Chapter 02 | Problems

Mulai dari awal
                                    

Dari kejauhan dia melihat wanita paruh baya berjalan mendekatinya. Fabian tahu wanita itu adalah Bu Laras, guru BKnya. Keadaan bisa gawat jika Bu Laras melihat dirinya sedang berkeliaran di jam pelajaran seperti ini.

“Kamu dari kelas mana? Kenapa berkeliaran?” tanya Bu Laras.

Fabian kebingungan untuk mencari alasan yang meyakinkan Bu Laras. Dia terdiam sambil berpikir keras. Bu Laras mendekat satu langkah lagi ke hadapannya. Dadanya berpacu cepat, takut tertangkap basah. Dia melihat Bu Laras mulai mengintip tanda kelas di lengan bajunya.

“Eh Bu Laras!” sapa seorang pria sambil merangkul Fabian. Pria itu menempelkan tubuhnya ke lengan Fabian, sehingga tanda kelas tertutup sempurna.

“Arga? Kamu kenal siapa dia? Anak ini keluyuran gak jelas! Ibu belum pernah lihat dia.”

Arga melirik Fabian sekilas. “Emmm anu, Bu, dia teman saya. Sama kok kelas alpha juga. Tadi dia izin ke toilet waktu pelajaran Bu Ghina.”

Bu Laras mengangguk percaya. Fabian kini bisa bernapas lega kembali. Arga merangkulnya semakin erat dan Fabian tahu pasti ada maksud tertentu.

“Tapi kok ibu belum pernah lihat?” tanya Bu Laras penasaran.

DEG

“Dia orangnya sering di kelas, jarang keluar. Makanya banyak yang tidak tahu dia.”

Jantung Fabian terasa mau lompat keluar dari dadanya. Benar-benar menegangkan. Jika Fabian tertangkap basah kali ini, dirinya mungkin takkan pernah lolos lagi.

“Baiklah kembali ke kelas kalian ya!” Bu Laras berjalan melewati mereka.

Tiba-tiba Bu Laras kembali berhenti dan menoleh ke belakang. “Arga jangan lupa kasusmu, harus diselesaikan segera. Temui ibu secepatnya. Masa percobaan kamu hampir habis.”

“Baik bu.”

Keduanya menyaksikan Bu Laras pergi dari hadapan mereka, kali ini memastikan agar tidak kembali lagi.

“Ga! Kasus apa maksudnya? Kamu bermasalah?” tanya Fabian heran.

Arga menghela napas. “Bukan apa-apa. Sekarang pergilah!”

Arga melangkah masuk menuju kelasnya, tapi langkahnya terhenti. Seorang siswi berdiri di ambang pintu menghalangi Arga.

“Sejak kapan kamu di situ? Minggir!” tegas Arga. Siswi itu justru menghalang-halangi Arga.

Siswi itu melipatkan tangannya di depan dada. “Kebohongan yang cantik. Kelas alpha dan… kelas omega. Jika Bu Laras tahu yang sebenarnya, pasti seru."

“Tutup mulutmu Naura! Bukan urusanmu!” tegas Arga dengan sorot mata tajam.

“Si Bodoh itu temanmu? Pantas saja, sama-sama bertindak bodoh!” cibir Naura.

“Apa urusanmu, hah?” Arga menaikkan suranya.

“Oh jelas itu semua urusanku. Heh bodoh! Kamu tahu aku siapa?” Kini Naura menatap ke arah Fabian.

“Dewan Peradilan! Camkan itu! Tapi… aku sungguh terkesima dengan permainan kebohonganmu, Arga. Aku akan berbaik hati untuk kali ini. Ingat, kali ini saja!” Naura kembali masuk ke dalam kelas.

MythomaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang