Bab 10 | Bertemu Keluarga

1.2K 81 1
                                    

'Keluarga adalah hal yang paling utama mengetahui kabar bahagia yang tengah menghampirimu, maka bagikanlah kabar gembira itu agar mereka tahu dan mendoakanmu.'

* * *

Sedari tadi Aira tidak berhenti merengek pada Fahri agar suaminya itu mau mengantarkannya ke dokter kandungan untuk memperkirakan kehamilannya, Fahri merasa pusing tentu saja. Karena Aira menjadi sosok yang cerewet pada masa kehamilannya ini, Fahri sama sekali merasa tidak terganggu hanya saja kepalanya sakit jika Aira terus-terusan berbicara tanpa henti. Mengatakannya suami yang jahat lah, tidak sayang anaknya lah. Bahkan sesekali Aira menunjukan air matanya membuat Fahri merasa tidak tega juga.

Bukan ia tidak mau mengantarkan Aira, ia ingin. Sungguh ingin, hanya saja dasar Aira yang tidak sabaran saja sehingga tiada henti mengoceh membuat Fahri ingin sekali membungkam bibir Aira menggunakan mulutnya. Mempertahankan eksistensi cueknya, Fahri hanya menatap Aira lempeng membuat wanita itu ingin kembali meluruhkan air matanya.

"Oke, kita berangkat sekarang." Ucap Fahri akhirnya membuat Aira memekik senang.

"Yes, ayo Mas." Aira menarik tangan Fahri.

"Eh tunggu."

"Apalagi sih Mas?" Kesal Aira karena Fahri yang malah menunda kepergian mereka lagi.

Aira kini tidak lagi malu-malu kucing untuk mengekspresikan segala tingkahnya, selama hampir satu tahun mereka menikah rasa-rasanya tidak ada yang harus ditutupi kecuali perasaannya tentunya. Aira masih menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya, ia menunggu Fahri mengungkapkan perasaannya agar ia bisa membalasnya dengan gembira. Tapi sayang selama mereka tinggal bersama, sepertinya rasa cinta itu belum tumbuh.

"Ganti baju dulu." Aira menatap penampilannya yang hanya menggunakan celana kulot dan kaus lengan panjang.

"Iya.. Iya... Mas juga ganti baju gih."

"Loh kenapa?" Tanya Fahri heran karena setahunya penampilannya baik-baik saja, saat ini ia memakai kaus putih lengan pendek.

"Aira gak mau kalau punya Aira dilihat-lihat sama wanita lain." Ucap Aira setelah itu meninggalkan Fahri untuk mengganti pakaiannya dengan gamis biru muda dan hijab abu-abu yang menutupi bagian dadanya.

"Ayo Mas.."

"Tunggu dulu."

"Mas mau Aira ngapain lagi sih Mas? Dari tadi tunggu-tunggu melulu." Gerutu Aira.

"Janji dulu, habis saya anterin kamu. Kamu harus masakin saya."

"Kan bisa beli diluar Mas."

"Saya gak terbiasa."

"Biasanya juga bisa kok, buktinya waktu Mas di Mesir dan belum ketemu Aira Mas bisa beli di restoran."

"Itu karena saya kepepet."

"Aira mau libur dulu masaknya, Aira lagi hamil loh Mas. Kok Mas sama sekali gak ngelarang-larang Aira kayak suami yang lain sih?" Heran Aira karena Fahri terlihat lempeng-lempeng saja, biasanya kan ya kalau seorang pria akan mempunyai anak dari istrinya dia pasti akan memperhatikan istrinya begitu intens dan melarang ini-itu. Tapi kok Fahri ini agak beda ya? Sama sekali gak perhatian sama istrinya.

"Ya sudah ayo." Karena Fahri yang tidak mau mendengar Aira mengomelinya lagi pun, ia memutuskan segera mengajak Aira pergi.

* * *


Aira tersenyum bahagia begitu mereka keluar dari rumah sakit, ia mengelus perutnya dengan penuh kasih sayang. Janinnya kini memasuki minggu kesembilan, betapa bahagianya ia karena hal-hal yang selalu ia impikan akan menjadi kenyataan. Menjadi seorang istri dan Ibu adalah impiannya, dan kini impiannya itu akan segera sempurna dengan janin yang ada didalam kandungannya.

Tulusnya Cinta AiraWhere stories live. Discover now