3. I'm Always Worry To You

Start from the beginning
                                    

Lily mendengus, kemudian memasukkan benda persegi panjang itu ke dalam tasnya dengan perasaan tak rela. Ia buru-buru membereskan segala perlengkapannya, tidak sabar untuk segera pergi dari sana.

"Ly, maaf."

Hening.

"A-aku... Aku akan ganti ponselmu."

"Tidak usah. Lily tidak miskin."

Sehun meringis mendengarnya. "Lalu aku harus apa agar kau memaafkanku?"

Lily berdecak, lantas mengalihkan pandangan pada Sehun dengan malas. "Sehun bilang, kan, ini salah Lily. Jadi tak perlu minta maaf."

"Ly---"

"Lily pulang dulu. Bye!" Si gadis berponi berjalan ke luar kelas, meninggalkan Sehun sendiri yang tengah terbelalak lebar.

"Ly, tunggu!" Ia langsung berlari, berusaha mengejar Lily dengan dilingkupi rasa menyesal.

Sehun merutuki kebodohannya. Mengapa tadi ia malah menyalahkan Lily? Huft~

"Hey, stop! Ly, aku akan mengantarmu." Pemuda itu terus melesat, berusaha menahan Lily.

Namun yang dipanggil tak peduli. Ia tetap melangkah, mengabaikan teriakan Sehun yang bahkan sudah membuat seluruh atensi tertuju kepada lelaki tersebut.

Tidak, Sehun tak sanggup lagi. Ia memilih untuk berhenti sebentar, bertumpu pada lutut, dan mengambil napas banyak-banyak. Tak tahu. Dia padahal seorang atlet handal Hanlim Multi Art School, tapi mengapa tenaganya bisa habis dengan mudah?

Peluh menetes, membanjiri tubuh jangkungnya. Ia ingin mandi air es saja rasanya.

Sehun mengedarkan mata ke sekitarnya. Lily telah menghilang. Sepertinya ia ketinggalan jauh. Entahlah, mungkin Sehun akan menyerah. Lelaki itu sudah terlalu lelah sekarang.

Tetapi Sehun harus terkesiap seketika. Ia melihat ada bola basket yang melaju kencang menuju ke arahnya.

"Sehun, awas!"

"Pergilah dari sana, Sehun!"

"Minggir!"

Pekikan murid-murid di lapangan mengudara. Namun Sehun tetap diam di tempatnya. Tak mengerti, tiba-tiba kakinya terasa berat, bagai diberi perekat dan Sehun tidak dapat bergerak kemana pun.

Jantungnya berpacu cepat. Ia berdoa dalam hati, semoga tonjolan kepala yang dihasilkan tidak terlalu besar. Sehun memejamkan maniknya, takut.

DUK

Bunyi itu keras sekali. Sumpah. Tapi mengapa Sehun tidak merasakan apa pun?

"Sehun!"

Ia buru-buru membuka mata. Setelahnya, Sehun sontak mengerutkan dahi. Tidak ada bola basket yang jatuh di dekatnya, juga tak ada orang-orang yang berseru panik. Mereka justru nampak acuh, sibuk dengan urusan masing-masing.

"L-Lily?" tanya Sehun bingung. Benarkah gadis di hadapannya ini adalah Lily?

"Apa yang Sehun lakukan di sini?"

Sehun semakin mengernyit. Ia tak mengerti, sungguh. "T-tadi ada bola basket yang terlempar ke arahku. Aku mendengar suaranya, bola itu mengenai sesuatu. N-namun... A-aku---"

"Ya ampun, kenapa Sehun mau membuat Lily khawatir? Itu semua tidak ada. Tidak terjadi apa pun."

"Ly---"

"Sehun hanya berhalusinasi."

"Hah?!"

"Sudahlah, Sehun ingin mengantar Lily pulang, kan?" Sehun mengangguk kaku. "Kalau begitu, Lily tunggu di parkiran." Si perempuan berponi langsung berlalu pergi.

Sehun mematung di tempat. Apa-apaan ini?

Tidak, aku tidak mungkin berhalusinasi.
















🌸🌸🌸
















TOK TOK TOK

CKLEK

Taeyeon tersenyum. Ia melebarkan pintu, mengisyaratkan sang putri untuk masuk ke dalam rumah.

Mereka berjalan beriringan, melangkah, dan duduk bersama di ruang keluarga. Taeyeon menemani Lily yang masih membuka sepatu sekolahnya.

"Bagaimana hari ini? Apa menyenangkan?" tanya wanita itu memulai perbincangan.

"Sama seperti biasanya, Bu," jawab Lily malas.

"Kau masih belum memiliki teman?"

Lily menoleh sejenak. "Kalau itu, sudah."

"Sungguh?!" Netra Taeyeon berbinar cerah. Dan dibalaslah dengan anggukan singkat dari si anak. "Akhirnya," sambung Taeyeon, senang bukan main.

Mendengar itu, Lily berdecak. "Ibu sangat berlebihan."

"What?! Berlebihan katamu? Hey, yang Ibu lakukan barusan adalah hal normal, tahu!" sahut sang ibu tak terima. "Memangnya, siapa nama teman barumu?"

"Sehun. Oh Sehun."

Taeyeon sontak membolakan mata. "Ly, jangan bercanda kau."

"Aku serius, Bu," kata Lily. "Aku ke kamar dulu."

Lantas sesudahnya, ia langsung beranjak. Meninggalkan Taeyeon yang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

Gadis cantik tersebut pergi ke kamarnya. Ia memutuskan untuk mandi, mengganti pakaian, lalu berbaring di tempat tidur.

Lily menghela napas panjang. Ia memeluk guling, sambil terus memikirkan kejadian di sekolah beberapa saat sebelumnya.

Banyak sekali hal misterius, bahkan aneh dalam hidupnya. Oleh sebab itu, Lily tak menduga ia akan bertemu Sehun, sosok pemuda ajaib yang berhasil mewarnai harinya.

Lily terlalu pendiam. Namun tidak mengerti mengapa, ia akan melupakan fakta tersebut ketika bersama Sehun.

Perempuan itu lantas mengambil dompetnya. Di sana, terpampang sebuah foto polaroid Sehun. Hanya Lily dan Tuhan yang tahu, kapan ia mendapatkannya, serta dari mana. Rahasia.

Kemudian, terbitlah seulas senyum tipis, samar-samar menghiasi wajah boneka Lily. Lily memandangi foto tersebut dengan penuh arti.

Tapi di detik berikutnya, ekspresi itu terganti. Lily tersenyum miring. Menatap benda kecil di hadapannya dengan sinis.

"Kau pasti tidak akan menyangka, siapa aku sebenarnya, Oh Sehun."


















•••

TBC.

Gak tau kesurupan apa aku sampe bikin cerita kayak gini🙈

If || Hunlice ✓Where stories live. Discover now