🅛🅐🅢🅣 𝔹𝕖 ℝ𝕖𝕧𝕖𝕒𝕝𝕖𝕕

1.1K 117 16
                                    

『 🌺 』

Dua gadis muda itu memberanikan diri masuk walau tangan bergetar hebat usai mendengar ucapan mengerikan. Gelengan kepala Joy seakan memperjelas seberapa besar keinginan untuk menolak informasi kurang dari 3 detik lalu.

Rasanya begitu sakit. Bukan hanya karena mengetahui kenyataan ini tepat setelah Joy mulai mencoba menerima keberadaan Yeri dengan membiarkan gadis itu membantunya melawan Jisoo tadi siang, namun juga karena kabar tersebut membawa fakta lain nan jauh lebih memporak–porandakan perasaannya.

"T–tapi kami hanya berbeda satu tahun, Unnie. Itu berarti..."

Joy meremas baju bagian dada kiri kala mata yang buram akibat air menutupi irisnya menangkap gerakan naik–turun kepala Irene, mengisyaratkan bahwa tebakan Joy tidak salah.

"Benar. Ahjumma mengandung dia saat Eomma melahirkanmu."

"Akh.."

Irene berlari mendekat sedetik setelah Joy mengeluarkan rintihan.

Tidak.

Joy tidak memiliki luka secara fisik, hanya saja rasanya seperti dada Joy dipukul keras - keras menggunakan palu besar yang sukses menjadikan Joy terjatuh lemas keatas lantai dingin seraya terisak kuat mengarahkan kepalan tangan di dada secara berulang.

Yeri pun hanya bisa diam meremas ujung seragamnya. Baru saja tadi siang dirinya dihujani rasa gembira karena kehadiran Yeri disebelah Joy saat di kantin sama sekali tidak ditolak gadis semampai itu dan justru menyuruh Yeri duduk bersamanya agar tidak lagi diganggu iblis dengan kedok manusia bernama Jisoo. Tapi kini Ia kembali dihujam rasa bersalah saat di depan mata, dia melihat Joy amat rapuh dan rentan walau Yeri sendiri juga dihancurkan oleh fakta baru yang tak pernah Yeri bayangkan sebelumnya.

"Tidak tahu diri. Bagaimana bisa ahjumma datang setelah melakukannya dan menghancurkan keluarga ini?!"

Baru saja Seulgi mau menjawab penuturan kasar Joy diselimuti isakan itu, namun Seulgi berhenti saat merasakan tangan kanan diremas lembut oleh Wendy. Wendy kira Seulgi sudah tenang, tapi ternyata Ia hanya mencari bantahan lain untuk dihunuskan dan kali ini sungguh - sungguh menang telak.

"Kehilangan sosok eomma, kalian menjadi liar!"

"Kang Seulgi!"

Panggilan kedua dari mulut ibunya tak digubris justru membawa Seulgi semakin bersemangat membuka satu - satunya aib paling kotor dari orang yang Ia benci. Oleh karena itu Seulgi beralih memandang Hyunbin dengan tatapan seolah meremehkan seraya mengarahkan telunjuk pada gadis nan teduduk lemas di lantai dingin itu.

"Lihat anakmu, ahjussi! Dia sudah sangat rusak dengan membanggakan ketidak–normalannya memacari sesama jenis!"

"YAK! JALANG KURANG AJAR!!"

Bugh!

Irene maju.

Irene sudah dari dulu tahu bila adiknya memiliki sexual preferences berbeda dari orang - orang biasanya tentu paham kalau topik ini akan menjadi senjata paling sempurna untuk menjatuhkan Joy sampai ke titik paling menyiksa.

"Benarkah itu Park Sooyoung?"

Mendengar pertanyaan ayahnya yang tengah mengabaikan pukulan demi pukulan dari kepalan tangan dengan cincin di jari Irene ke wajah Seulgi dan justru melangkah menyudutkan Joy jelas menjadikan Irene semakin marah.

"APPA!!"

Mengesampingkan amarah nan selalu menakutkan jika diledakkan dari diri Irene, Hyunbin terus maju tanpa sedikitpun mengalihkan pandangan dari Joy yang sedang berusaha berdiri walau tubuh serasa ditimpa bongkahan batu besar.

"PARK SOOYOUNG JAWAB APPA!!"

"IYA!! Aku berbeda! Aku tidak normal! Appa puas?! Setidaknya aku bukan pengkhianat!"

Plak!

"APPA CUKUP!"

Menarik Joy kedalam pelukan, Irene mengusap surai adiknya begitu lembut tak peduli dengan ekspresi - ekspresi terkejut dari raut orang - orang di sekitar yang menurut Irene merupakan kepalsuan.

"Tidakkah kau berpikir kelakuanmu ini akan mempermalukan Appa?! HUH??!!"

Irene kembali menatap ayahnya sendiri, menyiratkan kebencian lebih besar dan senyum sinis terpampang di wajah.

"Malu?! Appa malu hanya karena Sooyoung memiliki pandangan berbeda?! Asal Appa tahu saja, kami berdua lebih jijik dilahirkan menjadi anak Appa!"

"Bae Joohyun!!"

Menutup telinga sepenuhnya dari ucapan bernada tinggi ayahnya, Irene menuntun Joy menaiki tangga menuju kamar.

Sudah cukup percekcokan untuk sekarang. Hari ini pun merupakan puncak pelampiasan dari luka tertahan tiap individu. Semua orang meledak dengan kalimat masing - masing dan saling melukai tanpa batasan. Segalanya lebih dari takaran sehari - hari.

Mungkin hari ini menjadi akhir bagi semua.

Akhir dari percekcokan.

Akhir dari ikatan.

Akhir dari pembahasan.

Dan tentu saja akhir dari kedamaian.

Tidak ada lagi kata maaf nan dapat dituturkan maupun diterima. Seluruh anggota sudah hancur–lebur, remuk–redam tanpa menyisakan satupun keping perasaan yang masih baik - baik saja.

Entah bagaimana kelanjutan cerita kehidupan, mereka tak suka dan tak ingin tahu.

≋ F I N I S H ≋

Aku end–in sampe sini, nanti aku bikin bagian dua. Beda cover book ya. Jadi yang ini bener - bener sampe disini wkwkwk :v
Di book 2 nanti mungkin aku bakal lebih pikirin alur yang terkonsep soalnya ternyata aku nggak ahli bikin cerita tanpa konsep. Buktinya yg ini bener - bener keliatan berantakan, maaf kawan - kawan.
Jedanya juga nggak terlalu lama kok, tenang aja.
Cara penulisan masih pendek - pendek karena aku tiba - tiba ngerasa nyaman kalo tiap bagian nggak panjang - panjang banget, jadi nggak terkesan bertele - tele.
Kalo gitu aku cuma mau sampaikan, stay tune terus ya karena aku gatau mau aku umumin disini atau engga pas book 2 nya publish hehe..

Makasih buat yang terus komen, aku selalu nganggep komen kalian itu sebagai tanda apresiasi atas cerita aku. Makasih, sampe ketemu di book 2 hahawww merong 😂😝

Regards
- C

MARIGOLD ✔Where stories live. Discover now