17. | Love Shot

207 21 11
                                    

Diaz sedang berada dirumah sakit, dia baru saja selesai mengambil obat rutin mamanya. Tapi langkahnya terhenti saat kedua obsidiannya menangkap sosok perempuan yang berjalan kearahnya sambil menatap benda pipih yang berada ditangannya, kedua jari jempolnya menari-nari diatas layar dengan lihai.

"Tania?" Tegur Diaz saat dirinya sudah berada didekat Tania.

Tania berhenti dan menegadahkan kepala nya, menatap lelaki yang bardiri tegap beberapa meter darinya. "Eh, kak Diaz?" Tanya Tania kaget.

"Kamu ngapain disini? Siapa yang sakit?" Diaz terlihat memperhatikan Tania lamat-lamat.

"Jenguk-" Tania menggantung kata-katanya sambil menatap Diaz ragu. Ah, dia jadi bingung, haruskah dirinya memberitahu kalau dia baru saja menjenguk Marsya.

"Siapa yang sakit Tania?" Diaz mengulang pertanyaannya yang belum dijawab Tania.

"Itu kak, t-teman iya iya teman." Tania tertawa canggung. "Aduhh kenapa teman sih? Nih mulut nggak bisa diajak kerja sama banget sama gue." Kesal Tania dalam hati.

"Sasa sakit?" Diaz menatap Tania penuh tanya.  Beberapa hari ini dia memang tidak melihat Marsya disekolah.

Tuh kan. Diaz cepat banget ngeh nya. Padahal tadi sebelum pergi Tania sudah berjanji tidak akan membeberkan Marsya yang sedang sakit pada Diaz atau siapa pun. Tapi sekarang- mati sajalah Tania.

"Dimana dia?" Diaz langsung menyimpulkan kalau tebakannya benar, terlihat jelas dari raut cemas diwajah Tania.

"Lantai 5 kamar 507." Jawab Tania akhirnya.

"Kamu-"

Ddrrrrrrtttt.

Seketika perhatian mereka tertuju pada ponsel Tania yang baru saja bergetar. Tania menatap layar handphone nya lalu memukul kepalanya pelan.

"Kak Tania duluan ya kalo gitu. Uda ditungguin sama papa." Tania berpamitan lalu pergi tanpa menunggu balasan Diaz.

Diaz berjalan ke arah yang berlawanan, tentu saja dia akan menjenguk Marsya. Tentang perasannya yang sedang berantakan dikesampingkan dahulu, dia harus mengetahui keadaan Marsya saat ini.

Diaz menatap pintu didepannya-tidak. Tepatnya menatap dua orang lelaki yang berdiri didepan dua pintu besar itu. Sepertinya ruangan tempat Marsya dirawat adalah ruangan terbaik dirumah sakit ini. Letak ruangannya juga jauh dari lalu lalang orang.

"Siapa?" Tanya salah satu lelaki bertubuh besar itu. Dia menatap Diaz mengintimidasi membuat bulu kuduk Diaz meremang.

"S-saya teman sasa." Jawab Diaz sedikit terbata-bata. Siapa yang tidak gagap saat ditanyai oleh dua orang lelaki bertubuh besar dengan pakaian serba hitam.

"Maaf tapi nona sedang tidak punya janji dengan siapa pun saat ini."

"Saya teman sasa nggak percayaan amat elah. Dia sekolah di Galaxy kan?" Tanya Diaz. Memberanikan diri menyembunyikan rasa takutnya. Kedua lelaki itu terlihat saling tatap kemudian salah satu dari mereka masuk kedalam.

"Sasa sakit apa memang nya? Dan- kalian siapa?"

Lelaki yang masih menjaga didepan pintu itu dengan kedua tangan yang terlipat kebelakang menatap Diaz tajam. Seolah mengatakan kalau dia tidak menyukai keberadaan Diaz.

Diaz meneguk salivanya, dia juga perna melihat bodyguard mamanya yang berbadan sama dengan yang dihadapannya. Sesekali mama nya juga memakai bodyguard kalau ada pertemuan antar sesama petinggi perusahaan.

Tak lama kemudian bodyguard yang tadi masuk keluar lalu membisikkan sesuatu pada temannya. Lalu kedua pria itu menatapnya bersamaan.

"Apa?" Tanya Diaz saat dua orang itu menatapnya bersamaan.

MY SWEET DIAZWhere stories live. Discover now