Ch 12-The last relic

1.1K 90 4
                                    

Stukiya tersenyum licik merasa bodoh karena sedikit terfikir tentang tuan An yang ternyata dibawah dia dan dia yang bukan apa-apa dibanding dirinya.

. . .


. .

.

Dongling yang umurnya hanya berbeda satu tahun lebih tua dari ku, beberapa tahun belakangan ini dia merajut sapu tangan dan hiasan kain lainnya untuk menafkahi kami berdua. Ini sedikit aneh, karena kami terlalu miskin untuk ukuran seseorang yang tinggal di kekaisaran.

Walaupun kami tinggal di kekaisaran, dan mempunyai tempat tinggal (yang terbengkalai dan tidak terurus) sendiri. Apa kita sangat semiskin itu? Hm...saat nya interogasi.

"Dongling, apa kita tidak punya sesuatu yang berharga? Entah apapun itu?"

Dongling terkejut, matanya otomatis melebar dengan alis yang terangkat juga mulut yang sedikit terbuka. Fokus nya buyar karena konsentrasi untuk merajut kain sembari menemani dan menafkahi nona dan dirinya teralih dengan pertanyaan nona nya.

Setelah beberapa detik dia langsung terdiam, alis nya mengernyit matanya langsung melirik ke kanan atas untuk berfikir 'apakah ada suatu harta benda yang kita miliki?' lalu teringat akan sesuatu hal.

"Eh? Hm... ah! waktu itu ada sebuah suling giok pemberian Ratu, tapi aku tidak berani menjual nya. Seperti nya itu terlalu berharga karena itu benda kesayangan Ratu."

Lantas ia meletakan kain rajutan nya dan langsung bangun dari tempat ia duduk dan berjalan menuju lemari dan membuka kotak dari tempat rahasia. Dia menggambil balok berwarna red velvet bermotif bunga mawar itu dengan hati-hati dan memberikan nya kepada nona nya, dan tetap selalu bersikap sopan.

Dan saat Stukiya membuka kotak tersebut, terpampang lah isi nya, suling bermotif dan berwarna biru sapphire seperti berlian yang seakan-akan bercahaya. Tanpa sadar Stukiya berkata saat menyentuh nya.

"Wah..indah nya"

Aku ingat, Ratu Huawen sering memainkan suling ini di tengah malam di halaman. Beliau terlihat muram dan kesepian, bahkan bulan dan bintang pun ikut bersedih. Dan tidak ada yang tahu beliau memainkan lagu dari suling tersebut untuk siapa.

Stukiya tersenyum simpul, tanpa sadar dia memainkan alat musik tersebut dengan sangat menghayati sampai menutup matanya setelah menyentuh suling itu. Dan entah kenapa jemari nya langsung bergerak membentuk nada-nada indah yang sebelum nya tidak terpikir oleh nya.

"Uwahh.. nona, sejak kapan nona belajar bermain suling? Selama ini saya baru tahu!"

Dongling yang terpana akan lagu yang di mainkan Stukiya bertanya dengan mata berbinar namun penasaran dan kagum. Dia sangat kagum dan merasa tertarik dengan bermain alat musik, meski dia adalah seorang dayang.

Tetapi bukankah lumayan bagus jika dia bisa bermain musik, dia bisa menambah penghasilan untuk mereka bertahan hidup.

"Em..Ibu terkadang mengajariku cara memainkan nya, tapi itu sudah lama jadi aku sedikit lupa" jawab Stukiya sembari tersenyum.

Meskipun ada sedikit rasa terkejut karena dia juga tidak tahu mengapa ia bisa memainkan nya dengan bagus. Namun karena masih terbawa melody lagu dan ingatan yang terbesit saat memainkan suling tadi, ia hanya tersenyum dengan mata yang sedikit sendu.

Lalu Stukiya membuka lemari nya dan langsung memakai jubah dan pakaian hitam yang menutupi seluruh tubuhnya.

"Dongling, Aku akan mencoba suara suling ini di luar. Aku akan segera kembali"

-ᕈhoenıx goes to αgαınst the ɯorld-Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ