PART 3

60 10 12
                                    

Happy Reading....

🎬  🎬  🎬

"Woah... " Violin tidak menyangka jika bodyguard yang menculiknya kemarin berbaris di teras bangunan yang ternyata adalah mansion ini.Ke enam orang pria itu menunduk takzim saat Violin melintas.

"Lo pada, ngapain di sini? Gak kerja? " Violin mengangkat dagunya tinggi-tinggi.Sesekali sombong gak papa kan ya??

Satu menit berlalu dalam keheningan dan Violin merasa kepalanya pegal.Tiba-tiba datang seorang pria berpakaian sama seperti bodyguard yang lain.Di bajunya tertulis nama Joni.

"Maaf Nyonya, Tuan Karl tidak mengizinkan mereka berbicara dengan Nyonya.Silahkan, kami akan mengawal anda pergi."Pria bernama Joni tersebut memimpin jalan menuju Toyota Alphard hitam yang, hmm.. yang kemarin. 😳

" Ah ya Nyonya, tadi Tuan menitipkan ini."Joni menyerahkan sebuah credit card platinum pada Violin.

"Hmm.. Buatku? " Violin menimang benda keramat khas kalangan atas tersebut pelan.

"Iya Nyonya." Joni mengangguk takzim.

"Cuma satu? Hm.. Gak apa deh. Thanks." Violin masuk ke mobil sebelum Joni sempat membukakan pintunya.

Dengan sedikit gugup, Joni menghadap salah satu sisi teras,

"Maaf Tuan." Joni menunduk hormat dan bergegas masuk saat mendengar teriakan Violin.

Ke enam bodyguard yang lain memasuki tiga mobil Jeep dan membuntuti Alphard hitam tersebut.

🎬  🎬  🎬

Violin turun dari mobil melalui pintu yang di bukakan Joni. Dia menatap gerbang sekolah yang, ehm, terbuka?

Entahlah, Violin tidak ingin ambil pusing. Dia segera bergegas menuju gedung kelasnya. Gadis itu menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu.

"Masuk." Jantung Violin rasanya mencelos saat mendengar suara khas Bu Tuti, salah satu guru killer di kelasnya.

"Maaf Bu, saya terlambat."Violin pasrah jika Bu Tuti menyuruhnya berjemur di lapangan. Dia bahkan sudah membawa baju ganti kalau-kalau seragamnya basah keringat.

" Tidak papa Nak. Silahkan duduk."Bu Tuti menunjukan senyumnya yang langka.

Satu kelas ternganga dengan tingkah Bu Tuti yang tidak lazim. Jangan-jangan Bu Tuti kesambet lagi, begitulah kira-kira yang ada di otak anak-anak didik yang polos tersebut.

Tanpa bertanya, Violin beranjak menuju tempat duduknya di sebelah Callista a.k.a Kelly. Dia hanya tidak mau tiba-tiba Bu Tuti berubah pikiran.

Setelah meletakkan tasnya di bangku, Violin menoleh menatap teman sebangku nya yang tertawa kecil.

" Kek nya lo orang pertama di kelas ini yang bikin Bu Tuti senyum deh."bisik Kelly.

"Gue gitu loh.. Apa sih yang gue gak bisa."Canda Violin dengan nada pura-pura sombong.

"Banyak kali." Cibir Kelly.

Our Happiness (BELUM REVISI)Where stories live. Discover now