan perasaanya. Bahagia ketika gayung bersambut.

Bokuto lulus dan mengambil jalan yang tidak disangka oleh orang lain. Hampir semua mengir ia akan menjadi pemain voli pro dan bukan bergabung dengan militerr. Akaashi Keiji lulus di tahun berikutnya dan memilih karir sebagai seorang dokter.

Perang meletus dan Bokuto langsung terjun ke medan perang.

Keadaan semakin tidak menentu hingga ia secara tidak sengaja bertemu dengan anak kecil bernama Haruto.

Semua berputar di kepala Bokuto Kotarou bagaikan sebuah film layar lebar.

*********

"Terimakasih,Bokuto san." Bokuto terbelalak "Maaf selama ini aku seenaknya memanggil Bokuto san sebagai Papa. Aku hanya ingin memiliki ayah seperti Bokuto san. Selama Bokuto san tidak datang menemuiku aku takut dan berpikiran bagaimana jika terjadi sesuatu kepada Bokuto san adan aku tidak bisa bertemu dengan Bokuto san lagi? Aku bahkan belum berterimakasih dan memberitahu namaku."

Anak itu berbicara dan mulai terbuka padaku, pikir Bokuto.

"Kudoakan untuk keselamatan Bokuto san besok. Tetaplah hidup sampai tua dan melihatku menjadi tentara hebat seperti Bokuto san. Ah, dan Haruto. Namaku adalah Haruto."

Reflek Bokuto memeluk bocah yang ada di pelukannya itu dengan erat.

"Haruto kun, setelah perang nanti jika aku selamat nanti akan kukenalkan Haruto kun pada seseorang yang kusayangi. Orang yang akan membuatku bertahan saat perang terakhir besok selain dirimu."

********

Suara gelegar meriam mengudara memberi pesan bahwa perang secara resmi telah pecah. Bokuto Kotarou tidak pernah menyangka ia benar-benar terjebak di arena yang hidup dan mati sangat tipis seperti dipisahkan oleh sehelai rambut.

Tidak hanya kemampuan namun juga keberutungan dan doa dari orang tersayang menentukan nasib setiap orang. Banyak yang tumbang dari kedua belah pihak. Banyak wajah yang Bokuto kenal telah meregang nyawa.

Bokuto menangis.

Namun ia ingat banyak yang menunggunya di belakang. Meski terserempet peluru, terhantam kepalan tangan, terbantung dan tertindih, Bokuto hanya memikirkan untuk bertahan hidup, membunuh musuh, dan menyelamatkan sebanyak yang ia bisa.

Sebuah pengalaman yang tidak akan dia lupakan seumur hidupnya.

Formasi semakin hancur. Bokuto kini benar-benar berada di depan karena banyak garda depan yang telah gugur Hingga sebuah pemandangan mengguncang dirinya bahkan hingga ia menutup kedua matanya kelak.

Seseorang yang tidak ia lihat sejak kekasihnya datang ke barak, meski sama-sama terbungkus atribut namun Bokuto yakin dari postur dan cara bergerak juga teriakannya, menyongsong maju dengan gegabah. Berteriak hingga membuat telinganya sakit. Dengan berani membantai enam musuh sekaligus.

Bukankah ia berada di sisi lain medan pertempuran? Bukannya ia ditempatkan di depan? Apakah karena ia datang terlambat sehingga dia berada di area dekat banteng pertahanan?

Sebelum selongsong peluru bersuara mengerikan menghujani dada pemuda itu dan air mata tidak bisa dibendung lagi diikuti oleh raungan marah serta umpatan Bokuto. Tubuh tegap dan gagah berani itu seperti tumbang dengan gerakan slow motion.

Jatuh terlentang dan saat menyentuh tanah Bokuto yakin sosok familiar itu sudah tidak bernyawa lagi. Meski menyakitkan dan berusaha berharap bahwa masih ada kesempatan jika sosok itu bisa selamat namun dilihat dari kedua mata yang terbelalak dari balik helm dan masker itu tidak sengaja tertangkap menatap Bokuto dengan tatapan kosong. Tubuh terkulai di tanah dan mata kosong itu adalah mimpi terburuk Bokuto Kotarou.


"IWAIZUMI HAJIME, DON'T  YOU DARE!"






***********

A/N : Nah, sampai sini ketahuan kan siapa yang bakal bertahan dan tidak :D

Dari chapter awal juga sudah ketahuan sebenernya.

Dan ada nggak yang ngeh sama nomor kamar dan nama bocah yang diselamatkan oleh Bokuto Kotarou ?

Sesi menghujat dipersilahkan.

~GUARD YOU~ [AU]- EDITEDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora