#13

15 1 0
                                    

"Ayo kita tak punya banyak waktu lagi Lex" katanya sambil berjalan mendahului ku

Aku masih dalam keadaan berdiri tegak melihat mereka dengan penuh curiga

Frank menoleh
"Hei bergegaslah"

Setelah dia menoleh ke depan lagi aku perlahan berjalan mundur dari mereka, entah mengapa firasat ku mengatakan ada yang tidak beres disinih, aku kembali masuk ke dalam lorong dari sela bangunan-bangunan ini tepat dimana pertama kali kita muncul disinih, yang aku pikirkan sekarang adalah cara untuk menghindar dari Frank dan ditambah pria yang satu tadi, semakin kesinih bukannya menemukan ibu kembali melainkan, aku malah makin di buat pusing. Beberapa detik ku bersender di dinding lorong ini, terdengar suara Frank dan pria itu perlahan mendekat

Aku segera mencari cara untuk sembunyi dari mereka, lantas aku pun bersembunyi di salah satu mirip tempat sampah di dunia ku, aku pun bersembunyi dalamnya, mereka berdua sedang berada di depan ku tidak menyadari kehadiran ku yang sedang bersembunyi di dalam tong ini. Meskipun tong ini terlihat seperti tong sampah pada umumnya, namun tak ada sampah disini melainkan beberapa benda, dan kristal-kristal aneh yang beraneka ragam, bahkan aromanya tak seperti sampah, melainkan hanya sekedar aroma tanah. 

Dari dalam, samar-samar ku mendengar mereka mengobrol, namun kali ini mereka sepertinya sedang menggunkan bahasa rahasia, yang bahkan tak terdeteksi oleh chip ini. Aku mengambil chip itu dari belakang leherku dan memandanginya, lalu menempelkannya kembali, berharap ada yang berubah. Setelah beberapa detik, terdengar nyaring suara langkah kaki mereka menuju ke dalam lorong ini, mungkin mereka pikir, aku lari kesana. Setelah beberapa menit aku mulai menengok dengan pelan, mencoba melihat keberadaan mereka, dan sepertinya mereka telah pergi mejauh. Aku lalu keluar dari tong ini dan membersihkan baju ku dari debu kristal tadi.

Aku mulai berjalan di pinggiran kota, merasakan keramaian yang mengisi udara di sekitarku. Langkah-langkah orang-orang yang sibuk menciptakan sebuah simfoni yang tak terputus. Mereka berjalan dengan terburu-buru, pakaian mereka sebagian besar berwarna biru, dengan beberapa yang menonjol dengan warna kuning. Orang-orang di sini tampaknya tidak terlalu berbeda dengan orang-orang di dunia ku, namun ada sentuhan futuristik yang membuat mereka tampak lebih maju.

Anehnya, teknologi di sini sungguh berbeda dari yang pernah kurasakan sebelumnya. Tidak ada satu pun kendaraan yang kujumpai yang aku kenal, tidak ada mobil atau motor yang berlalu-lalang. Yang kudapati hanyalah beberapa anak muda yang terlihat melayang di udara dengan alat yang menyerupai skateboard di dunia ku, namun mampu terbang dengan leluasa. Teknologi semacam ini baru saja muncul, tapi masih dalam tahap pengembangan. Aku merasa seperti terdampar di masa depan yang tak terduga, di sebuah kota yang berbeda namun begitu menarik.

Seketika aku menoleh ke atas di tengah keramaian orang-orang yang berjalan kesana kemari. Melihat beberapa pesawat terbang kecil melintas di langit. Rasanya seperti aku sedang berada di dalam film-film yang mengambil latar waktu masa depan. 

Saat aku sibuk mengamati langit-langit, tiba-tiba ada seorang wanita kurus, putih, dan tinggi menabrakku. Dia mengenakan kaos putih polos dengan celana berbahan kain katun, dan beberapa gelang di tangannya.

"Hey, kau menghalangi jalanku!" katanya dengan tegas.
"Maaf-maaf, aku tak melihatmu," jawabku cepat.

Segera setelah dia mendengar kata maaf dariku, wajahnya yang tadinya cemberut berubah drastis menjadi manis dan ramah, sementara aku yang masih bingung menyadari diriku yang seketika dapat berbicara bahasa Agartha dengan begitu fasih. 

"Oh iya," balasnya sambil tersenyum manis.

Tanpa basa-basi, aku pun lantas bertanya karena rasa penasaran.

"Bolehkah aku bertanya sesuatu?" ucapku.
"Tentu saja, yayaya," jawabnya riang.
"Apakah kau mengenal Thazar?"

Seketika itu juga, matanya yang tadinya riang berubah menjadi kaget, dan dia langsung menarikku masuk ke dalam lorong bangunan itu. Setelah melihat kanan dan kiri, dia memperhatikanku dari atas sampai bawah.

AGHARTADonde viven las historias. Descúbrelo ahora