⓹ 𝕎𝕙𝕠 𝕀𝕤 𝕎𝕣𝕠𝕟𝕘?

1K 140 12
                                    

『 🌸 』

Mungkin tidak ada yang sepenuhnya benar ataupun total salah. Selain Joy yang merutuki diri sendiri atas pilihan menarik Yeri keluar menjauhi keramaian kantin, nyatanya kini Seulgi juga menyesali keputusan untuk membentak Joy di ruang kesehatan kala Ia masuk dan melihat gadis tinggi itu melempar selembar tissue bersih keatas kepala Yeri secara kasar. Sebab setelah itu Joy malah menyudutkannya dengan sebuah fakta tak terelakkan.

Bagi Seulgi.

Maupun Wendy.

"Melukai? Lihat siapa yang bicara. Jangan bersikap seakan kalian berdua berhasil menjadi kakak yang baik. Itu membuatku jijik."

Beralih sesaat pada Wonwoo yang masih dengan dermawan meminjamkan jaket olahraga berwarna putih disertai merah gelap pada bagian pinggir untuk mengganti kemeja basah Yeri, Joy memberikan isyarat pada lelaki itu untuk keluar lebih dulu meninggalkannya bersama masalah yang mau tidak mau harus Ia hadapi setiap berhubungan dengan salah satu dari mereka.

Joy akui, jiwa persaudaraan melekat kuat diantara mereka bertiga hingga tanpa malu menyalahkan orang lain ketika mereka berpikir orang itu menyakiti salah satu dari mereka bertiga. Cukup kukuh.

Tapi tidak di lingkup pandangan Joy.

Melirik kepalan tangan disisi tubuh Seulgi dan Wendy saja Joy dapat langsung menyimpulkan bila keduanya sangat dangkal soal perasaan dibandingkan dirinya.

"Tidakkah kalian berpikir bahwa kalian tidak tahu diri?"

"Mwo?!"

Sahut Wendy sedikit tersinggung. Terlihat sekali dari alis yang awalnya masih bisa dikontrol, langsung ditautkan usai Joy menyelesaikan ucapannya.

"Bukankah seharusnya kalian berterima kasih? Apa yang kalian lakukan sebagai seorang kakak, huh? Kalian pikir dengan mengamati di sudut keramaian dan merapalkan beribu mantra atau yang kalian sebut sebagai doa akan membuat gadis bringas itu berhenti mengganggu adik kalian? Setidaknya suruh adik kalian mencari teman!!"

"Kau sendiri? Kau juga menyakitinya hampir setiap hari!"

Kali ini giliran Seulgi.

Diserang dua perempuan yang lebih tua satu tahun? Joy sudah biasa menghadapinya. Bahkan Joy bosan untuk meneruskan percekcokan tak berujung ini.

"Itu wajar bukan? Aku membencinya. Aku membenci kalian juga. Tapi untuk seseorang yang kalian cintai, kalian justru berdiam menonton penderitaannya apakah lumrah?"

"Kenapa kau terus membencinya?! Yerim bahkan sudah berusaha untuk tidak melawan setiap kau melontarkan kata - kata pedasmu itu!"

Tiba - tiba saja Joy sadar; Seulgi sedang diam - diam mengalihkan topik.

That's so smooth. Nice try, batinnya.

Merespon intensi Seulgi yang tertangkap basah kecerdasan Joy, gadis paling tinggi di ruangan itu bergerak menyilangkan dua tangan di depan dada sambil terkekeh agak kencang. Seakan tengah mengejek Wendy dan Seulgi tanpa ampun dan keduanya menyadari hal itu, hanya saja belum mengerti alasan dibalik tawa Joy. Namun ucapan Joy selanjutnya membawa Seulgi pada aksi nan lebih mengejutkan Wendy maupun Yeri yang juga masih berada disana.

"Ah, benar juga. Ini bukan salah dia. Seharusnya aku menyalahkan wanita murahan nan kau sebut ibu itu yang dengan putus asa meminta ayahku untuk membawanya juga kalian tanpa merasa malu atas perbuatannya."

Plak!

"Unnie!"

Sudah tak bisa mendengarkan teriakan Yeri di belakangnya, mata Seulgi memanas.

Brugh!

Kacau. Semuanya semakin rusuh karena mendadak Irene muncul dari balik pintu, mendorong keras tubuh Seulgi sampai pinggangnya terantuk cukup keras pada sudut meja kayu dalam ruangan lantas cepat menarik Joy untuk berdiri di belakang tubuh mungilnya.

Sebentar mengusap permukaan memerah bekas tamparan Seulgi, Irene berbalik menatap tajam ketiga orang lain di hadapannya. Mungkin jika tatapan bisa menyakiti, tiga orang itu akan langsung mati ditempat akibat sorot mata Irene yang lebih dingin dibanding siapapun. Tak ada orang nan bisa mengalahkan keruncingan pandangan Irene yang selalu sukses mengintimidasi.

"Aku ikut menahannya selama ini. Tapi semakin kubiarkan kalian jadi sangat semena - mena."

Mengeratkan genggaman di tangan Joy, Irene mengambil langkah maju mendekati mereka lantas memberi jarak dua langkah dari ketiga gadis itu sebelum mengangkat jari telunjuk kanan lentiknya untuk ditodongkan tepat di depan pangkal hidung sosok - sosok didepannya.

"Jangan pernah menyentuh dia dengan tangan kotor kalian. Aku tidak akan tinggal diam jika ini terjadi lagi!"

≋ ㄳ ≋

Mampus, siapa yang salah

Regards
- C

MARIGOLD ✔Where stories live. Discover now