2 - Gadis Manja dan Sapinya

Mulai dari awal
                                    

"Lo yang ngapain disini? Nggak ada kuliah?"

"Kuliah pagi doang," jawab Glen seadanya.

Iqbal mengangguk-anggukan kepalanya. Mereka berdua terdiam, tak berusara kembali. Fokus dengan pikiran masing-masing.

"Sakit banget rasanya?" tanya Iqbal memecah keheningan antara mereka.

"Lumayan," jawab Glen.

Iqbal tersenyum kecil, menepuk-nepuk bahu Glen. Meskipun ia tidak mengerti rasa sakitnya itu seperti apa, Iqbal hanya bisa memberikan dukungan dan menenangkan.

Iqbal cukup salut dengan Shena. Gadis itu berhasil membuat Glen menjadi cowok yang lebih bertanggung jawab dan dewasa seperti sekarang. Walaupun terkadang sikap gilanya bisa kambuh kapanpun tanpa terduga.

"Lo jangan pernah macem-macem sama Acha. Jangan pernah nyakitin Acha," pesan Glen bijak.

"Lo suka sama Acha?"

"Gue masih waras buat suka sama Acha. Semua cowok di dunia ini yang nggak waras cuma lo, bisa suka sama cewek yang manjanya dan bawelnya naudzubillah!" cerca Glen tak terima.

Iqbal tertawa pelan, ia merasa legah akhirnya Glen kembali ke sikap gilanya. Iqbal hanya ingin memancing moodGlen saja, agar kembali membaik.

"Terus kenapa lo khawatir sama Acha?"

"Gue bukan khawatir sama Acha, gue khawatir sama lo. Gue takut lo sakitin Acha lagi dan buat Acha benar-benar capek dan nyerah sama lo. Akhirnya dia pergi ninggalin lo."

"Nggak mungkinlah," ucap Iqbal dengan percaya dirinnya.

"Apanya yang nggak mungkin? Lo nyakitin Acha atau Acha yang pergi ninggalin lo?"

Iqbal bedeham pelan. "Sejak pacaran sama Shena otak lo kayaknya udah ada isinya ya?"

"Itu pujian atau hinaan?" sinis Glen.

"Dua-duanya."

Glen mendesis pelan, berusaha sabar dan menerima dengan lapang dada.

"Gue serius Bal," ucap Glen tiba-tiba.

"Apa?"

"Jangan sampai nyakitin Acha dan buat Acha ninggalin lo," Glen menoleh ke Iqbal, menatap sahabatnya lekat. "Ditinggal orang yang lo sayang bener-bener sakit."

****

Hari sabtu telah tiba. Weekend yang asik untuk apel ke rumah pacar, dan itu yang tengah dilakukan oleh Iqbal. Ia menuju ke rumah Acha, sudah satu minggu ia tidak menemui gadisnya.

Jadwal kuliahnya yang lumayan padat membuatnya mulai tidak ada waktu untuk Acha, apalagi Iqbal sering ke rumah sakit setelah pulang kuliah.

Iqbal keluar dari mobilnya langsung masuk ke halaman rumah Acha yang tidak dikunci. Iqbal berhenti berjalan, dahinya berkerut. Ia merasa merinding sekaligus takjub dengan pemandangan pagi yang dilihatnya saat ini.

Iqbal melihat Acha tengah menjemur sapi-sapinya di teras rumah dengan suara isakan-isakan. Iqbal tidak tau gadis itu benar-benar menangis atau pura-pura menangis. Iqbal memilih diam saja ditempat, memperhatikan drama Acha baik-baik.

"Sapi, maafin ya. Kalian harus basah dulu. Jangan sakit, jangan kedinginan ya."

"Nggak apa-apa ya sapi, dingin sedikit, panas sedikit. Kalian jangan sakit ya."

MARIPOSA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang