1. Can't Say Love Words

2.4K 143 0
                                    


















🌸Happy Reading🌸





















Tampak seorang gadis berponi lucu duduk bertopang dagu di area kantin. Ia menghela napas lelah. Jam pelajaran hari ini teramat-sangat menyebalkan.

Matematika, olahraga, dan ilmu pengetahuan alam. Bukankah itu semua dapat membuat otak pecah dan badan remuk tak terkira?

Ya, begitulah yang Lily sedang rasakan. Sekarang, di benaknya hanya ada ice lemon tea, ice lemon tea, ice lemon tea. Ia butuh penyegaran, makanya Lily pergi ke sini.

"Ini, Non, pesanannya."

Lily tersentak. Buru-buru ia tersenyum, beralih pada penjaga kantin tersebut. "Ah, iya. Terima kasih."

Wanita itu meletakkan segelas teh dingin pada meja. Setelah itu, ia pamit, kembali ke stan-nya.

Sedangkan, Lily langsung meneguk minumannya tanpa ragu. Rasa haus benar-benar menyiksa, menghilangkan semangat dan seluruh energinya.

Semestinya, Lily bahagia, karena bisa menyambut musim semi. Ia sungguh menyukainya. Bunga bermekaran dan sejuk udara, merupakan hal favorit yang tak pernah ia lewatkan barang sedetik pun. Tapi mungkin, ini pertama kalinya. Kenaikan kelas kemarin, sama artinya pula dengan kenaikan level menguras pikiran Lily. Kelas dua belas SMA, tak ada waktu bermain-main lagi.

Gadis itu hanyalah murid reaktif. Bukan salah satu dari siswi terkenal dan penuh sensasi di sekolahnya---Hanlim Multi Art School. Lily sangat tertutup. Bahkan bisa dikatakan, ia sudah seperti murid tak kasat mata yang tak diketahui keberadaannya.

Lily tidak berteman dengan siapa pun, meski di kelasnya ada yang mengajak untuk berkenalan. Ia terlalu malas memikirkan hal tersebut. Pertemanan dan persahabatan yang tulus tidak ada di dunia ini, begitulah prinsipnya.

"Ya ampun, seharusnya Lily minum di rumah saja."

Ia menggembungkan pipi. Lantas cepat-cepat Lily menunduk. Mungkin pilihannya salah untuk pergi ke kantin. Banyak murid-murid yang memperhatikannya, memberikan tatapan aneh, dan sukses membuat Lily risih.

Jujur, ia takut. Sekali-kalinya Lily menjelajah sekolah, ia malah menjadi topik pembicaraan. Sumpah, Lily sudah tidak tahan.

Kemudian, ia buru-buru bangkit. Gadis itu mulai melangkahkan kaki meninggalkan tempat tersebut dengan pandangan menghadap bawah.

Lily tak terbiasa. Segalanya terasa asing. Ia selalu bersembunyi. Bahkan untuk sekadar upacara bendera, Lily kerap menutup-nutupi wajahnya dengan helaian rambut. Ia tak ingin dilihat, sama sekali.

Namun kala Lily hendak berdiri, datang segerombolan siswa laki-laki yang tersenyum miring ke arahnya. Mereka mendorong tubuh Lily, hingga si gadis bermata bulat terpaksa jatuh terduduk kembali.

Lily gugup. Ia menggigiti bibir bawahnya, bingung harus menanggapi mereka bagaimana. Ia tak tahu.

Para pemuda itu mencekal tangan Lily. Salah satunya---Taeyong---ia menarik kasar perempuan tersebut. Mengisyaratkan teman-temannya agar membawa Lily pergi dari sana.

"Lily mohon, lepaskan." Gadis itu meronta-ronta, tapi tak kunjung berhasil. Mereka malah semakin menyakiti Lily.

Yang lainnya---Jaehyun---berdecih. "Kau menurut saja. Atau kami tak segan-segan menghabisimu."

Lily meneteskan air matanya. Ia menangis, takut sekali dengan manusia-manusia entah berantah tersebut. Lily tak mengerti salahnya dimana. Ia hanya berniat minum di kantin, apa tak boleh?

If || Hunlice ✓Where stories live. Discover now