Chapter 2

16 5 0
                                        

Playlist : One Republic - Counting Stars

*****

"Aku sangat ingin sering belajar dengan kalian, apa boleh? jika aku tidak mengganggu kalian berdua tentunya," ujar Sherly sembari mengatupkan kedua tangannya.

"Tentu saja! sebelumnya aku mempunyai cita-cita untuk menjadi guru. Kau bisa menjadi murid pertamaku!" jawab Lucy dengan senang lalu memeluk Sherly. "Aku juga ingin menjadi sahabatmu!"

"Serius?! Akhirnya aku mempunyai sahabat perempuan!" Sherly mengguncang tubuh Azura bersemangat lalu menepuk-nepuk pipi satu-satunya sahabatnya selama 18 tahun ini.

"Bagaimana denganmu Azura? Jika kau bergabung, kita bisa membentuk sebuah kelompok!" ujar Lucy sembari memperhatikan Azura yang hanya diam membaca buku.

"Jika Sherly ikut, aku juga ikut," ujar Azura sembari bangkit lalu mengecek jam tangannya. "Beberapa menit lagi perpustakaan akan tutup. Kita bisa melanjutkan pembicaraan ini besok, dan Sherly ayo kuantar pulang. Ayahmu tidak bisa menjemput, dia juga bertanya kenapa kau tidak menjawab teleponnya."

"Ponselku mati, dan kau benar. Beberapa menit lagi perpustakaan tutup, sampai jumpa Lucy, Mike. Ayo Azura! Aku harus memberi makan Minu."

"Hati-hati kalian berdua, hampir semua jalan raya macet," ujar Azura pada Lucy dan Mike, lalu berjalan keluar perpustakaan.

"Hanya aku saja kau juga yang merasakan bahwa dia itu perhatian walaupun pendiam? Sayang aku tidak suka tipe pendiam dan menakutkan seperti Azura. Sebagai ketua organisasi, dia sangat menakutkan. Kepala sekolah bahkan bertekuk lutut padanya," ujar Lucy sembari membereskan buku-buku.

"Sepertinya dia harus dihindari jika ingin kedamaian di sekolah ini." Mike mengangguk-angguk mendengar ucapannya sendiri.

"Sangat! Kau harus sangat menghindarinya jika ingin hidup bahagia. Azura adalah lelaki nomor satu yang wajib kau hindari sebagai murid baru. Baiklah kalau begitu sampai jumpa lagi Mike! Aku pulang terlebih dahulu, ya!"

"Sampai jumpa."

*****

Azura mematikan mesin motornya di dalam garasi. Saat masuk ke dalam ruang tengah, dia dikejutkan dengan kehadiran kakeknya. Bukan hanya Kakek, tapi semua anggota keluarga besarnya juga ada.

"Kemari-lah Azura, nenek merindukanmu!" Azura hanya mengangguk sebelum duduk di sebelah Neneknya itu. "Maaf kami tidak memberitahu jika akan datang, mana ayahmu?"

Azura hanya menggaruk-garuk pelipisnya lalu menjawab. "Ayah sedang dalam perjalan bisnis ke Bali, minggu depan baru pulang. Jadi kenapa kalian semua datang?"

"Maafkan kami Azura karena tidak memberitahumu, kami kemari hanya untuk melihat keadaanmu. Kau baik-baikan?" Miguel mulai angkat suara memotong ayahnya yang terlalu blak-blakan.

"Aku tidak bodoh Paman! Beritahu atau tidak?" sedangkan Azura terlalu paham dengan sifat anggota keluarga besarnya itu.

"Hah... tidak ada, kita kembali." Miguel mulai bangkit dari sofa. Lalu melangkah keluar meninggalkan ruang tengah.

Satu-persatu keluar meninggalkan Azura dan Eva sendiri di ruang tengah. Azura hanya diam, sekali lagi keluarganya menyembunyikan sebuah rahasia.

"Kami tidak terlalu yakin dengan hal ini, tapi kami menemukan keberadaan Ibumu. Aku minta maaf untuk sifat Pamanmu, jangan di masukan ke dalam hati oke? Kau Cucu yang paling kusayangi. Hanya kau yang bisa bersikap dewasa, Nenek pergi dulu. Hati-hati, jangan tidur larut dan jaga kesehatan," ujar Eva sebelum pergi meninggalkan ruang tengah. Kembali menyisakan Azura sendiri dalam kesedihan.

For My World, Please Be FineDonde viven las historias. Descúbrelo ahora