Chapter 17. Distance

Start from the beginning
                                    

Jungkook menggeleng, "Tidak ada. Aku tidak punya masalah apa-apa, Do Hwan."

Do Hwan menghela jengah melihat kelakuan Jungkook bak snack berhadiah. Snack ringan camilannya sewaktu kecil, dimana anak kecil tiba-tiba memiliki kekuatan super berupa kepekaan tingkat tinggi pada rungunya saat mendengar suara kocokan bungkus snack itu, sementara tangan yang begitu ajaib berubah menjadi timbangan memilah mana yang lebih berat demi mendapatkan hadiah. Apakah Do Hwan harus seperti itu dulu, baru Jungkook mengatakan yang sebenarnya? Baiklah, ia akan mencobanya.

Ia sengaja berdehem sebelum mengutarakan analisis amatirnya, "Hyung tidak bertengkar dengan Noona, juga tidak punya masalah. Lantas mengapa Hyung kemari menggunakan pakaian rumahan dengan keadaan kacau begini lalu mengajakku minum. Oh! Ditambah dengan perintah membawakan baju kerja Hyung ke kantor. Hyung terlihat aneh sejauh pengamatanku."

Jungkook menghela napasnya enggan, "oke, baiklah, aku mengaku."

Do Hwan meraih kemenangan, caranya berhasil, "apa?"

"Aku bertengkar dengan Hwa Young." Jujur Jungkook dengan berat hati.

Do Hwan mengambil napasnya dalam lalu menghembuskannya perlahan, "lagi?!" tanyanya yang diangguki Jungkook dengan terpaksa.

"Baru saja berbaikan dan sekarang bertengkar lagi. Hyung tidak lelah, ya? Apa, sih, masalahnya?"

Jungkook seperti boneka kepala goyang yang dipasang pada dashboard mobil sekarang, sangat mirip, hanya bisa menggangguk dan menggeleng tanpa mengeluarkan suaranya.

"Pasti karena orang itu, ya? Siapa namanya... Kim Taehyung?" Do Hwan sengaja menyebutkan nama itu untuk melihat reaksi sang atasan.

Benar saja, Jungkook langsung memincing tak suka begitu mendengar nama itu.

"Ah, jadi benar dugaanku." Do Hwan mengangguk-anggukan kepalanya beberapa kali, "Hyung, dengar–"

"Sudahlah, aku mengantuk. Simpan saja semuanya di kulkasmu." Potong Jungkook sambil mendorong plastik belajaannya tadi lantas berjalan mendekati salah satu pintu kamar di apartement itu.

"Hyung jangan kesana." Ucap Do Hwan panik.

Terlambat. Ketika pintu itu dibuka, tak lama kemudian terdengar suara teriakan wanita.

"Aish..." Do Hwan bisa menebak apa yang selanjutnya terjadi.

"NAM DO HWAN!" Teriak Jungkook.

"Ne, Hyung, on my way." Jawabnya lesu.

*****

Mentari mulai menjalankan tugasnya, pagi kembali menyapa semua orang, termasuk Jungkook yang dengan kemalasan tingkat tinggi harus mengakhiri tidurnya. Semalam Jungkook memilih tidur di kantornya setelah kejadian semalam di apartement Do Hwan. Lelaki itu mengaduh beberapa kali merasakan badannya yang pegal karena tidur di sofa ruangannya. Ia susah payah duduk lalu meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku.

Jungkook mendengar pintu ruangannya di ketuk tiga kali dan masuklah seseorang menghampirinya. Ia sudah tahu, siapa lagi kalau bukan sekretarisnya yang datang sepagi ini untuk membawakan apa yang ia perintahkan semalam.

"Ini satu set pakaian kerja Hyung." Do Hwan menyampirkannya pada sandaran sofa di samping Jungkook, "ini peralatan mandi yang sudah kubelikan, sesuai permintaan Hyung."

"Terimakasih, Do Hwan. Kau boleh keluar."

"Aku belum selesai. Ini ada titipan dari Noona, sarapan untuk Hyung." Do Hwan meletakan sebuah kotak makan penuh menu makanan yang menggoyang lidah.

Who Are You?Where stories live. Discover now