00 | Flashback (two hearth)

806 119 64
                                    

"Aku masih bisa temenan sama Mino ga Rene?"

Siang itu. Dihari Senin, tepat pukul satu lebih dua puluh menit. Jisoo akhirnya mau mengatakan isi hatinya, kegundahan-kegundahan yang selama ini hanya ia fikirkan sendiri. Rasanya sulit sekali menerima hubungan mereka. Cinta nya pada Mino terlalu besar dan semakin ia menyaksikan sendiri bagaimana kisah cinta itu semakin berubah dalam hatinya semakin sakit.

Jisoo berusaha ikhlas, ia bahkan berfikiran untuk menyerah saja dan membiarkan luka hatinya menghilang seiring berjalannya waktu. Cinta pertama memang tidak selalu berakhir indah.

Tapi Jisoo juga tidak bisa serta merta bisa melakukan semuanya dengan secepat itu. Setidaknya ia akan berusaha  menjaga perasaannya dalam diam.

Bae Irene yang mendengarnya mematung sejenak lalu mengulum senyuman di bibirnya, ia perlahan meraih jemari Jisoo dan menggenggamnya dengan erat. Hati Jisoo tiba-tiba saja menghangat. Senyuman Irene adalah senyuman paling tulus yang pernah ia terima. Jisoo tahu gadis ini begitu tulus berteman dengannya.

Ah seandainya pria yang disukai Jisoo bukan Mino tentu ia begitu bahagia mendengar Irene yang akhirnya sudah memiliki seorang kekasih.

"Kamu itu spesial buat kita berdua Soo, tanpa kamu, aku sama Mino ga akan ketemu___" Sahut Irene pelan. Jisoo menganggukan kepalanya, lalu tersenyum hambar.

Ia memang hanya menjadi perantara. Dan sudah seharusnya ia sadar diri bukan?.

"Rene .... Kalo kamu ga nyaman sama kedekatan aku sama Mino, aku---"

"Jisoo-yaa, sedikitpun aku ga cemburu sama kamu sayang, kamu sahabat aku, dan Mino juga udah anggap kamu kaya adiknya sendiri. Jadi, jangan pernah merasa canggung sama aku maupun Mino. Status aku sama Mino saat ini ga akan merubah persahabatan diantara aku sama kamu, ga akan merubah pertemanan diantara kamu sama Mino. Ga mungkin aku cemburu sama temen aku sendiri kan?" Sahut Irene panjang lebar.

Kim Jisoo menganggukan kepalanya setuju. Ia memang masih menyukai Mino tapi ia tidak berniat merebut Mino dari tangan Irene. Ia tidak bisa melakukannya.

Itu sesuatu yang sangat mustahil dilakukan.

"Sore ini jadwal kamu check up kan?" Tanya Irene lagi, mereka berdua sudah selesai menyantap makan siangnya dan Irene sudah harus kembali berkutat dengan pekerjaannya.  Jisoo meminta bertemu sebentar sebelum ia berangkat ke rumah sakit disela kesibukan sahabatnya itu.

"Huum ... Kamu buru-buru, masih sibuk ya di kantor?" Tanya Jisoo yang entah kenapa merasa lega dengan hasil perbincangan hari ini.

Baiklah, ia sudah siap menerima hubungan mereka. Biarlah perasaan cinta ini ia simpah rapat seumur hidupnya.

"Iya, ayo aku anter ke rumah sakit" Ajak Irene yang kemudian berdiri. Meraih blazer dan clutch bag nya yang tersampir. Jisoo yang mendengarnya menggelengkan kepalanya.

"Its okay aku bisa naik bus atau taksi, kamu duluan aja Rene___sorry aku ganggu waktu kamu" Sahutnya dengan senyuman yang terulas. Bae Irene yang melihatnya mendenguskan nafasnya lalu memaksa sahabatnya itu beranjak.

"Ayo... Nanti Mino mau jemput aku, abis nganterin ke kantor biar dia yang nganterin kamu ke rumah sakit ya" Sahut Irene dengan enteng.

Berbanding terbalik dengan Jisoo yang mematung. Baru saja ia akan mengalah kenapa nasib selalu menariknya kedalam pusaran hubungan mereka.

Bagaimana ia bisa melupakan Mino?

"Enggak.. Aku masih pengen santai dulu" Elak Jisoo berusaha sekuat mungkin menolak ide Irene. Gadis Bae itu hanya menatapnya lalu kemudian menghela nafasnya.

OHANA [ FIN ]Where stories live. Discover now