PART 4

3 1 0
                                    

Happy Reading....

🎬  🎬  🎬

Sisa jam pelajaran Violin ikuti dengan wajah penuh senyuman. Tidak perlu heran, tentu saja Violin sedang melayang memikirkan sikap manis plus wajah tampan Dio tadi. Sebenarnya Dio bukan most wanted karena tidak ada mos wantet-mos wantetan di sekolah ini. Tapi tetap saja dengan wajah tampan dipadukan dompet tebal membuat Dio terkenal sebagai Prince Charming versi SMA Rutherford.

Violin bahkan sampai lupa diri dan tidak menyadari suasana hati Pak Eko yang rasanya ingin meledak-ledak

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.


Violin bahkan sampai lupa diri dan tidak menyadari suasana hati Pak Eko yang rasanya ingin meledak-ledak. Bagaimana tidak? Semua murid sedang serius mengerjakan soal matematika wajib di papan tulis dan Violin malah asyik mesam-mesem sembari memainkan ponselnya.

''Ayo anak-anak, semuanya mengerjakan ya..,” kata Pak Eko berusaha sesabar mungkin.
“IYA PAAKK!!!” satu kelas kompak ngegas.
Violin yang tidak tahu apa-apa hanya bisa terkejut.
“Ada apaan sih, Kel?” tanya Violin sembari menatap Kelly.
“Tau tuh Pak Eko. Ngomong kalimat yang sama terus. Gue itung udah 27 kali,” dengus Kelly kesal.
“Ooohh.” Violin hanya mengangguk-angguk dan kembali larut dalam lamunannya.
Pak Eko hanya bisa membelalakkan mata tajamnya. Ternyata anak itu tidak sadar sejak tadi diperhatikan. Jika bukan karena info dari kepala sekolah, Pak Eko rasanya ingin mencincang murid tengilnya itu saja. Segera saja beliau menepis pikiran itu dan beristighfar.
“Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku ya Allah.......”

                                                                                      * * *

Violin memasukkan barang-barangnya kedalam tas dan bersiap pulang.
“Baiklah anak-anak, Ibu keluar dulu, kalian hati-hati dijalan. Sampai jumpa dipertemuan selanjutnya. Wassalamu’alaikum.” Bu Trisna a.k.a guru Bahasa Indonesia kesayangan para murid berjalan keluar kelas dengan langkah anggun.
Violin bergegas keluar saat mendapat notifikasi chat bahwa Dio sudah menunggunya didepan kelas. Saat keluar, dilihatnya cowok itu memasukkan ponsel ke sakunya kemudian mendongak.
“Vio, pulang yuk,”basa-basi Dio sembari tersenyum manis. Sangat basi sekali karena tujuannya kesini kan memang untuk itu, bahkan dia sudah bilang di chat-nya.
“Hayuk.” Violin menggandeng lengan Dio dan mereka pun berjalan beiringan sembari mengobrol ria.
“Vio, aku kangen kamu tau,” Dio berkata dengan nada yang terdengar sendu.
“Apa iya? Aku juga kangen kamu. Ngomongnya jangan gitu ih, jadi mellow nih.”
“Abisnya seharian kemarin kamu gak bisa dihubungin.”
“Hehe. Gak tau kenapa kemaren aku asyik banget main sama Alvin sampe gak sadar ponselku terlantar dikamar.” Violin berusaha nyengir senatural mungkin.
“Bikin panik aja kamu nih.”
“Kamu emang gak nyoba ngecek dirumahku?”
“Kemarin sore aku hampir ke rumahmu.”
“Terus?” Violin berusaha mengontrol nada suaranya agar tidak terdengar gugup.
“Tapi gak jadi. Sama Mama gak boleh.”
“Gak boleh?”
“Iya. Gara-gara memar sialan ini nih.” Dio menekan memar di pelipisnya dengan kesal.
“Ih Dio, jangan digituin ah. Ntar sakit gak sembuh-sembuh loh.” Violin menurunkan tangan Dio dari pelipisnya.
“Gak sakit tuh,” Dio berkata sombong.
“Masa?”
“Iya.”
“Coba sih.”
“AU!” Dio memekik saat Violin mencubit memarnya.
“Katanya gak sakit? Aku pegang kok teriak kayak jablay gitu?” Violin memasang wajah polos membuat Dio ingin mewarnai pikiran pacarnya agar tidak polos-polos amat.
“Dipegang dari Hong Kong?!”
“Iya kok, dipegang. Tadi kulit kita nempel kan?”
“Tau ah! Caramu megang kayak mulutnya mantan.”
“Kok?”
“Iya! Gak bisa biasa aja.”
Violin tertawa menyadari raut wajah Dio yang super bete.
“Pacarnya Vio jangan ngambek dong. Ntar Vio tinggal lo>” Violin mencolek pipi Dio.
“Apaan sih?!  Gak lucu tau!” Dio merengkuh bahu Violin dan melanjutkan langkahnya.
Violin tidak menjawab dan hanya melingkarkan tangannya di pinggang Dio. Dio memang sangat sensitif jika membahas tentang topik meninggalkan.
Dio egois?
Memang.
Dio sering meninggalkan orang yang menyayanginya tapi tidak mau ditinggalkan orang yang disayanginya.
“Kamu pulangnya bareng aku ya?” pinta Dio.
“Nona Violin.”
Violin dan Dio kompak menoleh ke sumber suara yang tiba-tiba join.
Joni.
“Ya?” Violin bersyukur Joni tidak memanggilnya Nyonya.
Mari saya antar. Tuan sudah menunggu anda di rumah,” tawar Joni yang di telinga Violin terdengar mengintimidasi.
“Dio, aku pulang dulu ya.” Violin berusaha memasang ekspresi senormal mungkin.
“Take care, Baby.”
“Oke.” Violin melangkah menuju alphard hitam yang dengan manisnya masuk gerbang sembarangan.
Dio menatap tajam kepergian mobil yang membawa kekasihnya pergi.
“Gue tau Lo nyembunyiin sesuatu dari Gue, Sayang.” Dio mendengus marah.
Dia menebak ada sosok berkuasa yang melindungi Violin. Ayah Violin tidaklah seberkuasa itu untuk membuat mata-mata Dio kehilangan jejak kekasihnya.

                                                                                                 *   *   *

Naabot mo na ang dulo ng mga na-publish na parte.

⏰ Huling update: Mar 20, 2023 ⏰

Idagdag ang kuwentong ito sa iyong Library para ma-notify tungkol sa mga bagong parte!

Our Happiness (BELUM REVISI)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon