You are My Destiny

0 0 0
                                    

Semenjak kejadian di malam itu, Dennis kembali menghilang bak ditelan bumi. Aku tidak pernah lagi melihatnya keluar dari rumahnya. Aku memutuskan untuk memperpanjang cutiku demi menghadari acara pernikahan Dennis.

Gila bukan? Mantan mana yang rela menawarkan dirinya sendiri untuk datang ke acara pernikahan mantannya? Apalagi aku tahu, Dennis tak mungkin terganti di hatiku.

Waktu berlalu begitu saja. Sampai akhirnya hari ini adalah hari pernikahan Dennis. Ayah dan Ibu sudah berangkat terlebih dahulu karena ingin melihat dari prosesi awal. Buat Ayah dan Ibu, Dennis sudah seperti anaknya sendiri.

Aku masih terpaku menatap cermin. Kuperhatikan baik-baik wajahku dengan riasan tipis yang baru saja aku selesaikan. Pikiranku terbang, membayangkan seandainya hari ini adalah hari pernikahanku dengan Dennis. Akan sebahagia apakah diriku?

Tanpa terasa air mataku kembali membasahi pipiku. Tersadar, aku segera menghapus air mataku dan mengalihkan pikiranku. Aku sudah berjanji tidak akan lagi menangisi Dennis. Sudah berjanji aku akan melepaskan Dennis dengan hati yang bahagia. Tapi kenyataannya, hatiku tidak pernah bahagia.
———————————————————————————
Sudah kuputuskan untuk menghadari pernikahan Dennis sebentar saja. Melihat Dennis terakhir kalinya sebelum ia menjadi milik oeang lainnya.

Sesampainya di tempat acara, kulihat Dennis sedang  berusaha memakaikan cincin di jari manis Karina. Tiba-tiba saja menghentikan gerakannya. Matanya tertuju ke arahku. Ku sempatkan mengucapkan kata terimakasih dari jauh sebelum pergi.

Selamat tinggal, Dennis.
———————————————————————————

Kejadian di malam itu membuat Dennis tidak karuan. Hampir seluruh hatinya ingin sekali membatalkan pernikahannya. Tapi sedikit di hatinya ingin membiarkan pernikahan itu berjalan. Alasannya? Jelas, Dennis tidak mau menyakiti Karina.

Sebenarnya ia tahu pasti kalau seandainya Gita akan menerima ajakannya untuk pergi bersama, tentu itu akan menyakiti banyak orang, termasuk keluarganya sendiri. Tapi, Dennis pun ingin bahagia yang sesungguhnya. Dan Dennis tahu, bukan tak mungkin Gita akan menolaknya. Wanita itu terlalu baik hatinya.

Waktu berlalu, hari pernikahan Dennis pun tiba. Dari semenjak Gita menolaknya, Dennis sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Ia tidak lagi memberikan senyuman terlebarnya untuk Karina. Tidak lagi membalas pesan yang tak perlu dari Karina. Tidak lagi ceria.

Karina bukannya tidak tahu, ia hanya berpura-pura tidak tahu. Ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa dalam hitungan hari Dennis akan resmi menjadi pasangan hidupnya selama. Beberapa hari Dennis bersikap cuek padanya bukan jadi masalah.

Dan tepat ketika Dennis akan memasangkan cincin di jari manis Karina, ia berhenti. Matanya tak lagi menatap cincin tersebut. Mau tak mau Karina pun mengikuti arah pandangan Dennis. Gita ada di sana. Wanita yang akan selalu ada di hatinya.

Karina melihat bagaimana kekecewaan di wajah Dennis begitu tampak ketika Gita dengan secepat kilat pergi begitu saja. Beberapa orang sudah mulai berbisik melihat sang pengantin laki-laki yang tiba-tiba terdiam.

Karina menghela napas. Ia menutup matanya sesaat, mengumpulkan keberaniannya.

"Pergilah." Dennis menoleh tersadar.
"Pergilah, Dennis. Kejar bahagiamu." Karina memaksakan senyumnya.
"Tapi..."
"Tapi apa? Cepat, sebelum ia semakin jauh. Ini kesempatan terakhirmu."

Dennis terdiam, memandangi satu-satu para tamu dan tetua di ruangan itu. Terlebih ia melihat muka ke dua orang tuanya yang tampak kebingungan. Ini bukan hal mudah untuk dilakukan.

"Biar aku yang akan menjelaskan kepada mereka semua. Pergi Dennis. Jangan sampai kamu kehilangan dia lagi." Karina mendorong Dennis.

Dennis tampak ragu-ragu. Setelah Karina memberikan senyuman dan anggukan, Dennis segera berlari keluar meninggalkan Karina dan para tamu yang kebingungan. Dennis berkali-kali meminta maaf sepanjang ia berlari.

Dennis berhenti untuk menelepon Gita, menanyakan di mana ia berada. Beruntung, Gita belum terlalu jauh. Hingga akhirnya Dennis berhasil menyusul Gita setibanya di bandara.
—————————————————————————
"Gita!" Dennis memanggil Gita.

Aku menoleh dan terkejut ketika mendapati Dennis di sana. Sebenarnya Dennis sudah bilang di telepon kalau ia akan menyusulku.Tapi aku pikir itu hanya sebatas candaan. Tidak pernah terpikir bahwa Dennis akan membatalkan pernikahannya.

"Dennis! Kamu ngapain di sini?"
"Ngejar kamu lah. Siapa lagi?"
"Tapi kok? Acaranya memang sudah selesai? Karina mana?" Sebelum menjawab pertanyaan, Dennis tersenyum padanya.
"Aku membatalkannya." Gita terperanjat.
"Dennis! Maksud kamu apa?"
"Iya, aku membatalkan pernikahanku."
"Kenapa?"
"Karena aku gak bisa membuat kamu pergi dari hatiku."
"Kamu gila!"
"Gila karena kamu, Ta."
"Karina gimana?"
"Dia yang meyakinkan aku untuk pergi mengejarmu."

Aku tak percaya akan pendengaranku sendiri. Aku sangat tahu betul kalau Karina begitu mencintai Dennis, sama sepertiku.

"Bohong."
"Aku gak bohong, Ta. Serius. Mungkin sekarang dia lagi menjelaskan ke semua orang soal pernikahan ini dibatalkan."
"Kamu jahat, Dennis."
"Kenapa?"
"Kenapa kamu membuat aku selalu berada di posisi yang salah."
"Aku gak bermaksud, Gita. Kamu gak pernah berada di posisi yang salah.Tidak pernah sekalipun. Maafkan aku."

"Ta, I know it will be hard for us. Apalagi buat kamu. Tapi, kamu tetap mau menikah denganku kan?"
"Sejak kapan aku bilang mau menikah denganmu?"
"Sejak hari ini."
"Dennis, ini bukan permainan yang bisa kamu ganti sesuka hati. Kamu gak bisa seenaknya meninggalkan Karina kemudian menikahiku. Kamu gak memikirkan perasaanku dan Karina?"
"Aku serius, Ta. Aku gak pernah berniat mempermainkan Karina. Tapi aku harus bagaimana? Ketika hatiku selalu ada kamu?"

Aku menghela napas.

"Ta, please. Menikahlah denganku. Percaya padaku."

Kemudian Dennis mengeluarkan sekotak cincin dengan hiasan batu yang indah.

"Ta..." Dennis mengeluarkan cincin tersebut kemudian mengambil tanganku hendak menyematkan cincin itu ke jari manisku.

Segera kutarik tanganku sebelum sempat cincin itu bertengger manis.

"Itu bukan milikku."
"Ini milikmu. Dari awal memang milikmu. Aku membeli cincin hanya untukmu. Kalau kamu tanya cincin yang tadinya akan aku pakai dengan Karina siapa yang membelinya adalah Karina. Ia membeli sendiri tanpa persetujuanku. Tapi cincin ini, aku membelinya hanya untuk kamu."

Aku masih terdiam ketika Dennis kembali meraih tanganku dan menyematkan cincin indah itu di jariku.

"Aku anggap ini adalah jawaban iya dari kamu."

Sedetik kemudian Dennis memelukku. Aku sudah tidak tahan lagi untuk menahan tangisku. Aku menangis di pelukan Dennis untuk waktu yang cukup lama.
———————————————————————————
Setelah puas menangis, aku dan Dennis duduk di sebuah tempat makan cepat saji sambil menunggu waktu keberangkatanku yang tidak lama lagi.

"Ayah, Ibu, Om dan Tante bagaimana?" Tanyaku.
"Biar aku yang menjelaskan terlebih dahulu kepada mereka. Kamu tidak usah khawatir. Selesaikanlah urusanmu di sana dan cepatlah pulang kembali ke pelukanku."

Aku mengangguk sambil mengenggamb erat jari Dennis. Biarkan kali ini aku egois. Aku hanya ingin bahagia bersama Dennis.
———————————————————————————
Setelah dua tahun Gita menyelesaikan studi dan pekerjaan singkatnya di Singapura, ia kembali ke Indonesia untuk menyelesaikan persiapan pernikahannya dengan Dennis.
Gita dan Dennis berhasil meyakinkan kedua orang tua mereka bahwa pernikahan ini tidak akan gagal. Dan mereka berjanji akan hidup berdampingan sampai selamanya.

-End-

You are my destinyTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon