Bab 9 | Kabar Bahagia

1.3K 76 1
                                    

'Ketika kabar bahagia datang menyapa, mengapa malah rasa kesal yang didapat.'

* * *

Hampir satu tahun mereka hidup bersama membina keluarga tak sekalipun Fahri membawa Aira ke rumah keluarganya, apalagi alasannya kalau ia yang tidak ingin bertemu dengan orang yang masih ia cintai itu. Yap benar sekali, meskipun sudah lama bersama Aira rasa cinta itu belum hadir sempurna. Mungkin jika ada, rasa kasih sayang dan kewajiban sebagai suami yang begitu mendominasi.

Untunglah Aira sebagai istri tidak menuntut banyak ini itu padanya, wanita itu tidak pernah satu kali pun membahas kenapa ia tak kunjung memperkenalkannya kedepan keluarga suaminya. Aira hanya tidak ingin ambil pusing saja dalam hal ini, toh jika nanti suaminya siap dan memiliki banyak waktu luang Fahri akan membawanya dan memperkenalkannya kedepan keluagarnya.

Aira hanya mencoba untuk tidak membebani pikiran Fahri, makanya ia tidak bertanya apa-apa. Walaupun jauh didalam lubuk hatinya ia pun penasaran akan alasan suaminya yang masih saja menyembunyikan identitasnya sebagai istri, yang Aira dengar kalau hanya Papa mertuanya lah yang tau kalau ia dan Fahri telah menikah meskipun ia jarang bertemu. Terakhir kali ia bertemu Papa mertuanya ketika ia masih belum menjadi istri Fahri dan status Papa mertuanya adalah sahabat dari sang Ayah.

Sedari tadi Aira tiada henti menyunggingkan senyum lebarnya ketika melihat dua garis yang terlihat di benda kecil pipih yang tengah ia pegang dengan perasaan haru dan bahagia, akhirnya setelah hampir setahun ia berdoa dan berusaha semuanya membuahkan hasil. Dua garis merah yang membuatnya tiada henti mengucapkan syukur, tangannya membelai lembut perut yang sedikit membuncit.

Tadi Aira tidak sengaja melihat kalender menstruasi diponselnya dan ternyata ia telat selama tiga bulan, untuk itulah ia membeli testpack diapotek terdekat untuk mengecek hasilnya. Ya Allah sungguh bahagia rasanya, sebentar lagi ia akan menjadi seorang Ibu. Semoga setelah mereka mendapatkan sebuah keluarga kecil ini perasaan suaminya akan berubah mencintainya.

"Terimakasih ya Allah." Gumam Aira dengan berkaca-kaca.

Dengan wajah bahagia dan mata yang berair, Aira berjalan tergesa menuju ruang kerja Fahri yang terletak disamping kamar mereka. Suaminya itu hari ini tengah libur namun tetap mengerjakan pekerjaan kantor di rumah, Aira melihat Fahri yang tengah sibuk memandangi layar laptop dengan sesekali jari tangannya bergerak diatas keyboard.

"Mas..." Panggil Aira dengan suara sedikit bergetar.

"Hhmm." Fahri hanya berdeham tanpa melihat Aira membuat wanita itu segera menghampiri Fahri.

"Mas..." Panggil Aira lagi yang kini berada disamping Fahri.

"Ada apa?" Fahri melirik sekilas Aira lalu kembali pada pekerjaannya.

"Aira hamil." Beritahu Aira sambil tersenyum riang.

"Terus?" Tanya Fahri datar tanpa melihat kearah Aira.

"Aira hamil anak kamu Mas."

"Iya tau, tadi dengar." Fahri masih sibuk dengan pekerjaannya, ia harus menyelesaikannya dengan cepat agar segera dikirim ke email kantor.

"Kalau dengar, kok Mas biasa-biasa aja sih? Gak senang Aira hamil anak Mas? Ini didalam perut Aira ada bayi kamu loh Mas."

"Senang kok." Masih menggunakan nada datar dan melanjutkan pekerjaannya membuat Aira semakin dongkol.

"Ayo Mas, kita periksa ke rumah sakit. Aira penasaran usia anak kita berapa minggu saat ini." Aira menarik-narik tangan Fahri namun tak digubris oleh pria itu.

"Iya nanti."

"Sekarang Mas."

"Nanti Aira."

"Mas ini anak kamu loh." Ucap Aira semakin kesal.

Tulusnya Cinta AiraWhere stories live. Discover now