Bab 11 | Keinginan Bayi

1.3K 86 1
                                    

'Tidak bisakah sedikit perhatian kamu berikan untukku dan calon anak kita Mas?'

* * *

Pagi hari yang begitu cerah dengan sinar mentari pagi yang menghangatkan tubuh begitu kita berjemur dengan lentera kuning putih itu yang berada di langit, dua orang tengah duduk diruang keluarga dengan yang satu sedang menonton siaran televisi sedangkan yang satunya lagi tengah memangku laptop sambil mengetukkan beberapa bait kata. Terlihat wanita cantik itu sangat menikmati tayangan televisi dihadapannya sesekali mengusap perutnya dengan sayang, sedangkan seorang pria yang sedang sibuk dengan laptopnya merasa tidak terganggu ketika wanita itu sesekali menoel lengannya.

Setelah sarapan pagi tadi, Aira dan Fahri memutuskan untuk bersantai sambil menonton televisi, ah sebenarnya bukan mereka berdua melainkan hanya Aira saja karena Fahri sibuk dengan pekerjaannya. Waktu libur Fahri sebagai dosen ia gunakan untuk menyelesaikan pekerjaan kantor, Fahri memang tidak ke kantor hari ini. Pria itu memutuskan bekerja dari rumah sambil mengawasi gerak-gerik Aira, ia khawatir akan keadaan Aira yang tengah hamil.

Aira melihat tayangan televisi yang menampilkan dua orang tengah menikmati menu hidangan cumi pedas asam manis, ia hampir meneteskan air liurnya melihat dua orang artis itu terlihat sangat menikmati sajian seafood dengan bumbu pedas manis itu. Rasa laparnya dan keinginan untuk memakan makanan itu semakin besar begitu salah seorang artis mencocol cumi krispi kedalam mangkuk kecil berisi sambal rica-rica, sepertinya rasanya sangat enak sekali. Ia jadi ingin mencoba masakan berbahan dasar cumi itu.

"Mas..." Panggil Aira pada Fahri yang sedari tadi terlihat sibuk.

"Hhmm."

"Aira mau makan Mas."

"Tadikan kita sudah sarapan." Jawab Fahri tanpa menghilangkan fokusnya pada laptop dipangkuannya.

"Tapi Aira lapar lagi Mas, ingin makan itu." Aira menunjuk layar televisi membuat Fahri melirik sekilas televisi yang menampilkan makanan yang Aira inginkan.

"Ya kamu tinggal buat saja."

"Tapi Aira inginnya Mas yang buat." Aira menggoyangkan lengan Fahri membuat Fahri menghela nafas.

"Saya gak bisa masak Aira."

"Tapi ini keinginan bayi kita loh Mas, memangnya Mas mau kalau nanti bayi kita ileran karena Ayahnya gak mau memenuhi keinginannya? Ayo dong Mas, masakin buat Aira dan bayi kita." Rengek Aira.

"Saya benar gak bisa masak Aira, dan lagi sekarang saya sedang sibuk."

"Mas kalau bayi kita ileran bagaimana?"

"Biarkan saja, namanya juga bayi. Toh semua bayi itu pasti mengeluarkan air liur walaupun keinginannya dituruti, sudah jangan ganggu saya." Ucap Fahri membuat Aira cemberut, suaminya ini kenapa mengesalkan sekali. Tidak bisakah ia menuruti keinginan Aira satu kali ini saja? Rasa-rasanya baru kali ini loh dia meminta pada pria disampingnya ini.

"Tapi sekarang Aira yang ingin makan itu Mas, kayaknya enak banget melihat orang makan di tv itu." Rengek Aira lagi, ia tidak patah semangat untuk membujuk Fahri agar menuruti keinginannya.

"Loh? Kok dimatiin?" Tanya Aira ketika Fahri malah mengambil remote dan mematikan televisi.

"Supaya kamu tidak merengek meminta makan ini itu lagi, sudah saya sedang sibuk. Lebih baik kamu tidur saja." Suruh Fahri.

"Gak mau Mas, Aira mau makan itu pokoknya. Titik!"

"Mas jahat." Keluh Aira.

Fahri tidak menanggapi membuat Aira kesal setengah mati, kenapa sih ia bisa menikah dengan orang secuek Fahri? Menyebalkan, menyebalkan, menyebalkan. Aira memilih meninggalkan Fahri ke dapur, ia akan mencoba mengisi perutnya meskipun bukan dengan makanan yang dia inginkan itu. Setidaknya rasa laparnya akan menghilang, semenjak hamil ia memang mudah sekali lapar.

Tulusnya Cinta AiraWhere stories live. Discover now