⓷ 𝕊𝕙𝕠𝕦𝕝𝕕 𝕀?

1.3K 160 21
                                    

『 🏵 』

Populer.

Sebuah mahkota yang dikenakan dua gadis bernama Bae Joohyun dan Park Sooyoung itu sudah biasa mereka kecap. Memiliki sahabat yang visualnya tidak kalah dengan mereka berdua serta pernyataan cinta dari beberapa lelaki dengan jabatan tidak rendah telah merupakan hal lumrah.

Ketua osis? Joy tolak.

Kapten basket? Irene campakkan.

Pemain futsal andalan? Mereka permalukan di depan keramaian.

Bahkan bisa dikatakan kebohongan bila kalangan perempuan mengatakan tidak ikut berminat pada mereka berdua. Auranya memang sekuat itu hingga tak satupun bisa menolak pesonanya. Kecantikan tak terbatas nan justru bertambah setiap hari.

Jika kalian bertanya bagaimana keadaan tiga orang lainnya, kalian akan sangat terkejut.

Menjadi anak pindahan tidak semudah yang dibayangkan.

Kang Seulgi. Ketika di sekolah sebelumnya Ia menjadi gadis paling dikejar oleh kaum adam maupun kaum hawa sekalipun karena karisma yang ditebarkan kala tubuhnya bergerak teratur mengikuti irama musik, di tempat ini gadis itu memutuskan untuk menjadi seseorang nan tak terlalu menonjol layaknya Irene dan Joy. Pikir Seulgi, menjadi siswa baik - baik dan mendapatkan nilai tidak dibawah rata - rata lalu lulus tanpa kendala apapun sudah lebih dari cukup.

Yeah, tidak berbeda dengan Son Seungwan si kutu buku yang diam - diam mencetak skor tinggi di setiap tes serta ujian. Sedikit dikenal karena prestasi dalam bidang akademik menjadikan gadis nan biasa dipanggil Wendy itu memiliki sekurang - kurangnya dua teman yang selalu setia menemani dan menghiburnya. Paling tidak Wendy bisa menjalani masa SMA nya dengan tenang tanpa diusik.

Sementara keempat kakaknya merasakan definisi sesungguhnya dari kata damai, sosok gadis lemah berstempel Kim Yerim yang selalu merasa ketakutan tiap kali melangkahkan kakinya memasuki area nan orang - orang sebut sekolah namun bagi dia adalah neraka ini tak pernah merasa dekat sedikit saja dengan rasa lega. Sebagai contoh kecil dari banyaknya kejadian, tepat saat ini di salah satu bangku kantin, tubuhnya diapit dua laki - laki paling ditakuti sementara dua orang gadis yang duduk di seberangnya memainkan poninya dan sesekali memercikkan jus jambu ke atas surai hitamnya menggunakan sedotan pink di tangan. Entah akan selengket dan sekusut apa jadinya rambut Yeri nanti, dia sudah tak peduli hal semacam itu, Ia hanya ingin bel masuk berbunyi lebih cepat hingga dia bisa bebas.

Bahkan kala Yeri mengedarkan mata hanya untuk memandang orang - orang yang justru menyaksikan seolah hal ini adalah tontonan gratis, Ia sempat melihat keempat kakaknya ikut berdiri terdiam diantara kerumunan. Memperhatikannya dengan tatapan tak bisa diartikan.

Empat sudut kantin seolah memang disediakan untuk mereka berempat berdiri teguh tanpa niat untuk membantu adik bungsu mereka.

"Hey, kenapa kau menangis? Aku hanya ingin membuat penampilanmu menjadi manis. Apa aku salah?"

Gadis tak berperasaan itu menumpu sikunya diatas meja, mencondongkan tubuh ke arah korban di hadapannya.

"B–bukan begitu, K–kak Jisoo."

Disalah satu sudut, Joy terus mengawasi gadis itu; kakak kelas yang sudah Ia tetapkan menjadi rival sejak awal masuk sekolah ini. Bahkan Joy juga melihat Seulgi, Wendy, serta Irene sendiri yang berposisi tidak jauh berbeda dengannya saat ini. Hanya mengamati tak ingin maju menyelamatkan.

Satu sama lain pun tahu bila luka dalam hati lebih besar dari rasa kasihan Joy dan Irene. Berbeda dengan mereka berdua, alasan mengapa Seulgi dan Wendy tetap kukuh diam ditempat adalah karena mereka sedang menimang sebuah keputusan bersama resikonya.

Sejauh ini kehidupan mereka disekolah sudah berangsur tenang dan kalau boleh jujur mereka pun tidak ingin dengan bodohnya menggunakan kedua tangan mereka sendiri untuk masuk kedalam lubang kesengsaraan dimana adik kandung mereka sudah jatuh terlebih dahulu.

"Apakah kau tidak mau menolongnya? Dia adikmu, Wen."

Terlihat kedua tangannya mengepal di sisi tubuh disusul mata buram akibat cairan sudah berkumpul di pelupuk mata. Tapi jawaban setelah tundukan dalam tak dapat sekalipun Rosé ganggu gugat.

"Aku... tidak bisa."

Bersamaan tubuhnya berputar untuk menghindari pemandangan menyakitkan itu, tatapannya mendadak bertabrakan dengan mata Joy yang tak henti menusuknya dengan sorot tajam tidak memiliki ampun itu.

"Ayo, Wonwoo. Aku terlalu bosan melihat adegan seperti ini."

"Tapi Joy, dia adikmu! Walaupun kalian memiliki masalah setidaknya tolong dia lebih dulu."

Joy melepas rangkulan di pundak tinggi sahabatnya lantas membalikkan tubuhnya, berlawanan arah dimana Yeri dirisak habis - habisan. Melakukan gerakan yang sama yaitu mengepalkan kedua tangan erat - erat disisi tubuh, Joy menggigit bibir bawah merah mudanya menandakan bila Ia mulai agak goyah. Namun ketika kepalanya kembali terangkat menatap tegas lurus kedepan, Wonwoo tahu bila lubang di hati sahabatnya sudah terlalu besar untuk ditutup.

"Dia... bukan adikku."

≋ ㄳ ≋

Regards
- C

MARIGOLD ✔Where stories live. Discover now