#14

9 1 0
                                    


Rinaya pun beranjak dari tempat duduknya dan melangkah ke arahku lantas memegang kepala ku

"Jangan begerak"pintanya
ia pun membalikkan kepala ku dan mengambil kepingan silver dari belakang leher ku.

"Ini lah yang di tempelkan Frank kepada mu, untuk mengetahui keberadaan mu dan juga untuk membuat mu paham berbahasa Agharta" kata Rinaya sambil memperlihatkan kepingan itu kepadaku

"Iya aku sudah tahu itu, pasti dia memasang benda itu ketika aku pingsan" jawabku
"Pingsan ?"
"Iya sehabis kita dari portal Gua itu aku dan Frank muncul di dataran padang rumput yang luas dan aku juga melihat beberap bunga yang aneh"
"Ohh øyet hell, Apakah kau bermimpi lex ?"
"YAHHH, Yahh, kau benar aku bermimpi soal ibu kemarin"
"Pasti dan itu pula alasan mengapa kau lari dari Frank"
"Apa maksud mu ?"
"Aku tahu pasti kamu curiga dengan dia, kamu harus percaya ini, itu semua tidak nyata rasa curiga itu berasal dari bunga itu, tatapan dari bunga itu menciptakan sebuah waham di kepala mu yang se-akan akan Frank berniat jahat kepadamu"

Aku terdiam sejenak

"Tunggu, tadi katamu kepingan itu befungsi untuk mengetahui keberadaan ku ?"
Rinaya mengangguk

"Tapi kenapa Frank ..." aku tak melanjutkan pertanyaan ku, 

"Mungkin Frank sengaja berpura-pura tidak megetahui keberadaan ku dan membiarkan Rinaya yang menjemputku" pikirku dalam hati 

"Apasih Lex" tanya Rinaya bingung
"Enggak-enggak lupakan, jadi apa tadi ?" jawabku
"Selepas kau pergi dari Frank dan Grand, Frank langsung menghubungi ku , dengan mengatakan kau lari darinya"
"Grand ?"
"yah Grand adalah pria yang bersama Frank, kami bertiga bertemu di salah satu lorong antar bangunan itu dan Frank menyuruh ku ke tempat dimana kau bersembunyi dia hanya ingin memastikan keberadaan mu aman"
"Tapi jika kau mengetahui keberadaan ku, kenapa kau masih tekejud saat melihat ku ?" tanyaku bingung
"Aku tak ingin membahasnya" kata Rinaya sembari menundukkan kepalanya

Rinaya melemparkan kepingan itu kembali kepadaku

Penjelasan Rinaya membuatku perhatian ku terpusat, sampai aku tak tahu pukul berapa ini, disini tak ada jam tangan atau jam dinding yang dapat memberitahuku pukul berapa ini. Aku tak melihat adanya lubang-lubang ventilasi di sekitar ruangan ini, ohya seketika ku mengingat kita sedang berada di ruang bawah tanah, tempat persembunyian Frank dan se ingatku sewaktu ku berada di tengah kota itu, sinar matahari nampak segar, sekiranya masih pukul Sembilan pagi

"Apa yang harus kita lakukan sekarang Rin?" tanyaku
"Menunggu" jawabnya singkat
"Siapa ?"
"Frank?"
"Untuk kali ini bisa kah ku mencarinya sendiri ?"
"Negative"Jawab Rinaya
"Hei apa susahnya kita hanya tinggal mencari Thazar lalu memukulnya, Masalah Beres"
"Sayangnya tak semudah itu Lex, dan kali ini tolong jangan mengambil tindakan yang ceroboh, keluarga mu adalah aset penting bagi dunia ini dan lawan kita juga bukan seperti yang kau pikirkan itu mengapa kita membutuhkan team, andai saja master Dem masih ada, kita akan dengan mudah mengalahkan Thazar dengan bantuannya"

"Emang dia pikir dia siapa ? dan sekuat apa sih orang itu"
"Thazar adalah orang terkuat selain raja kami saat ini, sekaligus Ketua dari kelompok Ozor atau lebih dikenal sebagai kelompok mafia, ia bahkan menguasai hampir dari semua kekuatan di Agharta. Di sinih hanya terdapat empat orang yang dapat mempelajari lebih dari satu kekuatan dan Thazar adalah salah satunya, ia bahkan dapat menghancurkan satu gunung hanya dengan bola api kecil yang ia buat dari jemari-jemarinya, Konon katanya Thazar dan Witold (Raja Agharta) adalah saudara kandung, mereka lah yang membuat dunia Agharta ini, hinggah peristiwa itu terjadi"
"Peristiwa ?"
"Aku tak tahu lanjutan cerita itu, kau bisa tanyakan Frank soal itu, aku bukan ahli sejarah dunia ini"

Aku terdiam membayangkan kekuatan Thazar yang di ceritakan oleh Rinaya

"Satu lagi, jadi.. apakah kau juga telah ber usia berjuta-juta tahun disinih ?"
"HA! APAKAH WAJAH KU TERLIHAT NAMPAK SEPERTI WAJAH DENGAN UMUR JUTAAN TAHUN"
Marah Rinaya, aku pun tertawa terbahak bahak

"Aku lahir di Aghartha akan tetapi aku lebih sering menjalani hidup ku di permukaan dan sesekali aku pulang kesini"

Di tengah obrolan kita berlangsung mucul sebuah cairan seperti tetesan air, keluar dari dinding dengan permukaan rata, semakin lama semakin membesar membentuk sebuah Portal, pada saat portal itu sempurna mucul Frank dan Grand dari balik portal itu, pada saat bersamaan Rinaya pun berdiri

"Jadi bagaimana?" sambut Rinaya
"Lokasi nyonya berhasil kami dapatkan, Barat laut sekiranya 6 kilometer dari sini, kita harus mencegatnya sebelum masuk ke dalam inti portal, kita masih punya beberapa jam, kalian bisa makan terlebih dahulu, aku akan mempersiapkan beberapa peralatan"
jawab Frank, nampaknya Frank adalah pemimpin di kelompok ini, dari penjelasannya pun terlihat sangat meyakinkan,
"Kenapa kita ti..." jawabku
"Polisi itu masih berjaga diluar sana, jadi alangkah baiknya kau turuti saja perintah Frank wahai orang permukaan yang sangat pintar" potong Grand

Rinaya seketika terlihat kesal dengan perkataan Grand, aku pun demikian, dia terlihat sangat membenci orang permukaan sekali pun Rinaya

"Diam" tegur Frank sambil melihat ke arah Grand
"Iya Polisi masih berjaga di luar sana setidaknya mereka telah mengira kita tidak berada disinih" lanjut Frank
"Tunggu dulu, nyonya ?" kata ku
"Iya Nyonya adalah ibu mu Lex, tapi kita harus bersabar, aku akan membuatkan mu Nasi Goreng itu lagi kalau kau mau" jawab Frank dengan ramah

Seketika aku pun terbangun dari tempat duduk ku, akan tetapi aku sadar kali ini aku akan menahan kegabahan ku. Benar kata Rinaya aku tak bisa menemukan ibu jika memakai sifat ke kanak-kanakan disini, lantas aku pun mengikuti arahan dari Frank dan kembali duduk menenangkan diriku lagi pula disini ada Rinaya sahabatku, jika sekiranya kedua orang ini tidak dapat di percaya aku masih memilki Rinaya untuk di percaya

Frank mencabut alat kecil dari langit-langit ruangan, sekilas mirip dengan uang Koin tapi lebih besar

"Makasih Rin, berkat alat mu ini Polisi tidak menghamburkan ruangan ku untuk kedua kalinya" kata Frank
Wajah Rinaya tersipu malu saat mendengar perkataan Frank
"Hehehe, alat itu aku dapatkan dari ibu ku, sesuai dengan kekuatan ku, setiap orang yang masuk dari balik pintu itu, akan tertipu dan hanya melihat ruangan kosong dan hampa tanpa adanya barang satupun"

Frank meletakkannya kembali ke langit-langit ruangan,

Beberapa menit pun berlalu Grand si pria menyebalkan itu hanya duduk menyender di dinding, jika di perhatikan wajahnya nampak seperti kriminal di dunia kami, dengan bekas luka di matanya itu membuatnya tampak sangat seram, kejam dan dingin, kumis dan jenggotnya pun begituh tebal dan umurnya mungkin sekisaran dua puluh sembilan tahun.
Aku hanya duduk menyender di kursi dengan tangan kananku mengusap jidat beberapa kali, menggambarkan betapa frustasiku saat ini, Rinaya sibuk menatap cermin kecil yang di pegangnya
dan Frank sibukk dengann......

"Ada yang mau Nasi Goreng ?!" teriak Frank mengagetkan ku seketika

Frank pun berjalan ke meja lalu meletakkan sepiring besar Nasi Goreng

"Rin tolong ambilkan beberap piring untuk pangeran kita berdua ini" pinta Frank
"Baiklah, aku akan mengambilkan piring utuk Lex tapi aku tak akan mengambilkan piring untuk pria yang disana itu" jawab Rinaya sambil mempalingkan mukanya dengan kesal
"Hei, ayolah kita kan tim" kata Frank
"Hemm aku tau mau se-tim dengan si pria menjengkelkan itu"
Grand tak merespon perkataan dari Rinaya ia hanya tetap bersender di dinding dengan kaki terangkat satu dan tangannya menutupi wajahnya
Frank hanya terawa kecil mendengar perkataan Rinaya. Jika dilihat-lihat aku juga sependapat dengan Rinaya 

AGHARTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang