Secepat ini ??

7.5K 1K 57
                                    

"Bagaimana jika orang yang kita cintai tidak membalas cintaku? Dia sama sekali tidak melihatku? Dia terlalu asyik berkubang didalam masalalu yang mengkhianatinya, kamu ada saran untuk membuatnya melihatku, Mas Sandika?"

Ucapan Jelita menusukku secara halus, seakan akan itu racun paling manis dan mematikan secara bersamaan.

Wajah cantik dengan pipi memerah itu kini menatapku begitu lekat, membuatku tidak bisa memalingkan pandangan darinya barang sekejap.

Dan saat tangan berjemari lentik tanpa polesan kutek itu menurunkan tanganku dari pipi yang selalu menggodaku untuk menyentuhnya ini aku merasakan sengatan tak kasat mata, menjalar dari tangan menuju jantungku mengirimkan perasaan yang kufikir telah mati karena pengkhianatan yang dilakukan oleh Rachel padaku.

Pesona Putri satu-satunya keraton Solo tersebut memang sudah menarikku melebihi batas yang kutentukan, sekeras apapun aku membentengi diriku seperti aku menjauhi semua orang, nyatanya semua ketulusan yang dilakukannya pada Sarach telah mencuri perhatianku.

Berawal dari rasa bersalah dan terimakasih, kini rasa yang pernah kurasakan sebelumnya pada perempuan yang mengkhianatiku hadir kembali dalam waktu secepat ini.

Melihatnya menangis tergugu karena ketakutan akan laki-laki yang melukainya membuatku tanpa berfikir panjang berani melakukan hal gila, berkelahi didepan umum dan mengabaikan posisiku sebagai seorang Politisi dan juga Putra orang nomor satu di Negeri ini.

Jika Fandy dan Anggara tidak memisahkanku dari laki-laki sialan yang ternyata merupakan GM sebuah perusahaan pertambangan ini, mungkin sekarang aku sudah mengirimkannya ke alam baka.

Yang kufikirkan waktu itu hanya satu, aku ingin menghancurkan laki-laki yang sudah membuat Jelita menangis hingga tak bersisa, membalas kesakitan imbas dari perbuatannya dengan rasa sakit yang setimpal.

Dan sekarang, dengan tidak adanya panggilan dari Sesneg tentang keonaranku yang mungkin saja bisa langsung menggemparkan infotainment maupun portal berita online, aku juga harus berterimakasih pada dua orang Paspampres tersebut, dan entah siapa lagi yang terlibat dalam menekan berita itu agar tidak mencuat, bukan pekerjaan yang mudah dan sepele, hanya untuk menyelamatkan nama baikku dan Ayah.

Untuk sekarang setidaknya aman untukku dari ulah gilaku sendiri, entah bagaimana besok.

Dan semua ini karena kegilaanku pada satu perempuan. Dalam waktu singkat Jelita tanpa sadar sudah masuk terlalu jauh didalam pikiranku. Aku tidak suka melihatnya menangis karena laki laki lain, aku tidak suka mendengar jika laki laki kasar tersebut adalah laki laki yang dipilihkan oleh orangtuanya sebagai pasangannya.

Aku tidak habis pikir bagaimana bisa orangtua Jelita memilihkan laki laki sinting itu untuk menjaga putri mereka seumur hidup.

Dalam sekejap aku sudah menaruh benci tanpa sebab pada laki-laki tersebut, terlebih mendengar nada tidak terima Jelita saat aku mengatakan jika laki-laki itu gila, mendadak membuat hatiku bergemuruh tidak karuan, seakan ada batu besar yang bercokol didalam dadaku karena hal yang terdengar sepele ini.

Tapi rasa kesal tanpa alasan itu memudar bersamaan dengan  binar cinta yang begitu kentara terlihat dimata Jelita saat memandangku sekarang ini, membuatku tahu jika aku adalah orang yang dimaksudkan dalam kalimatnya, bukan terlalu percaya diri tapi naluriku mengatakan hal tersebut.

Tatapan mata yang selaku kuabaikan selama ini, tatapan cinta yang terbalut sendu setiap kali aku mengingatkan dia agar tidak memendam perasaan lebih padaku, selain antara seorang orang tua dari anak yang diasuhnya.

Tapi dia mencintaiku, dan memilih mengabaikan peringatanku agar tidak melebihi batas yang kutentukan antara aku dan dirinya

Tatapan matanya sama persis saat aku bertemu dengan Rachel pertama kalinya, membuatku tanpa berfikir panjang mengeluarkan apa yang ada difikiranku.

Jelita dan Sandika Tersedia EbookWhere stories live. Discover now