Roses

35.1K 2.4K 141
                                    

Setelah didesak Ares agar dirinya langsung masuk, Ruth pun dengan terpaksa melangkah menuju pintu yang besar di depannya ini.

Ia menatap jam di ponselnya yang sudah mengarah ke angka sepuluh lewat, gadis itu pun menarik nafas dalam-dalam lalu membuka pintu.

Di ruang tengah telah duduk ayah dan bunda, sepertinya ayah juga baru-baru pulang karena jas kerja nya masih ia kenakan saat itu.

"Selamat... Malam" ujar Ruth berhati-hati sembari mendudukkan diri di depan ayah dan bunda.

Ayah mengangkat wajah menatapnya tajam, seakan ingin mengeksekusi seseorang saat itu juga.

"Darimana kamu pulang selarut ini?" tanyanya bernada dingin.

Bunda terlihat cemas di samping ayah, ia terus mengelus-elus tangan ayah agar pria itu tidak emosi.

"D-dari.. Abis jalan" tutur Ruth menundukkan kepala, takut.

"Sudah berani ya kamu pergi sendirian dan pulang selarut ini, gak jelas pergi sama siapa" kata ayah lagi terus menyelidikinya.

"Aku pergi sama temen Yah, cuma ngerjain tugas kelompok kok" belanya.

"Jangan bohong kamu, kelompok apa sampai pulang selarut ini?" balas ayah tak percaya.

Ruth semakin deg-degan harus melakukan sesi tanya-jawab begini.

"Kemana aja kamu tadi? Apa yang kamu lakukan? Dimana kamu singgah? Apa ala.."

"Yah! Aku bukan anak kecil lagi!

"Ayah gak perlu terus-terusan mengintrogasi apa kegiatan aku seharian" potong Ruth berani akhirnya.

Membalas tatapan tajam ayah.

"Lihat? Kamu memang sudah besar, tapi kelakuan kamu makin membangkang"

" Ini sebabnya ayah gak mau kamu terus-terusan bergaul sembarangan, lingkungan disini sangat gak bagus"

"Aku yang ngejalanin, bukan ayah" balas Ruth tak peduli.

Bunda terlihat memelototinya.

"Kamu belum mengerti pergaulan disini sangat kotor"

"Setelah ujian, kamu akan langsung pergi keluar negeri" ujar ayah membuat Ruth menganga tak percaya.

Bunda ikut menoleh tak percaya ke ayah, sepertinya ia juga baru mendengar hal ini.

"Yah, udah lah gak usah berlebihan" ujar bunda menyabarinya.

"Aku gak mau kuliah diluar yah! Aku bisa nerusin pendidikan disini!"

"Kenapa harus diluar?" desak Ruth bersikeras agar ayah berubah pikiran untuk tidak mengirimnya keluar negeri.

Ayah tampak tak merespon desakan Ruth, ia membuang muka sudah muak dengan kelakuan anaknya yang tidak terkontrol ini.

Ia pun tiba-tiba teringat akan sesuatu.

"Besok temani Nicole keluar, jangan membantah lagi" ujar ayah lalu bangkit berdiri.

Ia melangkah meninggalkan Ruth yang semakin shock.

Bunda duduk mendekat, lalu membelai rambut putrinya yang tampak kecewa dan sedih itu.

"Ayah memang gitu, kamu harus bisa ngertiin dia" ujar bunda lembut.

"Dia yang gak bisa ngertiin aku, maunya diturutin terus"

"Bunda gak cape apa dua puluh tahun hidup sama ayah yang sifatnya over-protektif gitu?" tanya Ruth ke bunda.

"Ya gak lah, namanya juga cinta" balas bunda mengedipkan mata.

ANTARESWhere stories live. Discover now