1. Aku Cinta Kamu

9.4K 766 182
                                    

Kamu kepingan penting untuk hidup aku agar menjadi sempurna

-----

Jam 04.00, subuh. Jam weker yang bersanding indah dengan lampu tidur serta cahaya redup dari lampu membuat mereka berdua bak sepasang pasangan romantis bahagia. Jam weker berwarna biru muda yang aku beli saat tak sengaja melihatnya di etalase toko Singapura itu sedang berlenggak lenggok indah membangunkan kami dari tidur.

Kami, sudah tebak? atau belum?.

Akan aku beritahu, tapi tunggu dulu sebab aku sedang ingin bercerita sambil menatap wajah polos dia yang sedang memeluk guling. Ah, sudah sebulan tapi aku masih selalu terpesona dengan pemandangan ciptaan Tuhan yang diberikan khsusus untuk aku ini. Dan juga, perasaan malu-malu itu masih kian terasa. Akhirnya aku paham mengapa adegan film selalu menceritakan kisah pasangan sehabis pernikahan yang, hmmmm, awwkard? itu karena memanglah seperti itu. Namun merasakannya sendiri jauh lebih awwkard dari sebuah cerita film. Serius, aku tidak melawak.

"Sudah jam berapa?" Tanyanya, saat ia menggeliat namun dengan mata masih terpejam. Ia tadi memunggungiku, tetapi sekarang menghadap ke arahku membuat aku semakin bebas memandang wajah tidurnya.

"Jam empat. Siap-siap shalat sana" kataku memberinya jawaban.

"Hmmm" singkat jawabnya membuat aku menggeleng. Bohong, ia sama sekali tak bangun, justruku perhatikan tidurnya semakin pulas.

Jemariku bermain diatas rambut berantakannya. Aku mengingat kembali masa-masa pertemuan kami satu bulan lalu tepatnya di bulan Juni. Hari itu perasaanku kacau. Bukan hanya hari itu, tapi setiap hari itu selama empat tahun.

4 Juni, hari pernikahan kami sekaligus hari ulang tahun pria disampingku yang melanjutkan tidur. Rasanya kemauanku untuk pulang semakin mengebu-ngebu. Tapi nyaliku belum ada, aku belum berani menghirup udara Indonesia kembali. Seribet itu memang diriku.

Sekitar jam 07.30 malam, aku menyaksikan
lampu-lampu dari Supertree Groove di taman By The Bay mulai menyala, kilau lampunya membuat area menjadi megah. Bangunan yang di desain khusus menyerupai pohon menari seirama dengan musik instrumental selama pertunjukan garden rhapsody. Durasi show 15 menit itu mampu menampilkan segala suasana. Akan membahagiakan bagi pengunjung yang lain. Tidak untukku, kenapa juga aku yang sedang patah hati datang melihat pertunjukkan dengan suasana romantis disana?.

Tapi, tapi, setelahnya aku tidak menggerutu lagi. Pria dengan sweater santai warna blester dan perpaduan celana jeans mendekatiku. Bahkan saat ia sudah ada di depanku, aku masih bertanya-tanya apakah ini mimpi atau sekedar ilusi. Senyumnya di malam itu, pancaran mata seriusnya di malam itu, semua hal tentangnya di malam itu aku ingat dengan jelas. Keterkejutanku belum selesai. Tanpa sebait kata pembuka ia justru mengeluarkan kotak cincin.

Kalimat pertamanya dimalam itu "Kamu sudah siap pulang, Rey?"

Ya Tuhan. Empat tahun telingaku tidak mendengar suara pria dihadapanku. Aku menangis tanpa tau sebabnya. Jahat kamu datang tanpa permisi dan langsung membuat aku mengeluarkan air mata.

"Kenapa menangis?" Tanyanya justru air mataku semakin deras.

Aku menggeleng. Semua kosa kata seakan hilang begitu saja. Otakku tak bisa berpikir untuk memberi jawaban.

"Selamat hari pernikahan ke lima tahun, Reyna"

"Jahat" lirihku. Tapi ia justru tersenyum.

"Kenapa kamu buat aku menunggu terlalu lama? Harusnya kamu datang lebih cepat buat jemput aku. Jahat!" Makiku.

Malam itu aku menangis tersedu-sedu dalam dekapannya. Ia datang menjemputku pulang dan menang atas keyakinannya bahwa aku akan pulang.

Satu kalimatku saat masih dalam dekapan hangatnya "Assalamualaikum ketua rohis". Aku menyambutnya untuk memulai hidup baru kami berdua. Itu suamiku, Muh. Raka Farhan.

BAB II - Assalamualaikum Ketua RohisМесто, где живут истории. Откройте их для себя