Bab 31 (Kisah Tarran)

2.5K 212 3
                                    

Kisah gue dimulai saat masih kecil.

10 tahun yang lalu..
-Osaka, Jepang

Gue lahir dengan nama Riku Savian Attaran. Nama yang hampir sama dengan Tae. Reiki Savian Taeri.
Gue paling benci disebut Riku, walau itu nama asli gue. Saking bencinya gue buat panggilan sendiri, Tarran.

Masa kecil gue memang biasa. Suka main, jahilin Tae, dan suka jajan juga. Kalian pasti taulah gimana kehidupan anak kecil.

Gue dan Tae hidup dikeluarga kaya raya, bergelimang harta dan gak pernah kekurangan. Real estate yang dikelola papah emang udah mendunia begitu juga dengan bisnisnya yang lain. Gue rasa keluarga gue bahagia.

Di usia empat tahun gue dan Tae punya adik baru. Adik kecil yang cantik, Hami. Kehadiran Hami lah yang mengubah hidup gue.

Keluarga gue memiliki prinsip hanya punya dua anak. Kalau dipikirin secara logis, kira-kira siapa yang dibuang? Pasti anak ke tiga kan? Tapi berbeda, ternyata gue yang dibuang.

Gue dulu anak yang nakal. Gue sering bikin Hami nangis dan suka ngejahilin Tae. Gue juga masih inget pernah ngunci Tae di kamar mandi semalaman. Mereka bilang punya Tae dan Hami udah cukup. Memiliki sepasang putra putri memang idaman mereka. Karena nakal gue harus dibuang? Terus gue harus kemana?

Walau gue dibuang, bukan berarti gue diusir atau gak dikasih makan, gue cuman gak dianggap keberadaannya. Gue ada tapi tak terlihat.

Gue gak ngerti gimana cara berpikir mereka. Kenapa harus ngebeda-bedain anaknya kayak gitu?

Sakit rasanya. Gue yang masih kecil awalnya gak tau kalau gue dibuang. Tapi gue sadar sikap mereka berbeda sama gue. Gue iri sama Tae. Kenapa Tae diperlakukan spesial dan gue gak?

Dari situlah gue semakin berulah. Tae yang lebih pendiam dan penurut selalu jadi bahan bully buat gue. Tapi dia gak pernah ngadu ataupun nangis di depan mamah dan papah.

"Dasar cari muka. Pengen dianggap baik pasti."

Semakin hari gue tambah benci sama dia. Sampai akhirnya mamah tau kelakuan gue yang sebenarnya.

"Jangan ganggu Reiki kalau kamu masih mau tinggal di sini."
Ucapan mamah menyakitkan.
"Ini Tarran mah. Apa bedanya Tarran sama Reiki?"

Bukannya jadi anak baik karena itu, gue semakin nakal.

Hari itu gue ngajak Hami pergi ke taman. Dengan akal busuk, gue berniat ninggalin dia sendirian di sana. Gue yang masih kecil dengan ceroboh nyebrang jalan tanpa liat kiri dan kanan. Gue gak tau kalau di arah kanan ada mobil melintas. Bukannya lari kepinggir gue cuman berdiri di tengah jalan dengan Hami yang terus memegang baju gue.
Pasrah. Gue gak peduli ditabrak dan mati. Tapi tiba-tiba seseorang ngedorong gue kepinggir jalan. Kaget rasanya, ternyata Tae nyelamatin nyawa gue. Seketika gue sadar Hami tadi masih di tengah jalan. Dan akhirnya gue melihat kematiannnya. Adik kecil gue yang manis tertabrak mobil.

Gue hanya diam, gue kaku dan gak bisa bergerak sedikitpun. Di sebrang jalan gue liat Anna menjerit sambil menangis. Apa Anna melihat semuanya?

"Tarran!! Kalau mamah tanya siapa yang bawa Hami keluar, bilang aja Reiki yang bawa ya."

Gue nangis denger kata-kata Tae. Apa gue harus ngelakuin itu?

Masalah pun muncul. Setelah Hami meninggal karena ulah gue, mamah frustasi. Mentalnya terganggu. Anak perempuan satu-satunya yang mamah sayangi harus meninggal dengan cara yang tragis. Dan mamah malah percaya apa yang dikatakan Tae.

Semenjak itu mamah dan papah benci sama Tae. Mereka bilang Tae pembunuh. Padahal gue yang udah bikin Hami meninggal.

Setelah ngumpulin keberanian, gue akhirnya ngaku kalau gue yang salah. Tapi mamah dan papah gak percaya. Mereka lebih percaya omongan Tae.

Bilang aja yang sebenarnya Tae, jangan bikin gue jadi pembohong.

tapi dia malah bilang
"Jangan. Nanti Tarran dibenci mamah lagi."

Gak ada yang bisa gue lakuin. Akhirnya gue   ada di tempat Tae. Di sayang dan diakuin keberadaannya. Seharusnya yang ada di posisi Tae sekarang itu gue, bukan dia.

Gue sadar, gue udah ngerebut posisi dia. Tapi percuma gue ngomong yang sebenarnya. Pembohong kayak gue mana mungkin di percaya.

Keluarga gue mulai hancur. Papah jarang pulang, mungkin dia punya istri baru. Dan mamah yang kejiwaannya semakin parah. Mamah jadi menyeramkan. Setiap melihat dan mendengar nama Reiki, ia pasti akan langsung mencoba membunuhnya. Semenjak itu, papah bilang supaya gak manggil Tae dengan sebutan Reiki lagi.

Mamah sangat suka anak kecil. Setiap Tae bertingkah seperti anak-anak, mamah gak akan sadar jika Tae adalah Reiki yang sangat ia benci itu. Tapi, setiap mamah mengingat Hami atau kejadian itu, lain lagi ceritanya. Anehnya, mamah selalu bisa bedain mana gue dan Tae, padahal wajah kita sama.
***

"Jadi, Tae kayak gini cuman mau ngelindungi lu, Tarran?"

"Iya. Gue gak tau apa yang dia pikirin sampai ngelakuin hal kayak gitu."

"Gue gak tau harus ngomong apa. Gue juga gak bisa nyalahin lu."

"Tae itu baik. Lu bakal nyesel kalau ngelepasin dia gitu aja."

"Jangan bahas itu!!" bentak Erin. "Gue gak mau ngomongin hal itu di situasi kayak gini."

"Iya, yang paling penting kita harus nyari Tae dulu."

"Tunggu dulu. Gue penasaran kenapa keluarga lu pindah ke indonesia, Riku?" tanya Erin dengan senyum menyeringai.

"Gue tampol ya lu. Jangan panggil gue Riku!!"

__________________________________________________

NEXT=>

My Idiot Husband [END]Where stories live. Discover now