PROLOG

41.8K 2.5K 85
                                    


Aku menatap kerumunan orang yang sudah memakai seragam putih hitam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku menatap kerumunan orang yang sudah memakai seragam putih hitam. Pagi ini aku memimpin sendiri untuk membimbing para karyawan baru yang baru saja aku terima. Sebagai Human Resource Departement{ HRD Director} di hotel GRAND ATMA SERKAN cabang jakarta ini, itu memang tugasku. Hotel milik papa ini, memang aku yang mengelola meski aku hanya mau mengemban tugas dalam mencari SDM saja, masalah kepemimpinan masih ada Bang Gana, putra dari Papa Serkan, saudara kembar papa yang aku panggil dengan panggilan ayah. 

"Li, bentar."

Aku baru saja akan menyampaikan sambutan saat tepukan dan panggilan dari arah belakangku membuatku menoleh. Bang Gana sudah berdiri di sana dengan setelan jas perlentenya. Dia tersenyum kepadaku.

"Aku mau kasih sambutan dong, masak GM di  sini belum memperkenalkan diri. Ehm sama kamu tolong ambilin draft karyawan yang kamu kirim kemarin. Aku lupa bawanya, ada di ruanganku ya?"

Bang Gana sudah berbisik di sebelahku, dan akhirnya aku menganggukkan kepala.

"Ok, deh bang."

Bang Gana tersenyum lalu menepuk bahuku lembut saat aku berbalik dan keluar dari ruangan ini. Melangkah dengan mengenakan stiletto hitam membuat langkahku sedikit memelan. Seragam hotel ini yang berwarna merah membebat tubuhku. Begitu juga dengan hijab warna senada. Aku merasa sudah sempurna dalam hal penampilan. Meski aku masih tidak nyaman mengenakan sepatu hak tinggi begini, inipun aku kenakan karena aku harus bertemu dengan calon-calon karyawan tadi. Kalau tidak, aku biasa memakai sandal jepit saja. Lebih enak dan nyaman. 

Aku berhenti di sebuah pintu kaca, ruangannya Bang Gana, General manager di sini. Tapi saat aku melangkah masuk, langkahku seketika terhenti. Karena di kursi depan meja kerja milik Bang Gana, ada seseorang yang tidak mau aku temui.

"Hai.."

Sapaannya hanya membuatku mengernyitkan alis. Kita tidak saling kenal sebenarnya. Dylan Azel Pradipka. Sahabat Bang Gana, seorang pengusaha sukses, dan juga bertangan dingin dalam bisnisnya. Mempunyai bisnis properti di seluruh Indonesia. Tapi bisa kalian tebak kan? Kalau pria seperti itu pasti juga Playboy sejati. Aku tidak akan kaget kalau melihat tampangnya wara wiri di media cetak atau televisi, di dalam acara gossip ataupun kolom gossip. Azel, aku lebih menyukai memanggilnya begitu, dia contoh pria metropolis yang memang benar-benar bisa memanfaatkan keadaan. Dia kaya, dia tampan dan dia digilai hampir semua wanita, perlu digaris bawahi, hampir karena aku tidak tergila-gila dengannya. Aku masih cukup waras, untuk menjadi bahan eksperimennya dalam hal cinta.

Aku tidak menjawab dan terus melangkah ke balik meja kerja Bang Gana. Mencari map yang aku berikan kepadanya kemarin sore. Tapi diatas meja tidak ada apapun kecuali vas bunga kecil yang pasti milik Mbak Tiara, istrinya Bang Gana. Lalu aku mencari di laci meja, dan tidak menemukan apapun.

"Cari ini?"

Suara berat itu menarikku dari pencarianku. Mata bermanik hijau itu kini menatapku tepat. Aku langsung mengalihkan tatapanku ke arah foto-foto di atas meja yang menampilkan kemesraan Bang Gana dengan Mbak Tiara.

"Selli..."

Aku akhirnya kembali menatap Azel. Dia pasti tidak akan berhenti menggodaku. Aku sudah jengah dengan rayuannya, tiap kali kami bertemu.

"Serahkan kepadaku."

Azel memang memegang map warna hijau itu di tangannya. Tapi dia kini menggelengkan kepala. Hari ini, Azel tampak begitu santai dengan kemeja warna putihnya yang dipadu padankan dengan celana jins dan sepatu boots warna coklat. Sosoknya menggambarkan seperti cerita koboy di novel-novel Harlequin yang sering aku baca.

"Ehmm, galak banget sih Li. Aku salah apa sama kamu? Tiap ketemu pasti pingin gigit aku."

Aku tidak akan mempan dengan godaannya itu. Kini aku bersedekap dan menatap galak ke arahnya. Azel sudah duduk tegak dan kini mengacungkan map itu lagi.

"Kamu beda sama Sella, dia ramah loh sama aku."

Aku mendengus sebal mendengar nama kembaranku disebut. Semua orang juga tahu, kalau Azel ini naksir sama Sella. Tapi sayang, Sella hanya menganggapnya sahabat. Aku bisa ingat dengan jelas, saat Sella menikah resmi dengan Keanu, Azel malah memilih mabuk-mabukkan sampai pagi. Itu kata Bang Gana. 

"Kalau cinta ditolak, jangan langsung berbelok ke saudarinya, ok?"

Aku langsung keluar dari balik meja. Lalu mendekati kursi yang diduduki Azel. Dia tersenyum dengan manis. Khas milik Azel, yang bisam mebuat wanita berteriak kegirangan.

"Siapa yang nolak cintaku? Gak ada yang berani."

Ucapannya membuat aku memutar bola mata, lalu mencoba merebut map itu kembali. Tapi Azel sudah menyingkirkannya, membuat aku tidak bisa menangkapnya.

"Zel, aku ada meeting sama karyawan baru."

Akhirnya aku berkata lebih keras, dan alis tebal Azel terangkat.

"Aku juga ada meeting, sama ehmm kekasihku."

Dia mengejekku, aku tahu itu. Aku kini menatapnya dengan kesal, Azel sendiri sudah mengipas-kipaskan mapnya yang dia pegang dengan tangan kiri. Ingin rasanya menarik map itu tapi posisiku pasti nanti akan menjadi canggung dengannya.

"Cium, dulu."

Azel menyentuh pipinya, membuat aku makin meras kesal. Daripada seperti ini, aku akhirnya memilih untuk mengabaikannya. Berbalik dan berderap ke arah pintu. Persetan dengan map itu, aku akan menyuruh Bang Gana mengambilnya sendiri.

"Hei.."

Panggilan Azel tidak aku pedulikan, aku langsung membuka pintu tapi pintu belum terbuka, ada tangan yang menahan handel pintu agar tetap tertutup. Tangan itu milik Azel.

"Hei, jangan marah. Nih..."

Azel mengulurkan map itu ke depan wajahku. Tapi aku berdiri diam dan membeku. Aroma parfum mahal milik Azel menguar di sekelilingku, dan itu membuat kepalaku pening. Hanya dengan harumnya saja sudah membuat aku.... tergoda dengan AROMA GODAANNYA. Sial.

BERSAMBUNG

 OKE YANG UDAH MASUK DI GRUP PEMBACA KEMARIN UDAH TAHU KAN AKU MAU BUAT CERITA INI? DENGAN DYLAN YANG BLA BLA BLA... DINIKMATI DULU YAAA 


SANG PENGGODAWhere stories live. Discover now