"Nona bilang dia tidak punya janji dengan siapa pun. Tuan Bryan juga melarang kami mengijinkan orang asing menjenguk nona sasa." Jelas salah satu nya.

"Bryan?" Diaz mendecak kesal. Jadi dua orang berbadan tegap ini adalah bodyguard Bryan. Sepertinya nama Bryan mulai tidak asing ditelinganya.

"Mana bos kalian? Bawa sini?!" Kesal nya, bahkan dia membentak dua penjaga itu.

"Tuan Bryan sedang ada tugas diluar kota."

"Gue mau masuk. Mau jumpa sama sasa. Gue bukan orang asing." Katanya sambil memberi penekanan pada setiap kalimatnya.

Kedua orang itu tidak bergeming dan menatap lurus kedepan. Sama sekali tak menganggap Diaz ada.

Diaz maju beberapa langkah, meraih kenop pintu, tapi harus terhenti karena pergelangan tangannya ditaham oleh salah satu bodyguard laknat itu.

"Nona sedang istirahat. Tolong jangan mengganggu."

"Gue cuman mau ketemu bentar. Kalian yang buat jadi sulit. Tinggal kasih gue masuk!"

"Tapi-"

Ketiga orang itu berhenti beradu pandang saat salah satu pintu itu terbuka. Menampilakn sosok perempuan cantik dibalut dengan pakaian khas pasien sambil mendorong penyangga infusnya.

Marsya menatap dua orang bodyguard Andromeda bergantian dan terakhir tatapannya berhenti pada Diaz.

"Maaf nona jika nona terganggu. Saya sudah memberitahu bocah ini untuk segera pergi tapi dia memaksa bertemu nona." Jawab salah satu bodyguard itu.

"Dia teman saya." Jawab Marsya. "Saya bosan diruangan, saya mau nyari angin keluar."

"Tapi nona tidak boleh keluar dulu. Ini perintah tuan muda. Tuan besar juga melarang saya, beliau mengatakan-"

Pria berkacamata itu menghentikan kata-katanya saat Marsya menatapnya sarkas. Membuat pria itu menghembuskan nafas lelah.

"Nona, saya cumam mengikuti perintah tuan muda. Tuan Bryan sangat menghawatirkan nona, apalagi dia sedang tidak ada disini sekarang."

"Aku uda permisi sama kak Bryan. Bentar lagi juga tante Anggun datang."

"Tapi nona-"

Marsya segera beranjak pergi dari sana tanpa menghiraukan kata-kata bodyguard tadi. Salah satu pria itu berniat untuk mengejar Marsya, tapi temannya langsung menahannya.

Diaz tidak punya pilihan lain selain mengikuti Marsya. Tujuannya kan mau bertemu Marsya bukan mau bertemu dengan bodyguard Marsya. Ah... atau Bryan.

"Hai." Sapanya saat sudah mensejajari langkah kaki Marsya. Marsya hanya menatap sekilas lalu kembali menghadap kedepan. Sesekali dia tersenyum pada setiap suster yang tersenyum padanya. Diaz bingung, kenapa semua orang dirumah sakit ini terlihat mengenal Marsya.

"Non sasa? Kenapa keluar?"

Marsa berhenti, tersenyum sekilas pada suster dengan lesung pipi dikedua sisi wajahnya itu.

"Cari angin bentar."

Suster itu mengulas senyum. "Jangan terlalu capek ya, non sasa harus banyak istirahat biar bisa cepat pulang."

"Iya sus, makasih." Ucap Marsya lalu melanjutkan kembali langkahnya menuju taman yang tinggal beberapa meter lagi. Sesampainya ditaman itu mereka duduk disalah satu bangku yang ada disana. Memghadap jalanan yang tidak terlalu ramai.

"Lo ngapain sih datang kesini? Nyari ribut aja tau nggak?" Marsya langsung mengomeli Diaz saat laki-laki itu sudah duduk disebelahnya. Pandangannya tetap lurus kedepan.

"Ciee kamu sengaja kan nyari alasan keluar biar bisa jumpain aku."

"Dih pede." Marsya menoleh.

Diaz tergelak melihat ekspresi kesal Marsya yang sangat kentara. Dia tidak bisa menahan tangannya untuk tidak mengacak rambut Marsya.

"Kamu sakit apa sih? Kenapa tiba-tiba masuk rumah sakit? pantas aja tadi disekolah aku nggak ada liat kamu."

Marsya menatap Diaz. Kata-kata terakhir Diaz terulang diotaknya seperti adegan slow motion yang sengaja diulang-ulang. "Nyariin?"

Diaz tersenyum tipis."iyalah, mana bisa aku nggak liat kamu."

"Jadi kenapa ngejauhin aku?" Tanya Marsya. Ikutan menggunakan 'aku-kamu'

"Aku nggak menjauh kok-"

"Jangan bilang kalau kamu memang percaya aku sama kak Bryan pacaran."

Diaz mengernyit bingung, menatap wajah Marsya yang sedikit pucat tapi tetap cantik.

"Aku nggak tau seberapa jauh kamu kenal Bryan. Aku adik Bryan, meskipun bukan adik kandung. Tapi Bryan dan orang tuanya uda jadi keluarga aku sejak lama." Jelas nya sambil menatap lurus kedepan. Diaz bisa melihat sorot mata Marsya yang sendu, seperti mengisyaratkan ada kepedihan disana.

"Keluarga aku perna kecelakaan pesawat sepuluh tahun yang lalu dan cuman aku yang selamat. Papa sama mama meninggal dikecelakaan itu."

"Aku nggak tahu jelas apa hubungan orangtua kami, tapi sepertinya orangtua ku berteman baik dengan orangtua Bryan."

Penjelasan Marsya cukup membuat Diaz mengerti walaupun tidak diceritakan dengan rinci. Dia hanya tidak mau terlalu ikut campur. Menurutnya Marsya juga punya privasi dan Diaz menghargai itu.

Marsya kembali menatap Diaz, "jadi lo beneran nganggap gue pacaran sama Bryan?"

"Yaa mana aku tahu kalau kamu sodaraan sama si bangke satu itu."

"Hush!" Marsya memukul lengan Diaz.

"Dia sendiri yang bilang kalau kamu pacarnya. Dan juga-" Diaz menyisir poni yang jatuh mengenai keningnya kearah belakang. Diam-diam Marsya tersenyum, pose kesukaannya. "Kamu juga akrab banget sama dia." Lanjutnya lagi.

"Nggak papa juga sih kalo semisalnya aku benaran pacaran sama Bryan, toh dia bukan saudara kandung aku."

"E-eh nggak! Enak aja." Sela Diaz cepat. Marsya tertawa, Diaz mendengus.

"Kenapa nggak? Kan kamu uda sama Laura." Acuh Marsya seolah-olah dia tidak perduli.

"Nggak ya! Aku suka nya sama kamu, cuman sama kamu!"

Kedua netra mereka saling bertemu pandang. Tenggelam dalam pemikiran masing-masing. Pernyataan Diaz barusan mampu membuat Marsya diam tak berkutik. Belum lagi suaranya yang cukup kuat dan banyak orang disekitar yang memperhatikan mereka.

•••




Oke, kemaren ada yang milih linyi buat jadi cast Diaz. Jadi cast Diaz aku ganti, dipart sebelumnya foto xiu kai bakal aku ganti jadi linyi. Okayyyy, thx buat dukungan kalian semuanya. Buat yang uda komen aku senang banget banget banget. Jujur aku lebih senang rasanya ada yang komen dari pada yang vote. Tapi vote penting juga, hehe. Pokoknya lofyu somach dehh.

Diaz

Diaz

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MY SWEET DIAZWhere stories live. Discover now