"Aku bahkan tidak pernah melihat ibu sekalipun sejak lahir. Apa dia membenciku?"
*****
Azura memasuki kelas dalam diam. Tidak seperti Azura yang biasanya membawa aura menakutkan. Ada banyak murid yang berpikir dia baik-baik saja, tapi Maxim menyadari keanehan itu. Sebuah luka yang terbuka lebar.
"Maafkan Ayahku, dia hanya tidak ingin menghancurkanmu. Maafkan juga kakek. Ayo kita ke atap, kau bisa menceritakannya padaku disana." Maxim menarik tangan Azura lalu membawa Sepupunya itu menuju atap. Tempat paling damai bagi Azura.
"Sekarang ceritakan! Aku ingin mendengar semua bebanmu, tidak boleh ada yang terlewat satu-pun!"
"Kakek, Nenek, Paman Miguel, Paman Argash, Paman Manuel, Paman Phobos. Mereka datang ke rumah, menunggu ayah tentunya. Hah... mereka tidak mau bercerita kenapa mereka datang, lalu mereka pergi satu-persatu. Meninggalkan aku dan Nenek sendiri."
Kring... kring... kring...
"Bel sudah berbunyi, ayo kembali ke dalam kelas," ujar Azura menghentikan ceritanya.
"Tidak semudah itu Azura... kita akan membolos pelajaran pertama hari ini! Dan aku tidak terima penolakan. Sekarang duduk lalu lanjutkan ceritanya!"
"Hah... Nenek mengatakan padaku jika mereka telah menemukan keberadaan ibu, lalu pergi meninggalkanku sendiri juga. Mereka hanya ingin memberitahu masalah ini pada ayah. Kau tau aku belum pernah melihatnya Max, sejak lahir aku hanya melihat fotonya! Namanya saja aku tidak tahu. Bahkan setiap aku bertanya pada ayah, dia malah mengalihkan topik." untuk sesaat Azura menarik napas, lalu kembali membeberkan semua isi hatinya.
"Hanya Lilith yang terus membantuku mengingat ibu! Bahkan Lilith menyimpan buku harian milik ibu! Aku benci lahir dalam keadaan seperti ini! Ayahku hanya diam, sedangkan pengasuhku yang membantuku!"
Air mata Azura mulai bercucuran bahkan kini bertambah deras. Ini pertama kalinya takdir menunjukkan seperti apa rapuhnya seorang Azura. Azura yang ditakuti banyak orang, hari ini hancur. Benar-benar hancur.
"tenanglah Sepupu. Aku disini, dan akan selalu disini. Keluarkan saja semuanya. Aku akan mendengarkannya."
"Aku benci seperti ini Max, aku berharap semua akan berakhir dan ini hanyalah mimpi!"
*****
"Hei darimana saja kalian berdua? Aku mencari kalian sejak tadi, dan kalian malah sedang asik makan di kantin?" ujar Baron dramatis. Cedric hanya bisa geleng-geleng kepala atas kebodohan sahabatnya.
"Merokok di atap, ada apa?" jawab Azura sembari minum air.
"Tidak ada, hanya mencari kalian yang menghilang dan muncul tiba-tiba seperti dia. Aku bercanda, Mr. Brando memberikan kita tugas untuk merangkum bab 6! Astaga dia pikir kita robot?! Kita diperintahkan untuk merangkum 79 halaman!" Nicholas tersedak makanannya mendengar ucapan Baron.
"79 halaman? Kau serius, astaga! Aku harus ke perpustakaan sekarang!" Nicholas mulai membereskan makannya sebelum suara Azura menginterupsi.
"Kalian bisa melihat milikku, aku baru menyelesaikannya minggu kemarin."
"Kau memang yang terbaik Azura! Aku bisa tidur nyenyak malam ini, hahaha!" ujar Baron sambil menepuk punggung Cedric dengan kencang.
"Sakit bodoh! Kau pikir aku tembok? Samsak? Musuhmu? Dasar Barongsai." Cedric mengusap-usap punggungnya dengan raut wajah memelas, membuat Azura tertawa.
"Barongsai ya... aku sudah lama tidak melihat pertunjukan jalanan seperti itu. Hanya saat perayaan tahun baru," ujar Nicholas sembari mengangguk-angguk.
"Oke stop! Sekarang kita fokus pada masalah yang ada di depan. Apa yang harus kita pada para murid Dalton? Mereka mengambil uang para penjual jalanan di pasar," ujar Cedric menengahi sahabatnya, dan membahas sebuah masalah baru.
"Ku pikir kita sudah memberi mereka pelajaran sebulan lalu, ternyata masih belum ya? Letakkan saja tim 3 di sana. Aku jamin mereka tidak akan berani."
"Ay-ay kapten! Otakmu terlalu encer sepertinya. Masalah seperti ini saja kau tidak bisa memecahkannya Cedric, dasar!"
"Kau sendiri bisa apa dasar Nicholas br*ngs*k?!"
"Aku? Jangan tanya. Tentu hanya diam."
"Hahahahaha," tawa Azura pecah begitu saja, membuat semua orang yang ada di kantin was-was.
Berbeda dengan Maxim yang tenang-tenang saja. Dia juga mendapatkan sebuah fakta baru. Bahwa Azura bisa menyembunyikan luka dengan sangat hebat, bekas air mata ataupun hidung merah tidak terlihat sama sekali pada wajahnya. Yang ada hanyalah senyuman untuk semua orang. Senyuman palsu.
*****
Fipumk
20/05/2020
BINABASA MO ANG
For My World, Please Be Fine
RandomBlurb : Hidupnya berantakan, kacau, dan tidak teratur. Dia juga tidak tahu bagaimana cara mengatasi semua masalah yang datang tak diundang dalam kehidupannya. Tanpa dukungan dari sang ayah dan keluarga besar untuk bertahan, perlahan-lahan dia menyer...
Chapter 2
Magsimula sa umpisa
