Bab 26 ( TAE )

3.1K 211 9
                                    

"TAE!! Gue bilang gak usah dipake! Ngeyel banget sih."

"Gak bisa! gue harus pake."

"Ih lu suka ngebantah ya sekarang!! Jadi gini sifat asli lu."
Erin menarik dasi yang tengah Tae pakai. Ia melepas dan memasukannya ke dalam tas.

"Udah gak usah dipake dasinya. Lu kalau pake dasi keliatan culun. Nurut aja hari ini."

Tae diam. Ia terlihat kesal. Memang tak seperti biasanya, kini Tae lebih sering merajuk dengan wajah polosnya. Sangat menggemaskan. Wajah tampan dengan sifat bak anak kecil yang selalu marah ketika tak dituruti keinginannya. Berbeda dengan Tae yang pertama kali Erin kenal, ia terlihat lebih pendiam dan tertutup dengan cara bicara dan tingkah laku seperti anak kecil berusia lima tahun. Walau sifat kekanak-kanakannya tak berubah, namun Tae mulai menampakkan jati dirinya yang ternyata periang dan selalu bercanda, sehingga membuat Erin sering tertawa.

"Lu mau ikut ke kelas si Awan atau masuk kelas duluan?"

"Gue ke kelas duluan ya."

"Yaudah, gue ke kelas si Awan sebentar." pamit Erin yang lekas berjalan pergi.

Perlahan kakinya mulai memasuki kelas. Seluruh tatapan tertuju padanya. Sesuatu yang berbeda terasa oleh Tae. Tak seperti biasa, teman-teman yang biasa mengacuhkannya kini terlihat memperhatikan dirinya. Saling berbisik dan terus menatap. Rasanya tak nyaman, rasa ingin segera keluar dari kelas. Ia mulai membalikkan badan dan melangkah kembali keluar, namun langkahnya terhenti ketika seorang wanita berdiri dihadapannya.

"Tae?! Lu udah sehat?"

"Gia.." ucap Tae seraya tersenyum lebar sehingga matanya terlihat terpejam.

"Luka lu separah ini? Badan lu memar-memar kayak gitu? Sakit gak?"
Gia meraih wajah Tae yang penuh dengan luka dan plester, ia mencoba memegang pipinya.

"Gakpapa." jawab Tae sembari menggenggam tangan Gia. "Tarran bilang, Gia nungguin Tae di rumah sakit. Makasih ya."

Jantungnya berdegup dengan kencang, napasnya terasa sesak. Sulit untuk mengucapkan sepatah kata pun. Pipinya mulai memerah, ia terlihat gugup.

Tae sadar bahwa ada yang aneh dengan Gia. Apa Gia tak nyaman dengan sikapnya?
Ia langsung melepaskan genggamannya dan memalingkan wajah.

"Maaf."

"Ah gakpapa. Erin dimana? Dia ke kelas Awan ya?" tanya Gia. Tae hanya menganggukkan kepalanya.

"Lu mau gak nganter gue ke kantin sebentar?"

"Gia belum sarapan?"

"Gak usah canggung gitu. Lu ngomongnya biasa aja kayak waktu itu. Semua orang juga udah tau kalau lu gak idiot." jawab Gia yang membuat Tae terdiam. Mustahil orang-orang tahu tentang dirinya.

"Apa karena Tarran? Dia beneran mau mengubah hidup gue."

"Oii!! Mau nganter gue gak?"

"Ah. Iya, ayo gue anter." ucap Tae dengan nada bicara yang tiba-tiba berubah.

Kantin yang terlihat sangat bersih dan luas. Banyak makanan dijajakan dan ditata rapi. Tae duduk menunggu Gia membeli makanannya. Banyak orang memperhatikan dan mengambil foto Tae yang duduk manis, rasanya terlihat seperti seorang model yang tengah mengadakan pemotretan. Gayanya yang berubah seketika membuat dirinya bak orang lain.

"Eh!! Lu ngapain?" tanya Gia pada salah seorang wanita yang mengambil foto Tae diam-diam. "Lu maling foto Tae ya?"
Wanita itu tak menjawab dan langsung berlari menjauh.

"Harusnya lu jangan diem aja difoto diem-diem begitu. Itu melanggar hak privasi."

"Udah gak usah dipermasalahin. Gue gak keberatan kok. Lu beli apa? Sini gue yang bawain." Tae merebut makanan yang dipegang Gia dan langsung berjalan pergi.
Gia tersipu malu. Ia tersenyum kecil sembari menatap Tae yang berjalan pergi.

My Idiot Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang