BAB 23 INTIM

12.7K 2.5K 289
                                    


"Mau kemana?"

Aku terkejut saat mendengar teriakan Azel. Padahal aku baru saja akan melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Azel sudah berlari mendekatiku.

"Mau ehm ke kamar mandi," ucapku sambil menatap Azel dengan malu. Pasalnya, sejak kakiku terkilir, dia sangat protektif kepadaku. Semua keperluanku dia yang menyediakan, bahkan aku tidak boleh beranjak dari atas kasur.Untung saja kami sudah kembali ke apartemen. Kalau masih di rumah dan ada Mama sama Papa, aku bisa malu karena perhatian Azel ini.

"Aku antar."

Dia langsung menggamit lenganku dan menuntunku untuk masuk ke dalam kamar mandi. Tapi segera kugelengkan kepalaku.

"Aku bisa sendiri, Zel."

Tapi dia malah kini menyipitkan matanya "Kaki kamu lihat aja, bengkak gitu."

Dia menunjuk kakiku yang memang membengkak apalagi di pergelangan kaki. Ini saja buat jalan sangat sakit sekali. Tapi toh urusan ke kamar kecil, Azel tidak boleh ikut.

"Aku mau...ehmmm mau..."

Tapi Azel malah tiba-tiba menggendongku dan membuat aku memekik.

"Kamu mau mandi, atau pipis?"

Pertanyaannya langsung membuat pipiku terasa panas. Di a itu tidak ada malu-malunya mengatakan itu semua. Aku langsung memberengut.

"Azeelll, aku ini masih perawan. Urusan seperti itu aku malu kalau kamu..."

Mataku membelalak saat menyadari apa yang baru saja aku katakana. Tapi Azel malah sudah menyeringai.

"Makasih Selli, kamu memang tercipta untukku."

Tiba-tiba dia sudah masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintunya. Lalu mendudukkanku di atas toilet duduk.

"Udah, kalau mau pipis, silakan. Mau mandi? Aku tungguin."

"Azeeeelllll."

****

Akhirnya aku duduk di sini, kedinginan. Hanya terbalut handuk yang menutupi tubuhku. Seperti anak kecil yang baru saja dimandikan. Azel yang sibuk mondar-mandir ke sana ke sini. Mengambilkan baju untukku, lalu mengurai rambutku yang baru saja keramas. Mengeringkannya dengan handuk lalu mulai menyisiri.

Aku masih malu, apa yang terjadi di dalam kamar mandi tadi. Aku tidak mau mengingat lagi dan tidak mau bercerita. Ini terlalu intim menurutku.

"Rambut kamu panjang ya, Li."

Azel menggumam di belakangku. Dia sibuk menyisiriku, sementara aku benar-benar terbalut handuk dari leher sampai kaki. Benar-benar yang terbungkus handuk besar. Tanganku saja ada di dalam handuk.

"Nggak pernah aku potong."

Akhirnya aku menjawab, Azel berdehem sambil terus menyisiri. Lalu aku menoleh ke belakang.

"Zel, udah dong. Aku bisa ganti baju sendiri. Nggak kayak anak bayi kayak gini."

Tapi Azel menggelengkan kepala.

"Kamu kan, memang baby-ku." Jawabannya membuat aku memberengut. Lalu dia meletakkan sisir kemudian hendak membuka handuk yang membungkus tubuhku.

"Jangan macam-macam, Zel!"

Dia menyeringai lagi dan mengangkat kedua tangannya ke atas.

"Oke, kamu ganti baju, lalu tidur ya? Habis ini aku olesi obat lagi kaki kamu."

Dia akhirnya beranjak keluar dari dalam kamar. Aku menghela nafas lega. Lalu dengan cepat membuka handuk, dan memakai pakaian yang disediakan Azel. Kuenyahkan rasa maluku saat memakai pakaian dalamku, mengingat dia yang mengambilkan dari dalam lemar pakaian. Lalu teringat lagi apa yang terjadi di dalam kamar mandi tadi. Ahhhhhh aku malu.

*****


"Masih sakit?"

Pertanyaan Azel membuat aku menganggukkan kepala. Akhirnya aku sudah terbaring di atas kasur. Dan Azel selesai mengolesi kakiku dengan salep. Dia kini ikut berbaring di sebelahku.

"Tadi itu gimana bisa jatuh?"

Pertanyaannya akhirnya membuat aku menghela nafas lagi, "Enggak tahu. Pakai sepatu hadiah dari Sella, yang heelsnya kan tinggi. Aku tidak terbiasa sih."

Azel mengulurkan tangan untuk mengusap kepalaku. Dia sangat lembut dan membuat jantungku makin berdegup tak karuan.

"Jangan pake lagi, udah tahu biasa pake sandal jepit juga. Atau memang dipakai karena ada Rangga?"

Ucapannya itu membuat aku melotot "Setelah apa yang tadi terjadi di dalam kamar mandi, kamu masih mau bahas Rangga?"

Aku kesal, karena dia malah membahas masalah Rangga setelah apa... ah aku tidak mau mengingat itu lagi. Aku masih malu.

Azel kini malah tersenyum dan memajukan wajahnya tepat di depan wajahku.

"Aku mau mengulang lagi, apa yang terjadi di dalam kamar mandi."

Otomatis, mendengar ucapannya aku segera membenamkan wajahku yang pastinya sudah merah padam ini, di atas bantal. Azel bisa membuatku tak berkutik.

"Kamu jangan malu-maluin deh Zel." Suaraku teredam bantal, tapi Azel bisa mendengar. Dia malah tertawa lalu nafas hangatnya kini terasa di telingaku.

"Kenapa malu? Tadi aja nggak malu kok."

Tuh kan... aku langsung menatap Azel yang kini sudah ada persis di depanku. Nafas hangat kami saling menerpa.

"Li, makasih ya, karena sudah mau menjadi milikku. Seutuhnya." [ ]

BERSAMBUNG' 

OWH APAKAH ITU? HAYOOO BANG AZEEEL NAKAL PASTI TO

SANG PENGGODAWhere stories live. Discover now