20 | Tears

1.1K 167 180
                                    

Note : baca kembali dengan kepala dingin, kalau perlu masuk dulu ke kulkas ;) saya menyarankan untuk baca part ini disaat buka.
Dan guys tau ga chapter kemaren komenannya nembus 200 lebih. Gilaa yaa kalian, aku aja sampe terharu dan berujung sakit gigi. Harus balas perhatian kalian pake apa aku? Huhuhu sayang kalian semuaa

This is for you
Dozo ....

🌼

Papi
Bibi Jisoo lebih membutuhkan papi saat ini, kamu bisa kan handle urusan mami kamu. Secepatnya papi kabarin kalo urusan papi selesai

Sakit?

Terhina?

Tertolak?

Tidak. Jaemin tidak merasakan hal itu sama sekali, dia hanya mendecih ketika barisan kalimat yang masuk ke dalam pesan ponselnya itu ia baca. Ia yang tengah menunduk menaikkan dagu nya sekilas menatap mami Irene yang masih menangis.

Bangsat! -makinya. Dalam hati pastinya.

Dengan nafas kasar Jaemin kemudian menggeser layar dan mengetikkan sesuatu dan kemudian mengirimkannya langsung tanpa berfikir lagi lalu memasukan ponselnya kedalam saku celananya secepat ia bisa.

Jaemin-Na
Oh! Baik.

Irene yang kemudian menoleh kearah putra  pertama nya itu menaikkan satu alisnya ketika tidak sengaja melihat raut wajah Jaemin yang kelabu. Ujung hatinya berteriak, ketakutan seolah mengerjap tiba-tiba mencengkeram jantungnya dengan ketakutan yang kini menguar di kepala.

"Nana, ada apa?" Tanya Irene dengan nada cemas yang bahkan begitu jelas ditelinga Jaemin. Pria Song muda itu hanya menyeringai lalu mengulas senyum sesantai yang ia bisa. Padahal hatinya berkecamuk. Kepala Jaemin sendiri rasanya mau pecah ketika membaca barisan pesan yang Papi Mino kirimkan.

"Its okay mami, Nana pergi dulu ya" Pamitnya yang kemudian dibalas anggukan oleh Irene. Perempuan itu masih saja menangis tapi kemudian Irene beranjak begitu Jaemin berjalan menuju pintu.

"Na, kabarin mami secepatnya" Sahutnya. Jaemin yang sudah memegang sepeda nya menoleh dan menganggukan kepalanya sebelum akhirnya bergegas pergi mencari adik kembarnya. Meninggalkan Irene yang kemudian termangu didepan teras rumah.

Ia hanya berharap Jeno tidak pergi jauh dari sini.

🌼

Sungai Han. Dikala malam. Hanya kegelapan yang bisa Jeno lihat, tapi itu lebih bagus karena ia hanya akan datang ke tempat gelap untuk menangis. Seperti sekarang, duduk disalah satu kursi dengan sepeda yang berdiri kukuh dihadapannya. Pria Song muda itu menangis.

Iya, Jeno menangis. Ia hanya ingin menangis untuk saat ini. Terlalu sakit kalau ia mengeluarkan semua air mata nya didepan Irene. Jeno tahu ia sudah begitu banyak menyakiti perempuan itu. Irene sendiri sudah terlalu banyak disakiti. Irene, adalah perempuan yang terlalu banyak mengalah dan membiarkan takdir seenaknya bermain diatas kebahagiaannya.

Tapi Jeno juga sakit hati setiap kali Irene dengan santainya masih membiarkan Papi Mino ikut campur dalam urusan pribadinya. Jeno frustasi, Jeno tidak mengerti apa yang Irene fikirkan sebenarnya.

Apa memang Irene begitu senang disakiti sampai bisa dengan mudahnya membuka pintu hatinya. Membiarkan orang yang sama menyakiti nya berkali-kali.

"Jauh amat kamu nyari tempat buat nangis No, gila ya kamu. Nangis aja kudu di Sungai Han" Ucap seseorang. Jeno mendiam kan pria itu dan memilih terus menangis. Lagipula memang apa yang harus ia jawab, ia tidak mau terpancing dengan kalimat yang Nana ucapkan dan sedang tidak ingin beradu argumen. Bisa-bisa ia meninju mulut Nana yang memang suka sembarangan bicara.

OHANA [ FIN ]Where stories live. Discover now