He's my Savior

6.6K 1K 46
                                    

"Iya, ini aku, Mahendra Gumilang, Sahabat dan calon suamimu."

Wajahku memucat mendengar nada lirih penuh penekanan Mahendra, niatku untuk pergi dari hadapannya secepat mungkin harus urung saat dia menekan bahuku dengan kuat, menahanku agar tidak pergi darinya.

Bertemu disaat mendadak seperti sekarang ini membuatku lupa bagaimana harus menjelaskan kenapa aku lari darinya di hari menjelang pertunangan kami.

Aku terlalu merasa aman dibawah perlindungan Sandika, hingga membuatku lupa jika ada masalah yang belum terselesaikan, menungguku di satu waktu lagi, dan kenapa harus sekarang waktu itu untuk bertemu dengannya

Aaaarrrgggghhhhhh.

"Mahendra, bagaimana bisa kamu nemuin aku?"

Decih sinis terlihat diwajahnya sebelumenjawab pertanyaanku, "Gimana aku nggak nemuin kamu jika kita saling mengenal nyaris seumur hidup, nggak ada yang kenal kamu sebaik aku mengenalmu Lit, nggak ada yang mengerti kamu seperti aku, bahkan orangtuamu sendiri."

Aku memejamkan mata mendengarkan kalimat mutlak, tidak terbantahkan, dan seakan ingin memenjarakanku ini, inilah yang kubenci dari sosok Mahendra Gumilang, sahabat sedari kecil yang berubah menjadi monster mengerikan setelah para orangtua  menjodohkan kami.

Obsesinya padaku semakin menjadi, apalagi saat Ayah dan Ibu memberikan kendali penuh diriku padanya, mempercayakanku padanya,  pasca perjodohan ini, membuat Mahendra semakin menggila dan nyaris tak kukenali lagi.

Satu hal yang luput dari perhatianku dulu, persahabatanku antara aku dan Mahendra ternyata tidak seperti yang kubayangkan, jika selama ini aku menganggap Mahendra layaknya sahabat yang selalu menemaniku semenjak bangku SD hingga Oxford, ternyata Mahendra menganggapnya sebagai hal lain.

Sikapnya yang posesif padaku semasa kuliah dengan dalih menjagaku dari para laki-laki yang silih berganti mencoba mencari muka padaku ternyata memiliki arti lain. Dia memperlakukanku bak tuan puteri karena dia memiliki rasa sayang nyaris mendekati obsesi padaku.

Seseorang yang hanya kuanggap teman ternyata mencintaiku sedalam ini hingga merubahnya menjadi monster yang membuatku ketakutan hanya untuk berhadapan dengannya.

Aku berusaha melepaskan tangan Mahendra yang mencengkeram bahuku kuat, tapi laki-laki yang menjadi GM di sebuah perusahaan Pertambangan ini semakin memenjarakanku, sorot mata penuh kehangatan yang dulu selalu menjadi tempatku berlari dan berlindung dari masalah keluarga ini justru sekarang merupakan hal yang paling tidak ingin kulihat.

"Mahendra, sakit." lirihku pelan, melihatku kesakitan membuat mata tajam yang beberapa detik lalu ingin menerkamku sekarang perlahan mengendur, seperti orang linglung Mahendra tersentak mendengar eranganku karena ulahnya.

Aku menatap lenganku dengan ngeri, bekas cengkeramannya kini membiru saking kuatnya, ini bukan kali pertama Mahendra melukaiku karena emosinya yang tidak bisa di kontrolnya dengan baik.

"Lita, maafin aku." suara lirih Mahendra membuatku mendongak, mendapati raut wajah bersalah Mahendra sekarang ini, bergantian dia melihat tangannya dan lenganku dengan pandangan marah dan bingung yang membuatku semakin mendelik ketakutan.

"Aku sudah nyakitin kamu?" ucapnya lirih. "Tangan ini nyakitin kamu lagi Lit."

Aku meraih tangan Mahendra, hendak meraihnya tapi Mahendra sudah lebih dahulu menepisnya.

"Nggak. Kamu nggak...."

Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku untuk menjawabnya suara hantaman tangan yang memukul tembok dibelakang bangku tempatku duduk terdengar berulangkali.

Jelita dan Sandika Tersedia EbookWhere stories live. Discover now