Bahkan setelah semua itu terjadi, Raerin menginginkan Taehyung untuk berada di sisinya. Bukan sebagai seorang kakak laki-laki, melainkan sebagai belahan jiwanya.

Oleh karena itu, ketika Raerin diingatkan akan kenyataan itu kembali. Ia merasa kalau dirinya terlalu serakah karena sudah mendapatkan semuanya.

Meskipun mereka berdua sudah sama-sama mengakui perasaan mereka.

Raerin terus saja berpikir. Apakah kini ia pantas bersama Taehyung setelah kehadirannya dulu justru menyakiti hati pria itu?

“Sampai kapan... kau akan terus menutupi rasa sakit itu?” tukas Raerin seraya mengusap pipinya yang basah. “Bagian itu tertutup hanya untukku dan aku hanya bisa masuk jika kau membukanya untukku, Taehyung-ah. Dengan begitu, aku bisa menjadi orang yang menyembuhkan lukamu.”

Taehyung menegakkan tubuhnya, kemudian mendekati Raerin perlahan. Jemarinya mengusap air mata Raerin yang masih terus bercucuran.

“Jangan menangis. Kumohon janganlah menangis. Satu hal yang harus kau ingat, kehadiranmu sudah membuat diriku menjadi lebih baik. Kau sudah menjadi orang yang sangat berarti bagiku.”

Kedua tangan Taehyung merengkuh tubuh gadis itu dan membawanya ke dalam kehangatan.

Bukan hanya Taehyung saja yang terluka, Raerin juga merasakannya. Hanya saja, dulu Raerin dengan rela menerima semua perlakuan buruk yang Taehyung lakukan padanya. Sebab, gadis itu bertekad untuk mengubah sifat pria itu.

Dan, sekarang keinginannya sudah terwujud. Taehyung sudah berubah menjadi pria hangat yang juga peduli padanya.

Akan tetapi, Raerin tidak tahu. Apakah ini akan berlangsung selamanya atau hanya sementara?

Di sisi lain, Yoongi hanya dapat menghela napas sembari memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya.

Yoongi memang tidak ingin mencampuri urusan mereka. Namun ia merasa harus menasehati Taehyung juga demi kebaikan Raerin.

“Raerin-ah, masuklah ke dalam kamar. Aku akan mengobrol dengan Taehyung.” Kelakar Yoongi.

Pelukan Taehyung pun mengendur. Sekali lagi Taehyung tatap wajah cantik di hadapannya. Kemudian sudut bibirnya terangkat.

“Jangan sedih lagi, mengerti? Sekarang beristirahatlah.”

Raerin mengangguk kecil. Lantas bangkit dan menuju kamarnya.





Berbaring di atas tempat tidur selama dua jam tidak kunjung membuat Raerin tertidur. Gadis itu menggigit jarinya dengan resah.

Ia pun memutuskan untuk membuka pintu kamarnya sedikit dan mengintip keadaan di luar. Saat itu Raerin melihat Taehyung tengah melewati kamarnya sambil membantu Yoongi berjalan karena langkah Yoongi sempoyongan.

Raerin pun bergegas keluar dari kamarnya dan turut membantu Yoongi berjalan menuju kamar milik Taehyung.

“Apa yang baru saja terjadi?”

“Dia menghabiskan empat kaleng bir.” Ujar Taehyung.

“Dasar bodoh. Kau sendiri tidak minum?”

“Tentu saja aku minum. Tapi aku lebih kuat dari Yoongi hyung.” Jawab Taehyung dengan percaya diri.

Setelah membiarkan Yoongi yang tertidur pulas di kamarnya, Taehyung memilih mengekori Raerin diam-diam.

Tepat saat Raerin hampir menutup pintu kamarnya dengan rapat, salah satu kaki Taehyung menahannya.

“Bolehkah aku masuk?”

Raerin mundur dengan perasaan yang tidak nyaman. Membiarkan Taehyung masuk ke dalam kamarnya membuat dirinya harus waspada.

Taehyung langsung duduk di atas tempat tidur, melepaskan hoodie-nya dan menyisakan kaos putih polos.

“Kau tidak duduk? Kemarilah.” Taehyung menepuk sisi tempat tidur yang kosong. Tetapi Raerin lebih memilih duduk di atas kursi kayu meja belajarnya dan menghadap ke arah pria itu yang berjarak lima meter.

“Aku akan secepatnya melupakan kejadian hari ini. Kau tidak perlu menjelaskan sesuatu padaku.” Raerin menundukkan kepalanya dan kembali berkata. “Aku hanya tidak bisa mengendalikan diriku. Jadi kita tak perlu membicarakannya lagi. Aku...”

Raerin tidak menyadari jika Taehyung sudah berada tepat di hadapannya. Pria itu meraih Raerin dan langsung mencium bibirnya, mencicipinya pelan-pelan, dan sangat hati-hati, kemudian melumatnya lembut.

Perlahan Raerin pun menutup matanya dan bibirnya ikut bergerak, membalas dengan lumatan-lumatan kecil.

Taehyung begitu bergairah tetapi tetap bersalut kelembutan. Raerin pun terhanyut dalam ciuman yang luar biasa itu. Sampai akhirnya Raerin merasakan Taehyung menekan tubuhnya begitu kuat dari belakang, segera gadis itu melepaskan dirinya dari dekapan Taehyung dengan napas yang terengah-engah.

“Raerin-ah, kau sudah siap untukku?” bisik Taehyung dengan suara khasnya yang rendah.

Raerin menyipitkan matanya. “Maksudmu?”

“Kau menginginkanku, bukan?”

Siapa yang tidak menginginkan pria yang luar biasa tampan ini? Semua mahasiswi di kampus pasti bermimpi bisa berada di pelukannya.

Tiba-tiba Taehyung menundukkan kepalanya, mengecup pipi Raerin, lalu berpindah ke leher, kemudian pundak sambil menurunkan kemeja gadis itu. Raerin dapat rasakan sentuhan yang membakar sekaligus menyejukkan.

“Tunggu dulu!”

Seketika Taehyung memundurkan tubuhnya. Dan, menatap Raerin.

“Tiga tahun. Kau harus ingat perjanjian itu.”

Pria itu lantas meremas rambutnya dengan kasar. Hasratnya yang tidak terlampiaskan membuatnya sangat frustasi.

Persetan dengan perjanjian!

Taehyung ingin memiliki gadis itu sekarang juga.


To be continued.

Jadi gimana guys, mesti nunggu 3 tahun atau enggak nih si TaeTae?

Jadi gimana guys, mesti nunggu 3 tahun atau enggak nih si TaeTae?

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Heran kenapa gak abis2 gantengnya.

Bonus Jimin di bawah wkwk

Bonus Jimin di bawah wkwk

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.


30 Mei 2020

Diabolic || Kth 2 Where stories live. Discover now