"cape gue denger lo ngomong gitu mulu," ujar guanlin sambil beralih pergi meninggalkan shuhua.
shuhua tentu saja mengejar guanlin, "eh tunggu dulu! jangan main pergi gitu aja dong,"
"apa lagi sih?" tanya guanlin sambil menatap shuhua kesal.
shuhua menaikkan kedua bahunya, "yaudah deh gue minta maaf. kita ga sejenis, cuman emang sama-sama punya gangguan jiwa aja,"
guanlin memutar bola matanya malas, "terserah lo."
dengan langkah tergesa, guanlin beralih pergi meninggalkan shuhua sendirian yang sekarang sedang terkekeh geli.
"menarik juga godain itu orang,"
guanlin and his anomaly
"eh! ketemu lagi," seru jihoon sambil menenteng sebuah kotak dus lumayan besar.
guanlin yang baru saja melewati rumah jihoon itu mendengus, "kenapa hari-hari gue ga jelas banget sih,"
"ga jelas gimana?" tanya jihoon bingung.
"ga jelas karna harus ketemu sama orang kaya lo dan shuhua," keluh guanlin.
sedangkan jihoon bingung, "shuhua siapa? sama kaya lo punya gangguan jiwa juga?"
guanlin memicingkan matanya, "lo tertarik sama orang yang sakit jiwa ya?"
jihoon terkekeh, "engga sih tapi emang gue lagi neliti orang gangguan jiwa aja,"
"maksudnya? neliti apaan?" tanya guanlin malas.
"gue mahasiswa psikologi," ujar jihoon lagi.
guanlin menaikkan sebelah alisnya, "terus?"
tak lama kemudian, jihoon malah terkekeh.
"mau jadi salah satu partisipan penelitian gue ga?" tanya jihoon langsung.
sebenarnya guanlin malas mendengar omong kosong jihoon ini. tapi dia penasaran dengan apa yang akan jihoon lakukan.
"partisipan kaya gimana?" tanya guanlin.
jihoon memiringkan bibirnya dan mulai membuka kotak dus yang ia bawa sedari tadi.
seketika tubuh guanlin merinding. tenggorokannya lagi-lagi menjadi kering.
karena di dalam kotak dus itu terdapat beberapa anak kucing yang sepertinya ditelantarkan.
