2- Yang Datang

25 3 0
                                    




Jeruji-jeruji besi sudah berubah bentuk tidak karuan. Ada yang terlepas seutuhnya, ada yang bagian tengahnya tertarik ke pinggir sehingga terlihat seolah-olah sebuah tangan raksasa telah membukanya paksa, hingga ada yang telah meleleh dengan seluruh isi sel gosong.

Yang pertama Serena rasakan adalah pusing yang menderu, dan yang kedua adalah panas. Panas membara.

Gurna, beberapa langkah darinya, telah sepenuhnya terselubung oleh api dari ujung kepala hingga ujung kaki. Matanya membara, seolah rongganya juga telah terisi api.

Secara refleks, Serena tersentak mundur menjauhi Gurna. Hal ini hanya terjadi kepada para Pembakar yang tidak terlatih, yang jadi gila, atau yang kehilangan kendali. 6 tahun Serena mengenalnya, Gurna tidak pernah hilang kendali.

Mata Serena jelalatan mencari keberadaan Ava di tengah-tengah chaos. Ia menemukan gadis itu berdiri beberapa meter dari sana, terpisahkan api yang membara dari tubuh Gurna. Gadis itu menatap Gurna penuh horror, kekhawatiran meledak-ledak pada ekspresinya. Sesaat  kemudian, matanya menangkap tatapan Serena.

"Cari Theo!" teriaknya, mencoba meningkahi keributan. "Aku urus Gurna, kau cari Theo!"

Serena ingin membantah. Tapi tubuhnya bergerak di luar kendali. Ia menyelubungi dirinya dalam ketidakkasat mataan dan bergerak maju menembus kerumunan. Para tahanan tampak kalut dan kehilangan kontrol. Ada beberapa Pembakar lain dengan keadaan seperti Gurna, tapi tidak ada yang apinya sebesar pemuda itu. Serena bahkan melihat beberapa telah menjadi mayat, sebagian masih utuh dan sebagian lagi tidak bisa dikenali sebagai manusia.

Sebagian besar dari mereka telah berhasil keluar dari sel masing-masing dan berlari keluar melalui lorong yang tadi Serena masuki. Bunyi alarm bertalu-talu mengiringi keriuhan yang terjadi. Beberapa sepertinya berhasil menjebol keluar lewat dinding. Serena bisa melihat sebuah lubang besar di dinding dan ia bisa melihat keadaan di luar gedung. Ternyata kekacauan menyebar secara merata, bukan hanya di dalam sini.

Dimana Axel dan Anjali? Apa mereka baik-baik saja? Apa ini memang bagian dari rencana? Serena tidak bisa berpikir.

Beberapa tahanan lain masih terjebak di dalam sel, kekalutan tampak memenuhi wajah mereka. Serena menyaksikan selagi seorang anak berusia sekitar 12 tahun mengangkat tangan lalu menghempaskannya, dan terkoyak-koyaklah jeruji besi di hadapannya. Telky. Salah satu besi itu terbang dan menancap di tenggorokan  teman satu selnya, seorang pria dewasa  berbadan dua kali lipat Serena. Pekikan kesakitan mengoyak telinga Serena, membuatnya terhuyung dan kehilangan kendali atas kekuatannya. Fisiknya mewujud kembali.

Seorang laki-laki bertubuh ceking tiba-tiba menyerangnya dari samping. Ia bersenjatakan serpihan kaca tajam yang entah didapat dari mana. Refleks Serena berhasil menyelamatkannya dari luka tusuk fatal, tapi sebuah goresan memajang kini menghiasi lengan kirinya dan merobek seragam aparat yang dikenakannya.

Amarah mengambil alih. Serena melepaskan tutup kantong airnya dan menarik keluar air, mengepalkan tangan, dan terbentuklah panah-panah es tajam yang mengambang di udara. Ia lemparkan salah satunya ke arah laki-laki itu, yang menghilang secepat ia datang.

Teleporter, sadar Serena.

Sial. Ia benci bertarung melawan teleporter.

Serena melepaskan seragam yang sudah sobek dan melemparkannya ke sembarang arah, menyisakan tank top hitam. Lebih mudah bergerak tanpa seragam keparat itu. Pandangan Serena menelusuri sekeliling, menanti.

Laki-laki itu muncul kembali beberapa meter di sebelah kanan, tertawa-tawa histeris sambil mengacung-acungkan serpihan kaca. Tatapan lelaki itu tidak fokus, bergerak-gerak dengan tidak waras dari satu titik ke titik lain. Ia menerjang maju dan Serena melemparkan satu panah lagi ke arahnya. Ia kembali menghilang sebelum panah itu sempat menggoresnya. Serena melemparkan tiga anak panah ke kanan, kiri, dan belakang. Ia mendengar jerit kecil di belakangnya dan sesuatu jatuh berdegup. Ketika ia menoleh, laki-laki itu sudah terkapar di lantai dengan panah es menembus perut. Mata lelaki itu membelalak.

Sesudah Hujan RedaWhere stories live. Discover now