Seperangkat Alat Tulis [markmin]

17

Pasar malam di lapangan bekas pabrik itu ramai pengunjung. Mulai dari sore sampai hampir tengah malam masih ramai. Ibu-ibu beserta anaknya, pasangan muda mudi macam Mark dan Jaemin ini juga ada.

Sengaja Mark mengajak Jaemin menonton pasar malam disini. Sekalian kencan sebelum menikah. Nanti kalau sudah menikah mereka kencan setiap hari.

"Nggak nyangka aku tuh, bentar lagi kita nikah"

Kepala Jaemin menoleh, melihat Mark yang lebih tinggi darinya.

Benar juga, bahkan tidak pernah terpikir oleh Jaemin kapan dan dengan siapa dirinya menikah nanti. Mengingat Jaemin yang sibuk mengajar membuat pikiran semacam itu terlalu jauh diangan-angannya.

Tapi nyatanya, sekarang ini Jaemin sedang berdiri dengan calon suaminya. Dan lagi, sebentar lagi mereka akan menikah.

"Aku memang bukan laki-laki romantis" kata Mark mendongak, melihat pada langit hitam dengan hiasan bulan sabit sedikit tertutup awan.

"Tapi seenggaknya aku tulus, dari dalam lubuk hatiku"

Selanjutnya Mark mendapat cubitan dilengannya dari Jaemin. Tapi lalu suara tawa terdengar dari bibir masing-masing.

"Jangan gombal ya"

"Aku serius kok"

Lalu hening.

Iya, Mark memang serius. Meskipun dia ini kadang juga suka mereceh, tapi mana mungkin hal semacam ini dia mau bercanda.

Tapi ya, menurut Jaemin ini, Mark memang bukan tipe-tipe laki-laki perayu. Sepertinya Mark ini juga bukan laki-laki yang suka tergoda dengan perempuan.

Muka datar Mark yang menunjukkan. Bahkan Mark sering meringis jijik melihat perempuan dengan bedak tebal dan gincu merah menyala. Mungkin itu juga yang menjadi alasan Mark menyukai Jaemin, karena Jaemin tidak pernah berdandan melebihi bedak bayi dan pelembab bibir.

Akhirnya setelah acara gombal menggombal itu, Jaemin mengajak Mark berkeliling. Mencoba permainan di hampir setiap stan yang tersedia. Lalu kembali dengan boneka kelinci besar dipelukannya, hadiah dari permainan melempar bola yang dimenangkan Mark.

...

Hehe