[AU]Soldier!Iwaizumi x Scientist! Oikawa

414 98 0
                                    

Hari itu bukanlah hari yang baik bagi Oikawa Tooru. Entah mengapa ia tidak bisa berkonsentrasi. Mungkin karena pada akhirnya Oikawa tidak bisa tidur semalaman. Kini kantung kehitaman muncul di sekitar matanya. Bahkan sebelum memasuki laboratorium, Oikawa sudah meminum segelas kopi dan sarapan satu butir telur rebus. Biasanya itu cukup.

Berkali-kali ia mendengarkan teriakan dari atasannya. Setengah jam yang lalu seseorang dari rumah sakit datang mengantarkan beberapa sample darah. Salah satunya berasal dari darah musuh yang kabarnya hari ini meledakkan dirinya dan membawa virus yang dibawanya di dalam kantung, Tidak hanya darah tapi juga beberapa sample bagian tubuh seperti rambut dan juga serpihan kulitnya.

Mendapatkan banyak hal yang berharga untuk diteliti membuat atasan Oikawa menekan tim scientist untuk bekerja ekstra keras. Lebih keras dari sebelumnya. Mereka memiliki barang bagus sekarang. Kesempatan untuk mempercepat pembuatan antidote. Meskipun tidak akan menghentikan perang begitu saja, namun setidaknya dengan menemukan antidote membuat keadaan membaik.

Empat belas jam sudah Oikawa bekerja tanpa henti. Nahkan tidak berhentu untuk sekedar minum atau mengisi perutnya ayng kini kosong. Tenggorokannya terasa serak dan matanya mulai perih. Oikawa yakin bahwa jika shift hari ini berakhir aka nada tanda bekas kaca mata melingkar di sekitar indera penglihatannya.

"AH!"

"DASAR BODOH! SUNGGUH ANAK DUNGU!!!"

Oikawa menoleh saat mendengar teriak kesakitan dan juga barang pecah. Beberapa orang yang tadinya tengah tekun dengan mikroskop mereka juga ikut menoleh kea rah sumber suara. Di salah satu sudut seorang peneliti muda terlihat dengan gemetar memegangi tangan kanannya yang melepuh. Ekspresi wajahnya kentara sekali menahan sakit. Di sekitar kakinya terdapat pecahan kaca dan genangan cairan. Sepertinya tadi ia tengah melakukan sesuatu dengan cairan yang berbahaya dan tidak sengaja menumpahkannya. Sialnya cairan yang berbahaya itu mengenai tangannya.

"CEPAT KE RUMAH SAKIT,DASAR ANAK BODOH. ISSEI! ANTARKAN DIA."

Oikawa melihat peneliti seniornya yang memiliki alis tebal dan tadi tengah mengamati melalui mikroskop di samping anak itu langsung bangkit dan menyeret si peneliti muda keluar dari laboratorium.

"Bagi yang lain, kalian harus lebih berhati-hati apalagi di situasi seperti ini. Beberapa jam yang lalu kita sudah mendapatkan barang bagus untuk dijadikan sumber penelitian. Jangan sampai itu juga disia-siakan. Ingat! Negara membutuhkaan ketepatan dan kecepatan kita! Ayo semua kembali bekerja!"

Oikawa kembali ke pekerjaannya semula dan menghadapi buku kecil berisi rumus-rumus yang tengah ia hitung untuk memperkirakan takaran sesuatu. Setelah teriakan atasannya berhenti Oikawa mencoba kembali untuk berkonsentrasi. Namun pikirannya justru semakin kacau.

'Rasanya sebentar lagi aku akan gila. Semoga semua ini cepat berlalu.'

********

Iwaizumi membuka kedua matanya dan hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit ruangan yang berwarna putih. Tubuhnya terasa kaku dan tangan kirinya begitu berat. Ada perasaan ngilu di pergelangan tangan kanan. Dengan pelan ia mengangkat tangan kanannya yang sudah terhubung dengan sebuah selang berisi ciran yang dimasukkan ka dalam kulitnya.

Selang infus.

"Itu vitamin supaya tubuhmu yang dehidrasi bisa lekas pulih. Jahitan di lenganmu sudah mulai kering. Jangan banyak digerakkan dahulu supaya leka pulih."

Iwaizumi menatap ke arah sumber suara dan melihat seseorang memakai APD rapat tengah berdiri memeriksa botol infusnya.

"Baru saja kuganti, Sudah sadar,Iwaizumi san?"

Dari suara dan caranya memanggil Iwaizumi tahu jika dokter yang terbungkus rapat itu adalah Akaashi Keiji.

"Aku di rumah sakit?"

"Benar. Seperti yang kubilang kemarin lukamu perlu kujahit. Tubuhmu juga dehidrasi parah. Untung saja Koutaro segera membawamu kemari jika tidak kau juga akan kena tetanus. Kemarin kau demam."

Iwaizumi semakin melesakkan tubuhnya ke dalam tempat tidur. Badannya terasa begitu pegal.

"Beberapa hari lagi kau sudah bisa kembali. Sudah kuberikan surat rekomendasi agar kau beristirahat dulu."

"Kau tidak memberitahu Oikawa?"

Akaashi menggeleng lemah.

"Trims."

Ruangan itu hening sejenak.

"Aku harus berkeliling dan memeriksa pasien militer yang diisolasi. Sebentar lagi perawat akan mengantarkan makanan kemari. Kau beristirahatlah."

Sosok dokter itu keluar dari ruangan yang didominasi oleh warna putih dan biru begitu saja. Sejak pecahnya perang Bokuto dan Iwaizumi memang menjadi begitu dekat, tetapi tidak dengan Akaashi. Keduanya tetap menjaga jarak namun entah mengapa hari ini Akaashi terlihat lain. Seperti sedang marah kepadanya. Iwaizumi kembali memandang langit-langit ruang rawatnya. Kepalanya terasa sangat pusing untuk berpikir.

Maka dari itu ia mencoba untuk memejamkan kedua matanya dn mengosongkan pikirannya. Ia tidak mau terlalu banyak berpikir dan membuat kepalanya seperti akan meledak kapan saja.

**********

Pukul satu dini hari Oikawa akhirny bisa kembali ke ruangan istirahatnya. Hari ini kemajuan pekerjaannya sudah cukup mengalami banyak perkembangan yang signifikan. Beberap sample sudah berhasil diekstrak dan menemukan beberapa bahan dasar yang digunakan untuk menciptakan virus. Mungkin perlu beberpa hari lagi untuk melakukan uji coba ulang yang bertujuan untuk meyakinkan tim.

Oikawa tidak melepaskan jas laboratoriumnya dan langsung berbaring. Kakinya terasa sakit karena terlalu lama mondar-mandir. Pikirannya kembali pada kejadian seorang juniornya yang dengan ceroboh memecahkan salah satu alat penelitian dan melukai tangannya. Pukul tujuh malam tadi muncul pemberitahuan jika sang junior mengalami kecelakaan yang cukup fatal di tangannya itu. Cairan entah apa telah merusak jaringan kulit serta beberapa urat di bawahnya. Ia terancam kehilangan salah satu tangannya dan otomatis ia tidak bisa bekerja lagi di laboratorium.

Juniornya itu dipecat.

Oikawa mengenal anak itu dan sempat beberapa kali berbicara bersamanya. Mereka berasal dari kampus yang sama bahkan tergabung di dalam klub voli di kampus. Cukup pandai bermain dan junior yang sangat penurut.

Saking penurutnya, junior berkepala botak yang bermain dalam posisi libero di tim mereka itu sering dikerjai oleh anggota tim lain. Tak jarang anak itu menangis saat dijahili.

Oikawa langsung embayangkan reaksi anak itu saat tahu ia akan kehilangan salah satu tangannya yang berharga. Bahkan pekerjaannya di laboratorium negara. Apakah anak itu menangis seperti biasa?

Dalam kondisi seperti ini tidak aka nada yang bisa membantumu untuk melewati masa yang sulit. Masing-masing berjuang untuk menguatkan diri sendiri. Mental benar-benar diuji hingga titik terlemah. Oikawa sangat menghawatirkan anak itu. Kemudian ia berencana untuk mengunjunginya di rumah sakit jika keadaannya memungkinkan.

Mencoba menghilngkn bayangan juniorny yang tengah menangis, pikiran Oikawa kembali pada Iwaizumi. Kira-kira laki-laki itu sedang apa sekarang. Apakah medan pertempuran sedang dalam kondisi terkendali atau tidak. Rasanya banyak sekali yang dipikirkan oleh Oikawa sehingga secara tidak sengaja laki-laki itu sudah atuh tertidur daam kondisi masih memakai jas laboratorium lengkap dan posisi horizontal dan kaki masih menggantung ke lantai dari tempat tidurnya.

~GUARD YOU~ [AU]- EDITEDWhere stories live. Discover now